Minggu, 31 Oktober 2021

Menularkan Virus Menulis pada Guru


Suatu kebanggaan tersendiri jika bisa menularkan virus menulis pada siswa dan guru di sekolah. Dengan penuh semangat, hal itu saya lakukan. Sesuai dengan gerakan yang diselenggarakan oleh sekolah yaitu Geliad,  yaitu Gerakan Literasi Gridaba. 

Berawal dari para siswa yang tergabung dalam OSIS membuat Mading sekolah. Guru pun ingin menggerakkan kembali Mading yang pernah ada. 

" Ayo Bu, Mading guru digerakkan lagi," usul Bu Nur Mualifah. 

"Siap," jawabku singkat. 

Dari pembicaraan itu saya pun rasan-rasan ingin juga membuat buku bersama semua warga sekolah. 

"Bagus Bu," ucap Bu Nur Mualifah yang merupakan guru IPA yang berhasil saya ajak menjadi guru penulis. Bahkan beliau sudah punya buku solo. 

Saya merasa tertantang bahwa saya bisa gerakkan guru menulis. Walaupun tidak semudah membalikkan telapak tangan hal ini akan saya usahakan. 

Menggerakkan guru kabupaten Semarang saja bisa, kok di sekolah sendiri tidak bisa. Itulah tantangan yang ada dalam hati saya. 

Oleh karena itu dalam kesempatan, gagasan itu saya sampaikan pada saat rapat. Ya itung-itung sebelum pensiun bisa memberi kenangan terindah. Beliau, ibu Sumiyatun sangat mendukung. Kami pun mengawali dengan menulis bebas. 


Selanjutnya saya buat list untuk membuat daftar guru atau karyawan yang telah mengirim naskah ke WA pribadi ke saya. 

Satu per satu guru mengirim file.  Malam itu saya lembur untuk saya edit. 

[Bu...tolong editkan tulisan ini ya, ini tulisan lama yang saya tulis di FB,] tulis Bapak AN malam itu lewat WA. 

[Siap,] tulisku ditambah dengan emot dua jempol

[Bu, beri contoh dong] tulis ibu Diah. 

Segera saya kirim artikel yang sudah saya kirim di blogku. Setelah itu ibu guru bahasa Inggris ini kirim artikel.

[Maaf bu baru mencoba, belum layak dipajang cukup tulis di list saja namaku hehehehehh,] tulisnya seolah merendah.

Kiriman file ke WA pribadi semakin banyak. Segera saya edit satu persatu. Walaupun sudah malam akhirnya selesai juga. Kini majalah dinding khusus guru sudah terpajang cantik. 

Tak sampai di situ. Saya pun membuat grup WA dengan nama GELIAD sesuai dengan semboyan kami yaitu Gerakan Literasi Gridaba. 36 guru dan karyawan saya masukkan grup. Alhamdulillah kami sudah punya wadah. Grup ini bertujuan untuk melatih keterampilan para guru untuk menulis. Cara ini agar guru lebih meningkat cara membuat tulisan yang layak dibaca. 

Setelah saya buat, Ibu Kepala sekolah saya mohon untuk memberi motivasi. Tak lama kemudian, Minggu pagi, 31November 2021 mulailah saya memberikan materi singkat tetang menulis berikut contoh. Saya hanya ingin para guru tidak ketakutan menulis. Contoh pun dibuat sederhana.

 Asalamualaikum Bapak Ibu hebat keluarga Gridaba.  Izinkan saya memulai kegiatan kita di GELIAD ini. 

Yang pertama adalah kita ucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT  karena kita diberi kesehatan sehingga kita bisa memulai kegiatan GELIAD. 

Terima kasih kepada Bapak ibu semua yang berkenan menulis pada majalah dinding. dan juga saat pencanangan gerakan literasi sekolah. Suatu kebanggaan tersendiri karena Bapak  ibu Gridaba sudah meluangkan waktu untuk menulis.  

Benar-benar luar biasa karena tulisan bapak ibu bagus semuanya, sudah menginspirasi. Mungkin hanya sedikit perlu polesan. Sudah  mencoba itu adalah yang luar biasa. 

Selanjutnya pada  kesempatan hari ini saya memberanikan diri untuk memulai berbagi ilmu.  Mohon maaf bukan berarti saya mengggurui.  Di sini kita berbagi ilmu dan belajar bersama. Saya yakin  bahwa di grup ini ada teman atau bapak ibu guru  yang lebih dari baik. Nanti kita saling koreksi nggeh. 

Baiklah bapak ibu akan saya mulai pada kesempatan ini dengan materi yang singkat intinya kita akan belajar menulis bersama. 

Tujuan kita bersama nantinya adalah kita bersama-sama membuat antologi.  Namun sebelum membuat antologi kita akan belajar menulis dahulu.   Tidak ada yang instan untuk bisa membuat tulisan.  Semua butuh proses dan keberanian.  

Bismillah saya beranikan diri walaupun ilmu saya hanya sekuku. Namun niat saya tulus untuk berbagi. Semoga membawa keberkahan bagi kita semua.


Memulai Menulis

Memulai menulis kadang amat sulit. Bukan menulis saja. Memulai apa saja itu butuh energi agar termotivasi. Oleh karena itu ya mulai saja. Syarat menulis ada tiga hal yaitu menulis, menulis dan menulis. 

Lantas bagaimana memulainya? Ya tulis yang ada di benak kita. Kita bisa  belajar menulis yang ada di sekitar kita. Kita tulis yang sederhana saja dulu nggeh. Kita belajar bercerita sehari-hari dulu.  

Mari kita mulai...

Kata adalah senjata untuk menulis. Dari katalah kita bisa merangkai kalimat yang akan menjadi tulisan berbagai genre. Mari kita data 5 kata yang ada di sekitar kita. 

Misalnya, saat ini saya lihat di belakang rumah ada

Bunga

Kolam

Kucing

Air

Pohon

Dari kata-kata di atas akan menjadi tulisan sederhana seperti ini. Ini hanya tulisan untuk melatih keterampilan. Bapak ibu yang sudah mahir tulisan tadi pasti sudah paham. 

**

Pagi yang Indah

Oleh : Budiyanti

Selepas sarapan pagi dengan nasi goreng, aku duduk-duduk di teras belakang rumah. Tampak ikan koi menari-nari di air yang jernih. Bunga-bunga bermekaran di dekat kolam. Namun, bunga dalam pot agak kurang sehat. Tampak tidak subur. Mungkin karena aku  jarang menyentuhnya. 


Segera aku ambil pupuk yang telah lama  kusimpan. Pupuk siap digunakan tersebut terdiri dari campuran sekam, pupuk kandang dan kokopit. 

Semua pot aku turunkan dari rak hitam. Kemudian  kukeluarkan tanahnya. Kini media baru siap menggantikan media lama yang keras. Mungkin sudah tidak ada  gizinya. Tangan kotor tak  kuhiraukan.  

Kusiram bunga-bunga itu dengan dengan hati-hati. Lalu kupindahkan lagi di tempat semula. Semoga bungaku bisa subur kembali.

Tiba-tiba ada kucingku, Zoro lewat. Ia lalu duduk di bawah pohon mangga. 

"Zoro, ayo makan dulu," kataku sambil meletakkan pakan dalam wadah hijau di dekatnya. Ia lantas makan dengan lahapnya. 

Pagi yang indah, aku bisa merawat tanaman dan berusaha menyayangi binatang. Semoga membawa keberkahan. Aamiin

Ambarawa, 31 Oktober 2021


**

Sekali ini hanya contoh tulisan sederhana agar kita terampil menulis. Mohon maaf jika apa yang saya sampaikan ada yang kurang pas. Mohon kritik dan saran nggeh bapak ibu. 

Monggo bapak ibu silakan menulis untuk berlatih mengasah keterampilan. Terima kasih. 

Setelah itu, beberapa teman berkomentar. Namun, hanya satu guru yang mengirim tulisan. Semoga hari berikutnya mulai ber-GELIAD grup tersebut. Aamiin

Jumat, 29 Oktober 2021

Pencanangan Gerakan Literasi Sekolah





Gerakan literasi makin lama makin menjunjukkan peningkatan yang signifikan. Tak ketinggalan di SMPN 2 Banyubiru. Kegiatan literasi sudah menjadi pembiasaan para siswa pada hari Jumat dan Sabtu. Para siswa telah melaksanakan dengan baik. Mereka akan berbondong-bondong ke perpustakaan untuk meminjam buku yang akan digunakan untuk literasi. Pada jam pertama para siswa membaca buku yang dibaca. Selanjutnya mereka merangkum isi bacaan yang telah dibaca.

Alhamdulillah anak-anak pelan-pelan mulai gemar membaca. Geliat mereka mulai terlihat. Hal ini terlihat perpustakaan sering dikunjungi siswa. Ada yang membaca, ada pula yang membaca buku. Geliat ini juga tampak pada guru dan karyawan. Sebuah mading dengan nama Ajang Guru Menulis telah terpajang dengan cantik di tempat antar ruang guru dan ruang tata usaha. Para guru menulis cerpen, puisi, artikel dan kisah inspiratif. Tak diduga tulisan bapak ibu dan karyawan sudah bagus.

Dengan geliat tersebut, sekolah telah mencanangkan gerakan literasi. Ibu Kepala Sekolah, Ibu Sumiyatun telah memberi nama GELIAD yang artinya Gerakan Literasi Gridaba. Pencanangan ditandani dengan penyerahan buku dan pena sebagai simbol literasi kepada guru yang diwakili Ibu Budiyanti sedangkan siswa diwakili ketua OSIS, Bima kelas C. Kepala Sekolah, Ibu Sumiyatun mengajak warga sekolah untuk gerakkan literasi dengan membaca dan menulis serta literasi lain.

Pencanangan GELIAD hari ini Jumat, 29 Oktober 2021 dibarengi dengan kegiatan menulis bersama secara serentak yang diikuti semua warga sekolah. Para siswa yang kebetulan yang masuk kelompok A dan para guru, karyawan menulis dengan tema sumpah pemuda. Sekolah telah menyediakan kertas folio. Di lapangan upacara semua warga sekolah menulis dengan senang hati. 

Semoga geliat ini terus bergerak untuk meningkatkan literasi yang akan berimbas pada meningkatnya mutu pendidikan sekolah serta dapat meningkatkan karakter siswa. Literasi maju, sekolah maju, karate siswa meningkat.

Selain pencanangan GELIAD, sekolah menggerakkan lagi kegiatan tepakisasi. Kegitaan ini lama sekali tak digaungkan karena para siswa melaksakan pembelajaraan jarak jauh. Kini digerakkan lagi sesuai dengan sekolah kami sebagai sekolah adi wiyata. Hari ini warga sekolah membawa tepak yang berisi nasi dan lauk serta membawa botol minuman. Kami makan bersama di tengah lapangan dengan suka cita. Para siswa dan guru bersama-sama menikmati bekal yang dibawa dari rumah. Semoga hal ini menjadi pembiasaan selanjutnya agar sekolah bebas plastik dan sampah. Makanan yang dibawa warga sekolah tentu lebih bergizi dan sehat. Warga sekolah Gridaba pun bisa sehat dan cerdas.

 


Selasa, 05 Oktober 2021

Jangan Menangis Istriku






Malam telah larut. Dingin menyusup kalbu. Hanya suara desau angin berpadu suara televisi yang menayangkan film fantastis.  Sesaat saya mendengar suara suami berbicara sendiri. Segera aku beranjak dari dudukku lalu menengok suami yang lebih dahulu tidur.  Aku mengira suami _menggigau. Namun, ternyata tidak. Suami sedang berbicara dengan orang lain di HP -nya. 

Aku menyimak. Pasti ada sesuatu yang penting jika ada telepon tengah malam. 

"Mas Joko kapundut," ucap suami lirih. Seketika jantungku berdegup. 

" Inalillahi wa Inna ilaihi raji'un," sahutku sambil duduk di tepi ranjang. Aku merunduk. Terlintas beberapa bulan lalu aku dan suami  sempat menengok. Badannya semakin kurus. Berulang kali sudah berobat dan melakukan kemoterapi. 

Pagi harinya aku sempatkan untuk mengajar jam 1, 2 karena gak mungkin pagi sekali ke Klaten. Pukul 09.00 suami menjemput ke sekolah. Aku sudah berganti baju hitam. 

Kami meluncur berdua menyusuri jalanan yang mulai ramai.  Musik merdu mengiringi perjalanan kami. Tepat pukul 10.30 kami sampai di Jatinom bersamaan dengan Mbak yang rumahnya Rembang. Alhamdulillah kami bisa bersamaan. 

Tenda hitam berdiri tegak di halaman rumah bercat hijau. Kursi -kursi berjajar rapi dengan wajah-wajah duka menyelimuti siang itu. Rangkaian bunga bertuliskan ucapan bela sungkawa berjajar memenuhi halaman. 

Dalam diam kami berpelukan dengan Mbak yang telah kehilangan suami. Sesak dada ini. Ada titik bening basahi pipi. Tampak Mbakku kuat dan tegar. Ia menyalami para tamu. Namun aku yakin duka mendalam terselip di lubuk hatinya.  Lelaki yang telah memberi tiga cucu ini berbaring  tak bergerak. Kerudung hitam menyelimutinya. Ia telah lepas dari rasa sakit. Sudah di sisiNya dalam kedamaian. 

"Sugeng tindak sowan Gusti Mas Joko. Hari ini hari Jumat. Semoga Kau bahagia di sisiNya dan Husnul khatimah," ucapku lirih

Selepas Jumatan prosesi pemakaman berjalan lancar.  Iring-iringan kami di belakang rombongan. Berjalan menuju makam yang tak jauh dari rumah duka. Tak diduga kami kalah cepat. Para takziah sudah banyak yang sampai di pemakaman. 

Aku memasuki makam untuk melihat langsung pemakaman. Kedua anak Mas Joko tampak tegar menyaksikan proses pemakaman. Gundukan tanah kini penuh dengan bunga mawar.   Setelah doa bersama dengan dzikir tahlil kami tinggalkan makam untuk kembali ke rumah duka.

Tamu terus berdatangan. Kami berusaha bertahan di rumah duka hingga tamu berkurang.  Kami menyimak kala Mbak Sus bercerita detik-detik terakhir jelang Mas Joko dipanggilNya. 

"Jangan menangis ya. Pandangi wajahku terus, " ucap Mas Joko pada istri tercinta yang setia mendampingi. 

" Iya aku di sini terus Kung, bersamamu," jawab sang Istri yang kini sudah pensiun sebagai kepala sekolah SD.  

Kemudian Mbak bercerita lagi.  setelah ada pesan itu Ia tak berani meninggalkan suami tercinta. Ditemani keponakan, ibu yang wajahnya kearab-araban ini selalu berdoa untuk kesembuhan suami. Sesaat kemudian ia membetulkan selang infus. Baru saja tidak memandang suami sedetik, tiba-tiba sang suami terkulai tak bergerak. Dipanggilnya berulang kali tak ada kata yang terucap. Mbakku langsung berteriak memanggil

dokter. Dokter memeriksa. Namun, Allah telah memanggilnya. Inalillahi wa Inna ilaihi raji'un. 

Mbakku langsung menjerit sejadi-jadinya. Sesaat kemudian ia teringat pesan suaminya untuk tidak menangis. Segera ditutup mulutnya rapat-rapat.

"Oh berarti ucap Mas Joko adalah pesan terakhirnya sebelum pergi tinggalkan kami. Saya baru sadar saat itu,"  lanjut cerita Mbak Sus sambil mengusap air mata. 

Mbak pun sudah ikhlas melepas suami tercinta. 

Hingga akhirnya pukul 16.00 kami satu keluarga besar Sukiman mohon pamit. Ucapan bela sungkawa kami ucapkan. Tangis pun pecah. Mbak Sus tak kuasa menahan tangis. Sesaat aku pun hanya bisa diam. Ikut larut dalam duka mendalam. 

Sesungguhnya kita semua adalah milik Allah dan kepada-Nya lah kita semua pasti akan kembali." (Q.S Al-Baqarah: 156)

Ambarawa, 5 Oktober 2021