Senin, 13 Desember 2021

Transit di Aceh (12)


Tak lama kemudian kami terlelap tidur. Tahu-tahu ada informasi kalau penerbangan akan mendarat di bandara Aceh. Perlahan pesawat mulai _landing_. Gerakan agar keras mulai terasa. Tampak rumah-rumah di bawah mulai terlihat. Pegunungan dengan pepohonan yang rindang makin jelas. Jalan-jalan kota juga tampak. Garis-garis persawahan juga kelihatan apik. Bangunan tinggi  jelas terlihat. 

Akhirnya pesawat mendarat dengan baik. Sebuah informasi bahwa pesawat transit satu jam di Aceh. Saya pun membuka HP untuk mengabarkan dengan anak kalau kami sudah sampai Aceh untuk transit. 

"Inikah kota Aceh dengan julukan kota serambi Mekkah?" gumamku. 

Saya langsung melihat pemandangan keluar.  Jendela kaca  pesawat. Provinsi Aceh dijuluki kota Serambi Mekkah karena pada awal abad ke-17, Kesultanan Aceh mengalami puncak kejayaannya dan pada masa itu pengaruh agama dan kebudayaan Islam begitu besar dalam kehidupan masyarakat.

Cuaca cerah. Hari jelang sore. 

"Pak, bangun, ini sudah sampai di Banda Aceh." Kusentuh pelan tangan suami berusaha membangunkan. Suami terjaga dan membuka mata. 

Saat transit, ada keinginan  ke toilet untuk buang air kecil. Sebenarnya hati saya ada rasa takut jika akan menggunakan toilet di pesawat. Walaupun sebenarnya kami pernah mendapatkan panduan saat manasik, rasa itu masih ada.

"Ya bismillah saja, nanti ikuti petunjuk yang ada. Atau tanya pada petugas yang ada nanti, " kata suami. 

"Ayo, ibuk dulu sana!" 

Akhirnya mau tidak mau ke toilet karena sudah lama menahan rasa ingin buang air kecil. Saya berjalan menuju tempat toilet. Ada Mbak cantik yang berjaga dekat pintu. Siap membantu jika ada pertanyaan. Saya beranikan diri.  Nanti jelang masuk saya akan bertanya. Benar juga tampaknya ada orang yang baru saja memakai keluar. Langsung ada nyala hijau di pintu. 

"Silakan masuk Bu," Mbak e cantik mempersilahkan. Ada rasa deg-degan. Semoga di dalam ada petunjuk. Umpama petunjuk dengan bahasa Inggris, semoga saya paham. 

Saat masuk segera saya baca-baca petunjuk yang ada. Saya coba saja. Alhamdulillah saya bisa menggunakan toilet di pesawat. Saya pun bercerita hal-hal yang saya ketahui saat di toilet tadi pada suami. Tak lama kemudian suami menuju toilet yang tentu saja beda dengan yang ada di rumah.  

Selanjutnya perjalanan dilanjutkan, setelah para jemaah umrah dari Aceh naik. 

Saya pun mulai membuka kembali selimut dan saya pakai. Sambil berzikir saya memejamkan mata. Berdoa semoga perjalanan kami lancar dan selamat sampai tujuan.  Aamiin

#gbmkabupatensemarang

#tantangan30hari menulisdesemberceriagbm








Tidak ada komentar:

Posting Komentar