Jumat, 26 November 2021

Peringatan Hari Guru ke-76 yang Istimewa







            Peringatan Hari Guru Nasioanal ke -76 pada masa pandemi ini dilaksanakan secara serentak di seluruh nusantara. Tak terkecuali di  SMP N 2 Banyubiru. Kami keluarga besar memperingati dengan istimewa. Keistimewaan apa saja ya?

            Tepat pukul 07.00 tampak lapangan sudah ramai. Para guru dan siswa mempersiapkan diri. Kali ini petugas upacara adalah para guru. Bapak ibu guru memakai seragam PGRI  dan bermasker. Sedangkan para siswa kelompok 2 memakai pakaian OSIS dan bermasker.  Kali ini yang berangkat hanya kelompok 2, karena sekolah masih memberlakukan blended learning. Jadi siswa berangkat secara bergantian. Kami melaksanakan upacara dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.

            Dengan suara jelas, pembawa acara, Ibu Indah mengawali acara. Pemimpin upacara, Pak Linggar dengan langkah pasti dan tegap berjalan menuju tengah lapangan. Guru baru yang badannya tinggi kekar ini pas sebagai pemimpin upacara. Pemimpin barisan ada tiga yaitu Bu Restu, Bu Walyati dan Pak Rizki. Pembaca doa adalah Pak Jadi.

            Pembina upacara adalah Ibu Sumiyatun selaku kepala sekolah dengan penjemput Ibu Nursih. Inilah istimewa peringatan dengan petugas para guru. Bapak ibu guru bertugas dengan sangat bagus. Petugas bendera pun dilaksanakan dengan sempurna. Bu Lilis, Pak Dito dan Bu Lina adalah guru muda yang energik ini telah menunjukkan keteladanan menjadi pengibar bendera.

            Lagu Indonesia Raya dinyanyikan oleh regu koor yang terdiri para guru dan anggota OSIS  dengan lancar berkat arahan dirigen Ibu Arina. Upacara begitu khitmad walaupun sedikit terusik karena beberapa siswa pingsan. Peringatan Hari Guru makin terharu kala lagu himne guru dinyanyikan bersama. Guru merupakan pembangun insan cendekia. Benar juga bahwa di pundak gurulah akan tercipta generasi yang cerdas yang akan menjadi penerus bangsa. Pembacaan UUD 45 pun diucapkan Bu Ning dengan amat jelas dan lantang. Luar biasa petugas upacara kali ini.

            Upacara ditutup dengan doa oleh Pak Jadi. Alhamdulilah peringatan Hari Guru Nasional 25 November 2021 berjalan lancar. Sebelum dibubarkan ada hal istimewa yaitu pengumuman guru favorit. Inilah kali pertama ada pemilihan guru favorit yang diadakan oleh pengurus OSIS. Para siswa dan para guru menyimak pengumuman dengan rasa deg-degan. Akhirnya terpilihlah tiga guru favorit. Tepuk tangan meriah kala pengurus OSIS menyebut tiga guru. Guru favorit kelas 7 adalah Ibu Lina, guru matematika. Guru favorit kelas 8 adalah Ibu Indah, guru bahasa jawa baru yang cantik. Sedangkan guru favorit kelas 9 adalah Bu Nanik, guru matematika. 

            Para guru diidolakan para siswa tentu punya kelebihan sendiri. Selamat Ibu Nanik, Bu Lina dan Bu Indah. Semoga predikat ini menjadikan anak didik kita  menjadi lebih baik. Sukses untuk Ibu-ibu cerdas ini. Sebuah tanda kebesaran yang dirancang oleh OSIS berupa uang yang dirangkai menjadi kalung disematkan oleh para pengurus OSIS. Saat itulah suasana menjadi seru karena sebuah hadiah cantik berupa botol minuman dalam kemasan apik dihadiahkan oleh siswa kepada semua guru. Kami pun bangga pada anak-anak.  Tak lupa kami mengabadikan momen istimewa ini.  

            Sesi akhir dari peringatan Hari Guru di SMPN2 Banyubiru adalah syukuran para guru dan karyawan di ruang 5 dengan makan bersama. Nasi gudangan, ayam dan tempe goreng ditambah peyek teri menjadikan suasana makin akrab. Doa dilafalkan Pak Edy Umar agar para guru bisa menjalankan amanah dengan baik serta diberi kesehatan.

            Benar-benar istimewa peringatan hari guru di Gridaba tahun 2021. Semoga semua warga SMPN 2 Banyubiru sehat semuanya dan mampu mencetak generasi emas yang berkarakter pada anak didik kita. Gridaba jaya. Gidaba sukses.

 

Ambarawa, 26 November 2021

           

 

 

 

Minggu, 21 November 2021

GEBYAR PESONA BINTANG PELAJAR








Selepas mengajar, saya menuju ruang guru. Samar-samar Ibu Mia dan beberapa guru berembug tentang akan lomba pesona bintang pelajar yang diselenggarakan Disdikbudpora Kabupaten Semarang. Sebenarnya tidak akan ikut, tetapi terbesit ada gagasan untuk ikut acara tersebut. Kesepakatan pun bulat. Dipilihlah siswa yang dipandang mampu dan mau. Terpilihlah siswa kelas 9A yang bernama Pamillian Nuril Hidayah. Berbagai pertimbangan telah dilakukan mengapa memilih anak tersebut. Anak ini memang multi talenta. Berbagai lomba diikuti. Jadi, dari segi mental sudah terbentuk.

“Bu Yanti yang ngantar ya?” ucap Bu Mia selaku kepala sekolah. Bu Nursih pun mengiyakan.

“Ha…saya?” tanyaku heran.

“Kan, Bu Yanti wali kelasnya,” tambah Bu Nursih 

Hujan menderas siang itu. Jam menunjukkan pukul 12.30. Saya sempatkan melihat anak yang akan ikut lomba. Bu Restu sedang merias Nuril dengan didampingi Bu Wal. Tampak para guru saling support pada siswa yang akan lomba. Bu Restu, guru seni rupa ini sangat terampil merias wajah siswa kelas 9A ini. Wajahnya menjadi cantik karena polesan bedah yang tipis tetapi indah. Baju casual berwarna pink salem sangat serasi dengan wajahnya yang imut. Dompet dan sepatu pun sangat pas dengan bajunya.

Bersama Mas Nur sang driver,  saya dan Nuril diantar ke SMPN 1 Banyubiru. Kami akan berbarengan menuju tempat lomba di Ungaran. Dengan bismilah kami keluar dari SMPN 2 Banyubiru untuk mengikuti lomba Pesona Bintang Pelajar yang dijadwalkan pukul 14.30 akan dimulai.

Setelah menunggu beberapa waktu, kami meluncur bersama dengan rombongan SMPN 1 Banyubiru. Ada tiga guru yang siap bersama kami. Dua peserta lomba berpasangan dengan baju yang bagus siap bersama kami. Kami pun berpamitan dengan Pak Budiyono selaku kepala sekolah SMPN 1 Banyubiru.

Di mobil ini kami saling berkenalan. Walaupun sekolah  kami dekat tetapi tak semua guru saya kenal. Kami pun mengobrol berbagai macam.

“Wah… sudah hampir pukul 15.00 bagaimana ini? “ ucap Ibu guru yang duduk di depan.

“Gak papa tenang saja, pasti juga molor,”sahut Ibu guru yang masih muda ini. Saya hanya menyimak sambil menahan kantuk.

Suasana sangat ramai ketika kami memasuki tempat lomba. Mobil-mobil memenuhi area parkir. Setelah turun dari mobil, kami menuju tempat lomba. Ada tenda dengan rumbai kain warna merah sudah penuh dengan orang. Tampak anak-anak, remaja cantik dengan dandanan yang aduhai berlalu lalang. Mereka sibuk dengan sendirinya.

Segera saya dan Bu guru dari SMP 1 Banyubiru menuju tempat pendaftaran. Sementara Nuril saya beri air minum lalu duduk di kursi yang kosong. Butuh kesabaran saat pendaftaran. Dua wanita siap melayani calon peserta. Wanita beranting besar dan berwajah cantik itu memberi nomor peserta dan sebuah peniti untuk dipasang. Alhamdulillah sudah mendaftar. Selanjutkan nomor saya berikan Nuril saya pun pergi ke Mushola untuk salat Asar. Sejuk terasa setelah wajah tersapu air wudhu.

Tampak suasana gedung tempat lomba penuh dengan para penonton. Gedung yang tidak terlalu luas itu ada panggung catwalk. Para peserta yang dari TK dan SD bergaya dengan apiknya. Mereka berlenggak lenggok penuh percaya diri. Saya bersama Nuril masih berdiri sambil menunggu giliran sambil melihat penampilan anak-anak kecil yang lucu, imut dan menggemaskan dengan kaca mata kece, baju yang apik. Pokoknya bikin gemes dan tertawa.

 Setelah peserta TK dan SD, kelompok baju pesta SMP mulai. Lumayan gerah karena suasana di gedung yang kurang luas.  Saya dan Nuril setia menunggu sampai giliran tiba. Para remaja dengan kategori baju pesta berlenggak lenggok dengan aneka gaya. Berjalan, berputar, tersenyum dengan gayanya sendiri-sendiri. Sebagian besar sangat luwes, percaya diri dan berani tampil. Walaupun ada satu dua yang canggung dan kurang percaya diri.

Setelah sekian lama akhirnya peserta causal SMP mulai dipanggil untuk bersiap-siap.

“Nuril minum dulu ya?” tanyaku karena sedari tadi berdiri.

“Nanti saja Bu,” ucapnya ramah. Gadis yang sering mengikuti berbagai lomba itu tersenyum. Tampaknya ia sudah siap untuk maju. Siap action.

Satu persatu kategori casual SMP memasuki area catkwalk.  Berlenggak- lenggok  dengan tenangnya. Untung saya dapat duduk di samping panggung. Jadi, saya bisa leluasa memandang mereka dan sekaligus bersiap-siap mengabadikan Nuril. Peserta maju tidak urut, nomor juga acak. Mata tak lepas dari peserta agar tidak ketinggalan momen anak didik saya saat maju. Penampilan peserta anaka ragam. Mental mereka untuk tampil banyak yang sudah jadi. Dengan senyum menawan, bergaya penuh gaya, peserta siap dinilai dewan juri. Apalagi yang berasal dari sebuah kursus khusus, tentu sudah terlatih.

Saatnya Nuril tampil. Ia hanya sekali berjalan. Alhamdulilah lancar walaupun senyumnya kurang mungkin agak grogi. Bagi saya ia berani tampil itu sudah luar biasa. Ini sebagai cara untuk berlatih mental. Segera saya abadikan dalam video dan foto. Lega rasanya. Sudah bisa mendampingi Nuril sampai selesai. Kebahagiaan yang tak terkira. Semoga ini membawa manfaat pada para siswa. Anak-anak yang mengikuti acara ini bisa jadi pembelajaran agar belajar mandiri dan percaya diri.

Jelang Magrib kami pulang dengan membawa sejuta kenangan. Apa pun hasilnya tetap disyukuri. Alhamdulliah sampai rumah dengan selamat. Terima kasih keluarga besar SMPN2 Banyubiru yang telah mendukung Nuril untuk tampil dengan lancar.

Amabarawa, 21 November 2021

 

 

 

 

 

Jumat, 19 November 2021

13 Wanita dalam Ketegaran

Berawal dari ajakan seorang teman yang bukunya sering nongol di penerbit mayor, komunitas penulis Ambarawa membuat antologi yang bertema ketegaran wanita. Terkumpul ada 13 anggota yang berani dengan tantangan ini. Setiap penulis wajib menulis 6 sampai 8 halaman kisah inspiratif seorang wanita yang tegar menghadapi hidup ini. Kisah ini bisa kisah dirinya sendiri atau orang lain dengan sudut pandang orang pertama. 

Alhamdulillah buku antologi karya 13 ibu-ibu bertema 'ketegaran wanita' sudah terbit. Semua berkat tangan dingin mbak Arinda Shafa dengan polesan-polesan cantik. Tak mengherankan jika buku ini layak terbit di penerbit mayor. 

Sebenarnya buku ini sudah di ACC untuk terbit di penerbit Tinta Medina (imprint dari penerbit tiga serangkai). Namun lagi lagi karena efek pandemi, penerbit berputar haluan  menerbitkan buku-buku digital. Akhirnya dengan berat hati, naskah ini  ditarik kamudian terbit di penerbit IMP (Indiva Mitra Pustaka).

Apa sih isi cerita tersebut kok sampai dilirik penerbit. 

Inilah  sinopsis buku inspiratif ini. 

Menjadi seorang muslimah adalah karunia Allah yang luar biasa. Pada zaman jahiliyah, wanita dipandang sebelah mata, dijadikan budak, bahkan kelahiran bayi perempuan, dianggap aib hingga dikubur hidup-hidup. 

Kemudian Islam datang untuk memuliakan wanita. Memberikan wanita kedudukan yang tinggi. Ia memiliki potensi surga di dalam setiap perannya. Ketika ia menjadi seorang anak, ia menjadi jalan surga bagi orangtuanya. 

Ketika menjadi seorang istri, ia menyempurnakan agama suaminya. Ketika menjadi seorang ibu, surga berada di bawah telapak kakinya. Dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita salihah. 

Wanita, identik dengan kecantikan, kelembutan, dan segala keindahan. Tak pelak ia juga mewakili makhluk perasa nan melankolis yang mudah meneteskan air mata. Menangis memang bahasanya wanita. Ekspresi terdalam untuk melepaskan segala ganjalan hati. 


Ia berusaha tegar oleh kelindan ujian yang menerpa kehidupan. Berusaha menjadi seteguh karang yang tetap berdiri kukuh menahan terjangan gelombang. Berusaha untuk selalu berpegang teguh pada tali paling kokoh, Allah SWT. 

Sebab di dunia ini, ujian dan cobaan adalah keniscayaan. Sejarah mencatat bahwa Nabi, Rasul, dan manusia-manusia terdahulu bahkan mendapat ujian teramat berat. 

Para wanita terdahulu, para sahabiyah juga diuji dengan ujian tak tertanggungkan. Ujian merupakan bukti cinta-Nya dalam ‘bungkus’ yang tidak kita butuhkan. Persis analogi permen. Kita ingin dapat permen manis, tetapi  tidak mau jika diberikan tanpa bungkus. 

Kita tentu mau permen manis yang masih terbungkus rapi meski pada akhirnya kita membuang bungkus yang tidak kita butuhkan itu, bukan? Begitulah ujian. Ada kejutan yang telah Allah siapkan untuk hamba-hamba-Nya yang ikhlas dan mau mengambil pelajaran.

Sebuah kebanggaan bagi kami. Menambah koleksi buku di komunitas kami. Semoga bisa terus menginspirasi dengan berkarya. 


Bapak, ibu ...jika ingin memiliki buku ini amat mudah. Buku dengan tebal 200 hal ini bisa dipesan dengan harga PO 60 ribu. Yang pesan akan diikutsertakan dalam undian yang berhadiah buku. InsyaAllah bermanfaat. 


Ambarawa, 5 November 2021

Jumat, 12 November 2021

SEKOLAH MEWAH

 


Siapa sih yang tidak ingin berada di sekolah mewah? tentu amat senang berada di sekolah yang mewah. Seperti diriku yang mengajar di sekolah ini sudah hampir  sepuluh tahun ini juga menjadi bagian berada di sekolah mewah. Kok bisa? apa sih yang dikatakan mewah. Penasaran ya. Tunggu sebenntar. 

Hari ini sabtu, 13 November 2021 aku tak mengajar karena ditunjuk sebagai guru piket. Jadi, jam mengajar kosong. Walaupun jam kosong, pekerjaan guru tetap ada. Saya pun langsung menuju ruang 21. Ruang bahasa Indonesia yang berada antar paling utara dan timur.

Nah, ini tadi usai membuka laptop sejenak aku  keluar kelas. Berjalan ke belakang kelas. Ada tembok setinggi satu meter yang atasnya ada kawat berduri. Saya berhenti di sudut kelas yang kebetulan tak ada siswanya. Ada kebun sekolah dengan aneka tanaman. Pohon pisang sudah banyak yang berbuah. Pohon jambu, jeruk dan papaya tampak subur. Di pinggir kebun ada pohon serai yang amat rimbun.

Selangkah kemudian aku dongakkan kepala. Wohhh sawah membentang dengan hamparan padi yang menguning. Tampak padu memanjakan mata. Jauh mata memandang awan putih dengan sinar mentari pagi menambah cerah hari ini.

Yang lebih takjub dengan keindahan pagi ini adalah tampak rawa pening begitu indah memesona di ujung utara. Walaupun tidak sepenuhnya kelihatan, pemandangan pagi ini di belakang sekolahku tetap indah.  Hati ini pun ingin menuju ke persawahan lalu menuju rawa pening yang kini tak ada enceng gondoknya. Ah…mimpi kali. Kan hari ini masih kerja hee.

Nah, sekarang tahu kan kalau sekolahku adalah sekolah mewah, Mepet Sawah. Bagaiamana sekolah teman-teman?

13 Nov 2021.