Minggu, 04 Juni 2023

Salat Idul Fitri

 

Salat Idul Fitri

            Gema takbir masih terus berkumandang hingga pagi ini. Arif dan Galih sudah rapi dengan baju koko putih yang baru. Mereka bersiap-siap berangkat ke Masjid. Sementara Bu Dian masih menata kupat beserta lauk dalam rantang untuk dibawa ke Masjid. Sambil menata, Ibu tiga anak ini tiada henti membangunkan si ragil untuk bangun dan segera mandi. Namun, hingga pukul 06.00 si Yoga tak bangun juga. Akhirnya Pak Cahyo segera menggoyang-goyangkan badan Yoga yang kecil itu. Yoga pun bergeliat sambil mengucek-ucek matanya.

            “Yog, cepetan bangun, salat Eid lho, ini sudah siang!” panggil Pak Cahyo dengan nada keras. Anak yang masih duduk di kelas 5 ini bangkit dari tidurnya lalu berlari menuju kamar mandi. Bu Dian pun geleng kepala melihat ulah anaknya. Ia pun meletakkan baju koko di tempat tidur anakknya.

            Akhirnya dengan cepat si Yoga memakai baju koko dan celana  jean lama yang sudah disiapkan. Selanjutnya bersama- bersama mereka berjalan menuju Masjid. Bu Dian memakai gamis coklat sedangkan Pak Cahyo memakai baju koko warna putih tulang.

            Suasana Masjid At-Taqwa sangat berbeda dari biasanya. Halaman Masjid ada tenda hitam berdiri kokoh. Tampak ibu-ibu yang semuanya sudah memakai mukena duduk sambil melantunkan takbir, tasbih, tahmid mengikuti suara di dalam masjid yang juga penuh dengan kaum laki-laki.

            Segera Arif, Galih dan Yoga langsung memasuki masjid. Sedangkan Bu Dian bergabung dengan Ibu-ibu di halaman Masjid. Tak lama kemudian salat Idul Fitri dilaksanakan. Salat yang dilaksanakan setahun sekali ini berjalan lancar dengan khutbah yang menyentuh jiwa yang disampaikan Pak Abdul Wahid.  Usai salat mereka saling bersalam-salaman. Ibu-ibu tetap di halaman sedangkan bapak-bapak di dalam. Selanjutnya mereka tidak pulang tetapi mengikuti acara tradisi doa bersama dalam dzikir tahlil dilanjutkan dengan makan bersama.

            “Ini untuk sini saja Yah, biar Bunda ikutan dengan ibu lain,” ucap Bu Dian memberikan rantang kupat opor ke Pak Cahyo. Arif yang duduk bersebelahan dengan ayahnya langsung menerima rantang yang berisi tiga wadah.

            Pak Cahyo pun menata rantang di depannya. Beberapa wadah dengan aneka lauk tersaji dengan apik di beranda masjid. Lontong. ketupat serta lauk opor, bakmi, sambal goreng menarik untuk segera disantap. Ketiga anak dan anak-anak lain menyantap hidangan yang jarang ada itu dengan lahap.

            Tak terasa acara makan bersama usai. Semua jemaah meninggalkan masjid. Begitu pula Arif dan kedua adikknya telah berjalan lebih dulu.

            “Mas, tunggu!” teriak Yoga.

            “Lewat sini saja,ya!” jawab Arif sambil berbelok ke kanan yang merupakan jalan lain menuju rumahnya. Ia mengikuti teman-temannya yang berjalan berbeda ketika berangkat tadi. Alhamdulillah salat Ied berjalan lancar dengan perut kenyang.

 

 

 

 

Malam Takbiran

 

Malam Takbiran (27)

Takbir berkumandang jelas dari masjid-masjid. Suaranya menyentuh hati. Arif, Galih, Yoga sibuk dengan obor yang akan dibawa saat takbiran. Mereka amat senang karena bisa ikutan takbiran setelah lama tidak ada karena pandemi.

            “Mana sih oborku?” tanya Yoga sambil membawa senter untuk mencari obor. Ia agak risau karena belum menemukan obor yang dicari.

            “Coba dicari dulu lagi mungkin lupa meletakkan,” ucap Bu Dian pelan yang ikutan mencari. Namun beberapa menit kemudian, ia dipanggil oleh kakaknya untuk diajak berangkat.

            “Obornya belum ketemu, tunggu dulu Mas,”

            “Lha obornya di sini kok ini sudah aku ambilkan!” teriak Galih.

            “Huuu kok gak ngomong sih, nih lho Adikmu mau nangis mencarinya.”

            Galih tertawa saja ketika ibunya menegurnya. Akhirnya ketiga anak Bu Dian berangkat menuju masjid. Galih dan Yoga telah memegang obor sedangkan Arif tidak membawa apa-apa.

            “Mas, nanti ikutan keliling kan?”

            “ya, Mas Arif nanti ikut dorong replika masjid.”

            Masjid At’Taqwa sudah penuh dengan anak-anak yang siap untuk takbiran. Kurang lebih ada 60 anak-anak. Ada yang membawa obor, membawa corong pengeras suara ada replika masjid. Suasana masjid tampak ramai.

            “Ayo berbaris, sebentar lagi kita berangkat!” ajak Pak Juli sambil mengarahkan agar anak-anak menuju barisan. Barisan pun lumayan panjang. Obor menyala berpendar memancar ke segala arah.

            Gema takbir terus terdengar mengiringi perjalanan anak-anak. Jalan kampung pun ramai. Mereka tersenyum bahagia menyambut lebaran. Barisan pun lumayan panjang. Selain anak-anak, para remaja dan orangtua pun ikut bergabung.

            Allah hu Akbar

            Allah hu Akbar

            Allah hu Akbar

            Walilillah Ilham

            Iring-iringian anak-anak berjalan menuju jalan kampung Kaliputih lalu sampai jalan raya. Yoga dan Galih tampak senang dengan obornya. Tiba-tiba Galih menyalip teman-temannya maju barisan depan. Obor tetap dipegang dengan tangan kanan. Sikap usilnya mulai dilakukan dengan menyenggol temannya. Tak lupa adiknya Yoga. Tentu saja hal ini membuat teman dan adiknya kesal.

            “Galih, apa-apaan sih, barisanmu mana?” tegur Arif kakaknya yang tahu adikknya selalu usil.

            “Weee wee,” balas Galih sambil menjulurkan lidahnya.

            “Hus kamu tuh di belakang, bukan sini!” bentak Dito, teman sekelas Galih.

            Kegaduhan tak terelakan lagi. Walaupun begitu takbir keliling tetap lancar walaupn sedkit berisik. Hal ini langsung disikapi Pak Juli selalu koodinator. Galih ditarik ke belakang tanpa banyak bicara.

            “Sudah kamu di sini saja bareng saya!” ucap Pak Juli tegas. Galih pun cengar cengir menuruti ajakan Pak Juli. Teman-temannya menertawakannya.

            “Syukurin!” seloroh Yoga.

            “Sudahlah tertib semua ayoo terus bertakbir!” seru Pak Yuli sambil berjalan.

            Alhamdulillah, kini anak-anak tertib hingga sampai masjid yang merupakan titik akhir. Seolah tak ada permasalahan tadi. Mereka mematikan obor dan istirahat di depan masjid. Minuman dan snack siap disantap dengan penuh kebahagiaan.