Senin, 17 April 2023

Aku ingin Jadi Anak Soleh

 

Aku ingin Jadi Anak Soleh

 

Pagi ini amat cerah, tidak seperti hari-hari sebelumnya. Galih dan Arif berpamitan untuk berangkat sekolah dengan naik sepeda bersama. Kebetulan sekolahnya berdekatan.

            “Asalamuallaikum Ayah, Bunda!” seru dua anak dengan senyum manisnya mencium punggung tangan kedua orangtuanya.

            “Walaikum salam warahmatuwahi wabarahkatuh, hati-hati di jalan, belajar yang baik ya Nak,” ucap Bunda Dian.

            Mereka berdua melajukan sepeda motor dengan pelan-pelan. Tak lama kemudian sampai di sekolah. Mereka berpisah untuk menuju kelas. Bel berbunyi ketika Arif sampai di depan kelas. Ia pun masuk lalu meletakkan tas. Jam pertama pelajaran agama. Pak Ahmad memasuki kelas lalu memberi salam. Anak-anak kelas 6 itu serempak menjawab salam.

            “Anak-anak, sebelum saya lanjutkan pelajaran kemarin tentang zakat, saya ingin bertanya terlebih dahulu.

            Anak-anak pun saling pandang lalu satu per satu tunjuk jari.

            “Dokter Pak Guru,” jawab Anissa

            “Bagus!” seru Pak Ahmad dengan mengajungkan jempol.

            “Guru, Pak!” Ani berdiri tunjuk jari. Disusul anak lainnya sahut-sahutan menyampaikan keinginananya ada yang ingin jadi pedagang, pengusaha dan lainnya. Namun, si Arif diam belum berani tunjuk jari.

            “Arif ?” tanya Pak Ahmad sambil mendekati bangku Arif.

            Arif beringsut sambil tersenyum tipis. Wajahnya pun semu merah dan berusaha ngomomg tapi agak takut.

            “Kamu cita-citanya jadi apa Nak?” Pak Ahmad mengulangi pertanyaanya. Kelas pun ramai karena Pak Guru berada di belakang.

            “Saya..saya …,” ucap Arif agak tersendat-sendat.

            “Teruskan saja gak usah malu,” bujuk Pak Guru Agama dengan terus mendekati Arif.

            ‘Saya ingin jadi anak sholeh Pak Guru,” ucap Arif dengan pelan. Wajahnya tertunduk. Ia memang beda dengan anak lain yang menyebutkan aneka profesi.

            “Masya Allah, itu cita-cita mulia Arif, semoga terkabulkan/ Aamiin,” ucap Pak Ahmad penuh bangga.

            “Semua cita-citamu bagus asal dilandasi dengan iman dan taqwa, belajar yang tekun dan jujur.”

            “Nah pada kesempatan ini saya akan melanjutkan pelajaran kemarin tentang zakat,”

            Setelah menjelaskan tentang zakat, pelajaran berakhir dang anti pelajaran lain. Walaupun berpuasa, kegiatan pembelajaran berjalan lancar.

            Sampai di rumah Arif pun bercerita tentang pelajaran hari itu kepada bundanya. Bu Dian mendengarkan dengan baik. Kemudian memuji jawabannya anakknya. Arif pun berusaha menjalankan apa yang disampaikan gurunya. Ia pun salat dhuhur lalu dilanjutkan dengan membaca Al”Quran. Cita-cita yang disampaikan Pak Gurunya amat mengena di hati. Ia ingin mewujudkan.

            “Arif, bantu bunda ya,”

            “Ya, Bu,” ucapnya dengan pelan. Ia ingin menunjukkan pada adiknya untuk selalu patuh pada ongtuanya.

 

Ambarawa, 18 April 2023

 

 

 

 

 

 

Berbagi itu Indah

 

Berbagi itu Indah

            “Arif, yuk bantu bunda belanja ke pasar dan Swalayan terdekat,” ajak Bu Dian siang itu. Kebetulan hari Jumat sehingga pulang sekolah lebih awal. Mereka ke pasar setelah salat Jumat. Bu Dian juga sudah salat dhuhur di rumah.

            Yuk, kita jalan. Nanti pulangnya naik gocar saja.

            Siap Bund, ucap Arif senang karena bisa melihat suasana pasar jelang lebaran. Tak terasa satu minggu lagi sudah lebaran.

            Kamu ingin beli jajan apa Nang, ya untuk lebaran nanti? Tanya Bu Dian sambil melihat pemadangan samping kanan. Museum kereta api yang sepi karena Ramadan.

            “Apa saja lah Bund, penting enak, eh itu bund, putri salju boleh,”jawab Arif semangat

            “Oke.”

            Tak menunggu lama mereka sampai di depan swalayan depan pasar. Tak ramai seperti swalayan di depas pasar.

            Yuk masuk sini saja, Sebenarnya yang di depan pasar agak murah tetapi bunda gak kuat antre.

            Bu Dian segera mengambil beberapa kuae kaleng dan sirup. Arif membantu membawakan keranjang biru. Keranjang pun penuh.

            “Kok banyak amat sih Bund, belanjaannya?” tanya Arif penasaran.

            “Ya, ini bukan untuk kita saja, nanti dibagikan untuk tetangga,” jelas Bu Dian sambil menuju kasir.

            Mereka pun menuju pasar. Karena sudah bawa barang lumayan berat, Bu dian memilih belanja di toko depan pasar yang tadi di indomaret tidak ada. Bu Dian langsung mengambil beberapa jajanan yang terpajang. Memang kali ini Bu Dian tidak membuat kue seperti dulu.

            “Ini semuanya Bu,” tanya anak muda yang terampil berjualan. Mungkin bantu orangtuanya.

            “Ya, Mas, masukkan dalam dus saja,” ucap Bu Dian. Namun, Mas e sudah menyipakan tas besar.

            Akhirnya semua belanjaan sudah lumayan banyak. Bu Dian segera pesan Gocar.

            “Ini semua masukkan Buk,” tanya Driver dengan ramah. Bu Dian menggangguk sambil membantu memasukkan semua barang. Bagasi belakang pun penuh.

            Tak lama kemudian barang gocar sampai di rumah.

            “Alhamdulillah, terima kasih Pak,” ucap Bu Dian sambil membuka pintu mobil. Selanjut barang-barang diturunkan. Begitu turun, Galoh dan Yoga sudah menghadang di pintu rumah. Mereka bedua langsung menuju teras rumah.

            “Masya Allah banyak amat belanjaan Bunda,” sapa Galih ketika dilihatnya banyak dus di depannya.

            ‘Ayo bantu bawa masuk!” seru Ibu berkerudung itu sambil membawa satu tas kecil.

            Jelang magrib semua barang sudah tertata dalam tas bergambar hijau masjid dan ada tulisan selamat idul Fitri.

            “Anak-anak Bunda dibantu ya, ini rejeki kita untuk orang lain, semoga berkah untuk keluarga. Bu Dian telah memberitahu Arif mengantarkan untuk keluarga Mbak Tarni dan Bu Sani. Sedangkan untuk Bu Sumi dan Bu Yah diantar oleh Galih. Lainnya diantar bu Dian sendiri dibantu si kecil Yoga.

            “Bunda jempol, besok jika aku sudah besar mau seperti Bunda, berbagi rejeki untul sesame,” ucap Yoga jelas sambil mengacungkan jempolnya.

            “Aku juga,’ serempak ucap Arif dan Yoga.

            “ Anak-anak rrejeki kita itu juga rejeki orang lain. Berbagi bulan Ramadan itu dianjurkan dalam agama Islam. Semoga membawa keberkahan bagi keluarga,” ucap Bu Dian. Magrib tiba mereka pun langsung menuju ruang tengah untuk berbuka puasa.

            “Ait stop dulu!” teriak Ayah ketika anak-anak memegang gelas-gelas berisi jus jambu. Mereka saling tatap sambil melihat ayahnya dengan rasa heran.

            “Maksudnya cuci tangan dulu sebelum berbuka, jangan lupa berdoa,” lanjut Pak Cahyo.

            “Oalah kirain ada apa,”

            Mereka pun segera menuju kran air yang berada di dekat dapur.

            “Bisamilah hirohmannirohhim, Allahumma laka shumtu wa bika amantu wa'ala rizqika afthartu. Birrahmatika yaa arhamar roohimin.

            Artinya: "Ya Allah, untukMu aku berpuasa, dan kepadaMu aku beriman, dan dengan rezekiMu aku berbuka. Dengan rahmatMu wahai yang Maha Pengasih dan Penyayang."

 

Ambarawa, 18 April 2023

Rabu, 12 April 2023

Tarawih di Rumah

 Tarawih di Rumah

Mulai dari sore hingga malam jelang salat isya, hujan deras tiada henti. Udara pun sangat dingin. Teras rumah Pak Cahyo pun basah kena air hujan. Anak-anak pun masih berselimut tiduran di depan televisi. Bu Dian masih beres-beres di dapur. 

"Yuk, siap-siap tarawih!" ajak Bu Dian sambil menyiapkan mukena. 

"Dingin Bund," jawab Yoga sambil merapatkan selimutnya

"Ayoo bangun dong, nih sudah hampir pukul 19.00." Bu Dian menyingkap selimut yang dipakai anak-anak. Anak-anak pun berdiri lalu beralih tiduran di kursi. Katanya dingin.

Tiba-tiba Pak Cahyo muncul dari depan rumah untuk melihat suasana saat ini. Udara amat dingin dan  suara petir pun memekakkan telinga. Segera ia masuk ke rumah. Ia tak ingin berlama-lama di luar karena batuk pilek yang dialami beberapa hari ini belum reda.

"Bund, kita salat tarawih di rumah saja, selain udara tidak bersahabat, badanku masih merang," tawar Pak Cahyo sambil menuju tempat wudhu. 

"Ya, sudah tidak apa-apa, saya juga agak flu ini, yang utama tetap salat tarawih," jawab Bu Dian sambil membuka mukena untuk dipakai.

"Ayoo tarawih di rumah saja!" ajak Bu Dian

"Berarti aku gak dapat jaburan nih," celutuk Galih.

"Gak papa, tuh di lemari banyak jajan." Bu Dian menunjukkan lemari yang ada beraneka jajanan. Ibu paruh baya itu sengaja beli beraneka jajanan agar anaknya tidak jajan sembarangan.

"Oke, siap," jawab anak-anak serempak. 

Berlima menuju tempat salat khusus keluarga. Alhamdulillah cukup untuk berjamaah. Pak Cahyo sebagai imam. 

Rekaat demi rekaat dilalui dengan lancar. Saat jeda antara salat tarawih dan witir Pak Cahyo pun memberi tausiyah pada anak-anak dan istri. 

"Anak-anak kita telah memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Oleh karena itu Ayah mau beri sedikit nasihat dengarkan ya," ucap Pak Cahyo sambil duduk berhadapan dengan bunda Dian dan anak-anak.

"Sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan kita harus banyak melakukan amalan Amalan Rasulullah pada sepuluh hari ini bisa kita lakukan."

Rasulullah saw melakukan ibadah yang dilakukan khusus pada malam-malam tersebut.

Pertama, menghidupkan malam-malam Ramadhan. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Shahih Muslim, ‘Aisyah meriwayatkan:

“Aku selalu menyaksikan beliau beribadah selama Ramadhan hingga menjelang subuh,”

Kedua, Rasulullah saw selalu membangunkan keluarganya untuk shalat malam di malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan hadits Abi Dzar menggambarkan hal ini dengan jelas:

“Bahwasannya Rasulullah saw beserta keluarganya bangun (untuk beribadah) pada malam 23, 25, 27. Khususnya pada malam 29.”

Ketiga, Rasulullah mengencangkan ikat pinggang dalam arti menghindari tempat tidur pada sepuluh malam terakhir Ramadhan. Hal ini bersandar pada hadits:

Rasulullah saw ketika memasuki sepuluh terakhir malam Ramadhan beliau mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan (beribadah) malam itu dan membangunkan keluarganya.

Keempat, Rasulullah saw pernah menyambung puasa tanpa berbuka hingga magrib yang akan datang (puasa wishal)  pada satu malam dari sepuluh malam terakhir Ramadhan. Namun puasa wishal tidak dianjurkan untuk ditiru oleh pengikutnya.

Kelima, Rasulullah saw mandi dan membersihkan diri dan memakan wangi-wangian menjelang Isya’ selama sepuluh hari terakhir Ramadhan dengan harapan memperoleh laylatul qadar.

Keenam, Rasulullah saw selalu beri’tikaf di sepuluh malam terakhir Ramadhan.

Nah begitu anak-anak mari kita amalkan sedikit demi sedikit. Jadi kalian jangan tidur melulu. Kita manfaatkan sebaik-baiknya untuk mengisi hari-hari terakhir bulan Ramadhan.

"Oke ya, mari kita lanjutkan salat witir. "

Mereka berlima pun melakukan salat witir 3 rekaat lalu bersama-sama membaca doa berpuasa untuk besok.  Alhamdulillah salat tarawih di rumah penuh berkah.


Materi diambil dari www. kemenag.id


Minggu, 09 April 2023

Malam Nuzulul Quran (17)

 

Malam Nuzulul Quran (17)

 

         Udara sejuk, bintang beterbaran di langit ketika Arif, Galih dan Yoga berjalan menuju Masjid At-Taqwa. Psda malam ke-17 ini jemaah tidak sebanyak kala awal Ramadan. Mereka segera bergabung dengan ayahnya. Usai salat Isya dilanjutkan salat tarawih. Sebelum salat witir ada kultum. Kali ini kultum berisi tentang nuzuzul Quran.

            Anak-anak menyimak materi yang disampaikan Pak Wahid yaitu tentang nuzuzul Quran. Buku kecil Ramadan dibuka untuk dicatat.

            “Malam Nuzulul Quran merupakan salah satu malam penting bagi pemeluk agama Islam saat bulan suci Ramadan. hal ini merupakan malam diturunkannya Al-Quran untuk kali pertama. Kali ini, Malam Nuzulul Quran 17 Ramadhan 1444 H jatuh di antara Jumat, 7 April 2023 dan Sabtu, 8 April 2023. Artinya, mulai malam ini, Jumat umat Islam sudah bisa melakukan sederet amalan di Malam Nuzulul Quran.” ucap Pak Wahid dengan lantangnya.

            “Nuzulul Quran merupakan proses diturunkannya Al-Quran secara sekaligus dan berangsur-angsur melalui perantara Malaikat Jibril.  Lantas bagaimana turunnya Al-Quran, terdapat dua proses yang berbeda sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Ibnu Abbas RA,”lanjut Bapak yang berdiri di mimbar.

            "Al-Qur'an diturunkan sekaligus ke langit dunia pada malam Qadar, kemudian diturunkan sesudah itu sepanjang 20-an tahun".

            Firman Allah mengenai turunnya Al-Quran saat bulan Ramadhan:

            Artinya: Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). (QS. Al Baqarah ayat 185).

            Pada kesempatan itu Pak Wahid pun mengajak agak kita merancang amalan-amalan yang bisa dilakukan antara lain.

            “Mari memperbanyak berdoaa dan salat malam. Malam Nuzulul Quran merupakan malam di mana para malaikat turun ke bumi untuk memberikan doa kepada setiap umat Islam yang beribadah pada malam yang penuh keberkahan ini.”

            Suasana hening walaupun tidak semua anak mendengarkan. Ada yang gojek sendiri. Namun, ketiga anak Bu Dian diam meperhatikan walaupun agak mengantuk.

            Peristiwa Nuzulul Quran menjadi titik penting dalam kehidupan Rasulullah SAW dan Al-Quran sendiri menjadi mukjizat terbesar Rasulullah SAW. Memperbanyak sholat malam adalah amalan baik yang diamalkan pada malam Nuzulul Quran, selanjutnya memperbanyak doa sesuai hajat adalah juga bagian dari amalan pada malam Nuzulul Quran.

            “Kedua adalah  Itikaf di Masjid. Saat malam Nuzulul Quran kita dapat mengamalkan ibadah i'tikaf di masjid. I'tikaf adalah berdiam diri di masjid dengan melaksanakan amalan-amalan tertentu dengan niat karena Allah. Amalan-amalan yang dimaksud seperti membaca Al-Quran, berdzikir, berdoa, dan melaksanakan sholat malam. Hadits yang menyarankan untuk melakukan i'tikaf adalah berikut ini.

            Artinya, bahwa Nabi saw melakukan i'tikaf pada hari kesepuluh terakhir dari bulan Ramadhan, (beliau melakukannya) sejak datang di Madinah sampai beliau wafat, kemudian istri-istri beliau melakukan i'tikaf setelah beliau wafat." [HR. Muslim].

            “Ketiga, Tadarus Al-Quran. Nuzulul Quran merupakan waktu penurunan Al-Quran ke bumi, sebagian ulama berpendapat amalan paling utama adalah membaca Al-Quran, Nuzulul Quran akan membuat kita bersemangat dalam memperbanyak baca Al-Quran dan mengkhatamkannya, sehingga mendapatkan pahala dan kemuliaan yang berlimpah. Umat Islam dapat melakukan tadarus Al-Qur'an secara bersama-sama di masjid.

 

            Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan." (QS. Al-Qadr [97]: 1)

            “Terdapat hadits menunjukkan kesunahan bertadarus Al-Quran pada malam bulan Ramadhan secara berjamaah.

            Artinya, "Hadits ini juga menunjukkan kesunahan bertadarus Al-Qur'an pada bulan Ramadhan secara berjamaah. Menyetorkan Al-Qur'an kepada orang yang lebih hafal darinya. Hadits ini sekaligus menunjukkan kesunahan memperbanyak membaca Al-Qur'an pada bulan Ramadhan." (Ibnu Rajab, Bughyah al-Insan fi Wadza'if Ramadhan, hal. 42)

 

 

            “Keempat, memperbanyak Zikir. Zikir merupakan salah satu amalan baik yang bisa dilakukan dan sangat dianjurkan saat ibadah di malam Nuzulul Quran karena dengan berzikir kita akan selalu mengingat Allah SWT. Kita akan mendapatkan pahala yang berlipat-lipat ganda dan turut mengimplementasikan literasi pada malam Nuzulul Quran dengan bacaan-bacaan dzikir,” ucap Pak Wahid dengan lantang.

            Selanjutnya Pak Wahid mengajak anak-anak untuk terus tadarus di masjid. Tarawih diteruskan dengan salat witri 3 rekaat.

            Sampai di rumah, Yoga pun mulai banyak bicara karena saat itu dia sangat nagntuk berat.

            “Huuu lama banget ceramah tadi ya, capek, ngantuk,” ucap Yoga polos.

            “Ya, nih, aku mpe capek menulis,” ucap Galih sambil melonjorkan kakinya di kursi panjang. Lalu mereka mulai memakan jajan yang diperoleh saat usai tarawih. Bu Dian pun mendekat serta menasihati untuk mengamalkannya.

            “Jadi yang komplet ikut tadarus ada bonusnya lho,” ucap Bu Dian pelan sambil meminum air putih.

            “Wah, saya bolong berapa ya?” tanya Galih,”aku bolong dua saat ini dan kemarin,” lanjutnya.

            “Oke, semuanya ada bonus beli baju baru besok sore ya,” ucap Bu Dian dengan senyum tipis. Mereka pun bahagai karena akan diberikan baju baru.

 Ambarawa, 10 April 2023

 Materi sebagian dikutip dari CNBC Indonesia. 

 

 

 

Kamis, 06 April 2023

Akibat Tak Mau Sahur (14)

 

            Sudah hampir pukul 04.00 si Yoga belum bangun juga. Padahal kedua kakaknya sudah selesai makan sahur. Sebenarnya kedua kakaknya sudah berulang kali membangunkan. Namun, tak mempan juga. Kali Bunda Dian pun turun tangan karena sebenar lagi imsak. Ia tak ingin anakknya tidak makan sama sekali.

Sebenarnya sudah disiapkan semuanya. Tinggal makan. Nasi sudah diambilkan di piring agar tidak panas. Minum puith satu gelas, susu satu gelas. Sayur dan lauk tinggal ambi. Namun, betapa sulitnya membangunkan anak. Segera menuju kamar untuk membangunkan lagi.

            “Ayoo bangun, sudah hampir imsak lho!” ajak Bu Dian sambil menggoyang-goyangkan tubuh Yoga.

            ‘Huhhhh,” elak Yoga sambil membalikkkan tubuh. Matanya masih terpejam. Selimutnya masih rapat di tubuh.

            “Nanti kalau tidak sahir besok lemas lho!” Bu Dian terus mengajak agar anakknya mau sahur. Namun, sia-sia. Ajakannya tidak di respon.

            “Ya, sudah ini minum susu saja!” Kali ini Bu Dian memaksa agar anaknya ,mau minum. Dengan mata terbuka sedikit, Yoga duduk di atas kasur lalu meminumnya segelas susu coklat. Setelah itu berbaring lagi untuk tidur.

            Bu Dian geleng-geleng kepala  lalu menuju dapur untuk mengambil air putih lalu meminumnya. Begitu pun Arif dan Galih juga mengikuti ayah dan bundanya mengakhiri sahur dengan air putih satu gelas. Selanjutnya mereka salat subuh berjamaah.

            Pukul 05.30 Yoga baru bangun. Lalu berwudhu. Kakaknya menggoda karena adiknya tidak sahur. Namun, yang digoda diam saja.

            “Sudah..sudah sekarang semuanya mandi lalu siap-siap berangkat sekolah,” ucap Pak Cahyo dengan pelan.

            Mereka pun bersiap-siap lalu pukul 06.30 ayah mengantarkan mereka.

                         ***

            Bel tanda pulang berbunyi. Semua siswa berhamburan keluar. Yoga pun menuju rumah dengan berjalan kaki. Ia bersama Andi dan Taufik berjalan menuju rumah. Sampai di depan pasar dilihatnya ramai para pedagang yang mempersiapkan dagangannya untuk dijual jelang berbuka. Mereka bertiga pun memutuskan nongkrong di depan pasar. Tujuaannya mengulur waktu agar cepat sore.

            Air liur Yoga naik turun ketika melihat toples-toples berisi es campur yang warna-warni. Tenggorakannya kering. Ia pun sadar jika semalam tidak sahur. Perutnya pun rasanya melilit.

            “Yog, aku semalam tidak sahur, lha ngantuk berat, sih,” ucap Andi polos.

            “Ha…kok sama, aku juga!” sambung Yoga dengan nada keras.

            Mereka berdua seraya klop. Entah setan mana yang mempengaruhi keduanya sehingga kedua anak yang masih duduk di kelas 2 SD itu batal berpuasa dengan dalih tidak sahur. Konon rasa haus tak terbendung. Mereka membeli es dawet di depan pasar. Dengan tertawa terbahak-bahak kedua bocah yang badannya kecil itu berlari ke kampung sambil terus tertawa. Lalu mereka duduk di pojok gang.

            “Ndi, nanti kalau ada orang tahu kita batal bagaimana?”

            “Ya, jujur saja deh, kan kita haus,” jawab Andi tenang. Namun, Yoga merasa kurang tenang di hati seolah membohongi diri sendiri dan Ayah bundanya jika ia tak berterus terang. Sedangkan Andi, teman sebangku tenang saja.

            Sampai di rumah ia biasa saja walaupun hati kecilnya ada rasa takut . Wajahnya agak berbeda. Ia segera ganti pakai kaos terus dolan. Namun, sesaat kemudian Bundanya memanggil namanya.

            “Yoga, jujur dong dengan Bunda, pulang sekolah kamu jajan ya?” tanya bunda dengan wajah bertanya-tanya.

            Hati Yoga gusar. Ia tertunduk tak berani menatap bundanya. Ia pun berlari keluar rumah tanpa menjawab pertanyaan bundanya. Namun, di pintu ada ayahnya. Akhirnya ia tak bisa berkutik.

            “Ada apa sih, kok kamu buru-buru,” teriak ayahnya yang pulang dari mengajar.  

            Yoga tak bisa berkutik lalu tertunduk malu lalu berkata dengan terbata-bata kalau dirinya batal berpuasa.

            “Kok bunda tahu sih?”

            Nih, ada bekas cendol menempel di bajumu,” jelas Bunda. Selanjutnya Yoga minta maaf. Bunda pun menasihati agar lain kali kalau diajak sahur jangan mengelak. Ia pun mengangguk dan berjanji tidak mengulangi lagi.