Sabtu, 28 Agustus 2021

Rindu ini Telah Terobati (Puisi Telelet)

                                 Rindu ini Telah Terobati

(puisi Telelet)

 

Oleh : Budiyanti Anggit

 

Wajah-wajah sumringah telah terpancar

Senyum simpul kembali berbinar

Menyembul bak mawar mekar.

 

Rindu ini telah terobati

Bahagia terukir di hati

Kau hadir penuh arti

Bersua hingga nanti.

 

Kita kembali bersua dalam suka

Mengukir mimpi yang sempat terluka

Dalam bingkai saling mengeja setiap tatap muka

Kita reguk ilmu yang kian beraneka

walau belum bisa diterka.

 

Kita syukuri nikmat Illahi yang tak terperi

Sehat jiwa raga selalu mendekap diri

Belajar menggeliat dengan mandiri

Kelak kau bisa menjadi insan berdikari

Menapak jejak agar ilmu tak   berlari

Semua akan bermuara pada indah bestari.

 

Rindu membuncah sejenak terhempas

Karena kita berpadu dalam canda tawa lepas

Mereguk kembali kisah kasih lama tak berbalas

Merangkai kata-kata indah dengan jiwa seputih kapas

Semua deretan duka telah terlibas.

 

Kita saatnya bersyukur

Agar kita jauh dari perbuatan kufur

Karena-Nya kita melepas rindu yang uzur

Semoga rejeki tak henti  bertabur

 

Terbesit doa pandemi covid-19 segera kabur

Setelah pandemi sirna kita akan kembali berbaur

Mendekap nikmat Illahi yang Maha Luhur

 

Ambarawa, 27 Agustus 2021

 

 


Minggu, 22 Agustus 2021

MUDAH MENULIS CERITA #2


MUDAH MENULIS CERITA #2   

#Konflik dalam Cerita

# Mudah membuat dialog

1.      Konflik dalam cerita itu amat penting. Tulisan jadi hidup. Cerita tanpa konflik bagaikan masakan tanpa garam. Dalam cerita itu alur  ada perkenalan, permasalahan, konflik dan penyelesaian. Banyak pembaca enggan meninggalkan cerita karena konflik. Orang sangat benci konflik tapi akan senang jika membaca penuh konflik. Dengan konflik cerita lebih hidup. Intinya kita harus tega membuat konflik.  Awal cerita bisa juga dimunculkan konflik. Setelah itu uraikan permasalahan tersebut menjadi beberapa paragraf penjelas. Nah, cerita yang telah kita buat kemarin bisa dikembangkan. Umpama konfkik belum tampak bisa dilanjutkan. 

2.      Munculkan dialog. Usai mengembangkan cerita sebaiknya diimbangi dengan dialog. Dialog akan menjadikan cerita tidak jenuh. Namun, komposisi dialog dan narasi jangan timpang. Artinya jangan terlalu banyak dialog dan jangan terlalu banyak juga narasi. Sebaiknya seimbang.

Contoh :

Sudah hampir satu jam aku menunggunya di halte bus sore itu. Hujan disertai petir membuat hatiku makin ciut. Bajuku basah. Bererapa menit ada mobil berwarna hitam berhenti pas di depanku. Pintu mobil dibuka. Mataku terbelalak melihat orang yang keluar dari mobil mewah itu

Sesaat aku mundur. Kudekap tas yang berisi berbagai surat penting dan gajiku hari ini.  Ingin rasanya aku berlari. Namun, orang yang berbadan besar itu sudah memegang tanganku dengan kasar.

“Ayo, ikut aku!” teriaknya sambil berusaha menyeretku masuk mobil.

“Tolooong!” jeritku tak kalah keras. Namun, apa dayaku sebagai seorang perempuan. Mulutku telah dibekap dengan kain hitam. Samar-samar terdengar orang yang aku kenal.

“Akhirnya kau kutemukan.” Lelaki yang berada di depan stir mobil itu tertawa terbahak-bahak. Jelas itu suara Randi, lelaki yang telah melukai hatiku beberapa minggu lalu. Rupanya ia tidak terima jika aku pergi darinya.  Aku diam sambil meronta agar tanganku bisa bebas. Lama kelamaan aku tak sadarkan diri.

3.      Mari belajar membuat dialog yang benar. Menulis dialog dalam cerita berbeda dengan drama. Perhatikan dialog dalam cerita di atas.

a.       Awali dengan tanda petik. Awal kata dalam petik harus huruf kapital ( kita mulai saat ini  menyebutnya dengan huruf kapital ya, bukan huruf besar )

b.      Akhir dialog bisa tanda baca titik (.) , tanda tanya (?), tanda seru (!). Jika kita akan tag dari dialog dengan kalimat yang menggunakan “kata, tanya, seru, ucap, bentak dll” maka kita beri tanda koma setelah dialog dan sebelum tanda petik. Selanjutkan gunakan huruf kecil pada tag yang berbunyi kata, tanya, ucap, bentak dll.

c.       Jika kita tidak menggunakan tag berarti kita gunakan tanda baca titik. Selanjutnya huruf pertama kalimat baru dengan diawali huruf kapital.

d.      Awal percakapan dalam word sebaiknya menjorok, tidak sejajar dengan narasi. dan enter untuk ganti percakapan. Jadi antara narasi dan dialog jangan dijadikan satu.

Selamat mencoba.

Mari belajar dan belajar.

 

 

 

 

 

 

 

Selasa, 10 Agustus 2021

AKU DAN BUKUKU


Budiyanti Anggit, nama pena dari Budiyanti, S.Pd.  Wanita yang lahir di kota Kendal pada tanggal 12 Juli ini lulusan Unnes Semarang.

Mulai aktif menulis tahun 2012. Karyanya pernah dimuat media massa Jawa Pos, Radar Semarang, Buletin Pustaka, Majalah Mahardika.

Mempunyai   30-an antologi bersama dengan berbagai genre. 

Buku Solo dan duet ada 8 antara lain :

Kabut di Ujung Malam (Griya Pustaka,2013)

2.      

Inilah Cara Gampang Jadi Penulis( JAP Media, 2013)

3.    

  Jurus Cerdas Jadi Guru Penulis ( Media Guru, 2018)

4.     

Cinta pun Bersemi (Media Guru, 2018)



5.      Kutemukan Diriku pada Dirimu (Elexmedia Komputundo, 2017 

6.      

Sebuah novel  Luka Paling Sempurna ( LovRins, Agustus, 2018)

7.     

Anakku Tabungan Surgaku merupakan buku (Tinta Media, 2019),

8.      

Buku parenting berjudul Inspirasi Mendidik anak Masa kini (Rizquna, Februari 2020).


Berbagai komunitas kepenulisan telah diikuti. Mendapat amanah sebagai ketua GBM ( Guru Bisa Menulis) dan Penarawa ( Penulis Ambarawa). Semboyannya adalah Menulis agar hidup lebih bermakna. Menulis untuk bahagia

Masih aktif mengajar di SMPN 2 Banyubiru, Kab, Semarang.  Alamat bisa dihubungi melalui email budiyantispd@gmail.com/ Akun Facebook, Budiyanti Anggit, email budiyantispd@gmail.com/ Akun Facebook, Budiyanti Anggit. WA: 081227526248

 


Senin, 09 Agustus 2021

MUDAH MENULIS CERITA (1)

1. Menangkap Ide dan Pembuka Cerita yang Nendang) 

Oleh : Budiyanti Anggit

 

Masih banyak di antara kita masih ragu untuk menulis cerita.  Sebenarnya jika diniati dengan sungguh-sungguh dan mau belajar dengan mempraktikkan serta sering membaca cerita pasti bisa. Kuncimya ya mencoba dan jangan takut salah.

Apa saja sih yang harus dipersiapkan untuk menulis cerita fiksi berbentuk cerpen, novel atau non-fiksi berbentuk cerita seperti cerita inspiratif. Kita bisa menyebutnya faksi ( fakta tetapi ditulis layaknya fiksi.

Beberapa waktu lalu saya mengamati bahwa masih banyak yang belum maksimal menulis faksi, cerita inspiratif atau cerpen. Oleh karena itu pada kesempatan ini saya berusaha memberi materi secara bertahap.

Beberapa hal yang harus dipelajari saat menulis cerita adalah

1.      Menentukan ide.

Ide itu ada di mana- mana. Yang tak akan habis adalah pengalaman diri sendiri. Selanjutkan kita bisa menangkap ide dari luar. Kita bisa melihat kejadian orang lain. Curhat teman, saudara. Bisa juga kita mencari ide saat sendirian, atau membuka foto-foto lama, menonton film dan lain sebagainya. Segera tangkap ide tersebut. Agar tak hilang segera kita catat. Jangan sampai lepas.

2.      Membuat draf cerita/ kerangka cerita

Langkah ini penting sebagai pedoman saat menulis. Mau dibawa ke mana cerita kita. Walaupun nantinya ada yang tidak sama persis dengan kerangka, setidaknya kita tahu alur cerita.

3.      Pembuka Carita yang Nendang.  

Kebanyakan orang masih bingung untuk mengawali cerita baik fiksi maupun cerita inspiratif. Bingung mau memulai dari mana. Padahal kita tahu bahwa pembuka cerita merupakan titik tolak pembaca akan meneruskan membaca atau tidak.

Kalau awal cerita sudah menarik dan bikin kepo, maka orang tak ingin beranjak meninggalkan bacaannya hingga selesai . Sebaliknya jika awal cerita  kurang menarik, membosankan, atau bertele-tele, pembaca akan meninggalkannya.

Jika kita mengirimkan naskah ke penerbit, perlu kita ketahui bahwa editor penerbit tidak mungkin akan membaca keseluruhan novel tetapi akan membaca awal cerita. Biasanya bab awal. Jika tulisan di awal sudah menarik dan greget, maka itu sudah mencuri hati editor.

Jadi, bagaimana sebaiknya?

Awali cerita yang membuat pembaca penasaran dengan isi cerita. Istilah lain awal cerita harus NENDANG

Buatlah awal cerita yang menjadikan pembaca ingin tahu cerita selanjutnya. Awali yang nendang. Selain itu awal cerita jangan terlalu banyak bertele-tele.

Apalagi awal cerita terlalu banyak menggambarkan setting cerita atau terlalu banyak kata yang tidak penting.

            Contoh :

Pada suatu hari ketika matahari terbit di sebelah timur .

Kalimat ini jelas kurang pas. Pembaca sudah tahu bahwa kalau dari zaman dulu matahari terbit sebelah timur. (heee)

Ketika mentari pagi bersinar terang, embun pagi menetes bening dan angin bertiup kencang seolah bla…bla ( ini namanya pemborosan kata) dan membosankan.

Penulis memang dituntut untuk kreatif dalam membuat opening. Mencari sudut pandang yang baru dan unik sehingga pembaca langsung 'ngeh'.

Nah Bagaimana baiknya?

Ya, jangan bertele-tele. Awal cerita langsung ke permasalahan. Umpama ada setting yang wajar saja.Contoh :

1.      Hari masih pagi, tiba-tiba pintu rumahku digedor keras oleh orang. Ketika kubuka pintu berdirilah lelaki berbadan besar sedang mengacungkan pistol ke arahku. Matanya nanar menatapku. Badanku gemetar. Aku mundur selangkah, mengantisipasi dan mengkalkulasi waktu. 

2.      Sudah hampir satu jam aku menunggunya di halte bus sore itu. Hujan disertai petir membuat hatiku makin ciut. Bajuku basah. Bererapa menit ada mobil berwarna hitam berhenti pas di depanku. Pintu mobil dibuka. Mataku terbelalak melihat orang yang keluar dari mobil mewah itu

    Selain itu bisa juga diawali dengan dialog. Ingat kita harus paham menulis dialog. Dialog             dalam cerita baik cerpen atau cerita lain, jangan ada tanda titik dua seperti dalam drama.

    Adi : Kau di mana? ( ini salah)

    Awal cerita dengan dialog yang nendang mudah kok.

 

    Pyaarr!!?

 

    “Masakan apa nih ha!” Aryo membanting piring yang berisi masakan istrinya. Ia tidak suka           masakan istri yang itu-itu saja 

    Baginya masakan istrinya tak pernah sesuai dengan seleranya

    Itulah contoh paragraf pembuka yang nendang.

    Bagaimana Bapak Ibu?

    

Materi kita sampai di sini dulu. Mohon bapak ibu mencoba. Menulis itu bukan hanya teori           tetapi praktik dan praktik. Ingin bisa berenang yang harus mencoba berenang. Selamat mencoba. Ditunggu sampai minggu ini. Terima kasih.

            Ambarawa, 11 Agustus 2021

Senin, 02 Agustus 2021

MUDAH MENULIS PANTUN



                                                         gambar dari : https://riaurealita.com/news

Pemuda itu berasal dari dusun

Orangnya tampan dan berwibawa

Mari kita belajar pantun

Bersama GBM  pasti bisa

Hai teman-teman, beberapa waktu lalu saya iseng menulis pantun di grup menulis. Kemudian saya tulis angka 1, selanjutnya teman-teman anggota GBM meneruskan menulis pantun. Wohh amat banyak jadinya. Ada juga yang sampai dua kali.

Isinya bagus semua. Berkisar tentang literasi, menulis dan lainnya. Nah, di antara yang sudah menulis ada beberapa saja yang tampaknya belum paham. Namun, sebagian besar sudah benar. Nah, pada kesempatan ini tak ada salahnya kita belajar bagaimana sebenarnya cara menulis pantun dengan benar dan mudah.

Pantun itu bagian dari puisi lama. Ada lho yang mengatakan bahwa pantun sendiri, puisi sendiri.

“Itu pantun bukan puisi,” ucap orang yang memang belum jelas.

Oleh karena itu,  saya jelaskan tentang pantun secara singkat saja. Jadi pantun itu bagian dari puisi. Tahu kan puisi itu ada puisi lama dan puisi baru. Nah, puisi lama itu ada pantun, syair, gurindam, selokan, talibun. Sedangkan puisi baru ya puisi bebas, puisi kontemporer dan lainnya.

Kita fokus belajar pantun saja. Pantun yang berasal dari Sumatra itu syaratnya

1.      Satu bait terdiri dari empat baris

2.      Setiap baris terdiri dari 8 sampai 12 suku kata

3.      Berima ABAB

4.      Baris 1 dan 2  merupakan sampiran

baris 3 dan 4 merupakan isI

Tampaknya mudah ya. Tapi saat mulai membuat harus mikir juga. Tidak sekali tulis langsung selesai. Kita harus otak-atik agar rima baris 1 sama bunyinya dengan baris 3. Begitu pulan rima akhir baris 2 sama bunyinya dengan baris 4. Ya, semua butuh proses. Kalau niat pasti bisa.

Berdasarkan pengalaman, membuat pantun itu saya mulai baris 3 dan 4 yang merupakan isi. Selanjutnya baru membuat baris 1 dan 2 yang merupakan sampiran. Yuk dicoba. Oh ya, haruskah kita ngitung jumlah suku kata? yaaa ini kadang membuat bingung. Kalau saya sih saya buat empat sampai lima kata saja. Jangan lebih biar aman. Lebih aman lagi ya empat kata saja dengan asumsi setiap kata terdiri dari dua suku kata.

Contoh.

Kita tentukan dulu kita akan berpantun dengan isi apa. Umpama bertema pandemi. Kita tulis apa maksud dari pantun kita. Mau berpesan apa yang ada kaitannya dengan tema.

Contoh :

Baris 3 : Mari kita selalu memakai masker

Baris 4 : Agar covid-19 segera pergi

Nah, setelah kita tulis baris 3,4 yang merupakan isi, langsung kita menulis kalimat 1 dan 2 yang merupakan sampiran. Kita harus berpikir dan berusaha mencari kalimat pertama dengan rima akhir sama dengan rima akhir dari baris 3. Selanjutnya kita juga membuat kalimat kedua sama rima akhir dengan baris 4.

Oke, kita coba baris pertama harus berima akhir er

Baris 1 : Jalan-jalan ke kota jember

Sekarang baris kedua harus berima akhir i

Baris 2 : Tidak lupa membeli buah leci

Mudah bukan? oke, ini jadinya…

Jalan-jalan ke kota Jember

Tidak lupa membeli buah leci           

Mari kita selalu memakai masker

Agar covid-19 segera pergi

Selamat mencoba. Salam literasi