Minggu, 10 Juli 2022

Tradisi Idul Adha yang Belum Pudar

 




Syukur Alhamdulillah hari ini saya dan keluarga bisa melaksanakan salat idul Adha. Kali ini tak seketat dulu dengan memakai masker. Namun, beberapa orang ada yang tetap mematuhi protokol kesehatan. 

Pagi sekali saya sudah mempersiapkan kupat, opor dan sambel goreng dalam rantang. Tak lupa bawa piring dan sendok. Ini semua untuk persiapan makan bersama di halaman masjid. 

Kami salat idul Adha di masjid A'Taqwa Kaliputih. Ketika saya dan keluarga sampai di masjid, suasana sangat ramai. Di halaman masjid juga penuh dengan ibu-ibu serta anak-anak.Sedangkan di dalam khusus jemaah pria. 

Sebelum salat, panitia mengumumkan daftar yang ikut kurban. Alhamdulillah bisa terkumpul dua sapi dan sembilan kambing. Alhamdulillah pula kami bisa menjadi bagian tersebut.



Salat berjalan lancar dengan imam Bapak Abdul Wahid. Namun, pengeras suara kurang bagus sehingga suara kurang jelas. Intinya berisi memaknai hari kurban. 

Usai salat, ada tradisi yang selalu dilaksanakan yaitu berdoa bersama untuk arwah leluhur. Kami tidak langsung membubarkan diri tetapi bersama-sama membaca dzikir tahlil yang dipimpin oleh Pak Abdul Wahid. Kami khusuk melafalkan doa bersama. 

Dzikir dan tahlil selesai dilanjutkan makan bersama. Segera anak menantu mengambil bawaan kupat dan lauk yang diletakkan di depan teras rumah warga yang berada di dekat masjid. 

Ibu-ibu lainnya juga sama. Mengambil bawaan yang sudah dipersiapkan dari rumah. Kami berkelompok dengan keluarga masing-masing. Ada juga yang berbarengan duduk melingkar untuk makan bersama. Sedangkan bapak-bapak berada di teras masjid. 

Kupat sudah saya belah. Lauk opor dan sambel goreng kentang dan ati tertata di rantang penuh menggoda. Yang namanya lontong opor atau kupat disukai anak-anak. Jadi tak rugi masak sendiri. Kali ini semua saya masak sendiri. Kebetulan anak dan ada acara lainnya. Jadi dari pagi sampai siang saya rempong memasak menu kesukaan keluarga. Alhamdulillah semua makan dengan lahapnya. 

Kami pun pulang lewat samping masjid sambil melihat sapi dan kambing yang siap jadi kurban.

Alhamdulillah tahun ini kita bisa melaksanakan salat idul Adha dengan baik. Walaupun ada perbedaan kita tetap menghargai perbedaan tersebut. 

Alhamdulillah beberapa jam setelah pulang dari masjid. Dua tas berisi daging kambing dan sapi sebagai bagian dari Sohibul Qurban kami terima. Siap-siap buat sate nih. 

Selamat hari raya idul Adha saudaraku. Semoga kita bisa memaknai hari raya idul Adha dengan selalu meningkatkan iman dan taqwa. 

Ambarawa, 10 Juli 2022

Tulisan ke-31

Menulis blog bersama Omjay 


Sabtu, 09 Juli 2022

Serunya Lava Tour Jeep Adventure

 


Hari Selasa, 5 Juli 2022 keluarga besar Gridaba mengadakan _dolan bareng_ ke Yogyakarta. Berbagai objek kami kunjungi. Objek pertama adalah ke Kaliurang Yogyakarta untuk mengikuti lava tour dengan jeep. 

Saat itu saya dan suami sudah sampai di depan pasar Kebumen Banyubiru pukul 06.30. Sepeda motor kami titipkan di rumah Bu Nur Mualifah. Suasana depan pasar Kebumen amat ramai oleh kami. Tempat ini menjadi titik kumpul berangkat. Kaus merah bata mewarnai pagi hari. Bus pun datang. Kurang lebih pukul 07.00 kami meluncur ke Yogyakarta. Wajah para guru amat ceria.

Perjalanan yang indah kami nikmati.  Dalam bus kami bersendau gurau dan berkaraoke ria dengan lagu-lagu merdu. Kami bersama-sama menyanyi. Ibu Mia dan suaminya tak ketinggalan meramaikan dengan lagu-lagu yang enak. Saya dan suami pun ikut serta dengan suara kami yang belum semerdu lainnya. Hee modal berani saja. 

Kota demi kota kami lalui. Suasana pagi itu amat ramai. Lalu lintas lancar. Tak lama kemudian kami sampai di Kaliurang Yogyakarta. Tampak lalu lalang orang menggunakan Jeep banyak sekali. Kami segera turun dari bus lalu memilih Jeep yang sudah berjejer di sebuah lapangan kecil. Satu Jeep diisi 4 orang. 

Suasana tempat tersebut sudah ramai dengan pedagang kaca mata, buah salak.  Pedagang kacamata pun dikerubuti ibu-ibu. Saya tak ketinggalan  membeli kacamata. Hee kaya ABG saja.

Kelompok kami terdiri dari saya,  suami, dan Pak Edy beserta istrinya. Kami pun  naik Jeep yang agak tinggi dari mobil pada umumnya. Helm kecil sudah kami pakai. Siap melakukan lava tour. Rasa penasaran terus menggurita. Seperti apa ya nanti?

Satu persatu Jeep melintasi jalan secara beriringan.  Kurang lebih 11 Jeep yang kami sewa. Awal petualangan yang seru.  Saya yang duduk di depan berpegangan erat pada besi-besi yang di samping kanan kiri. Mas Sopir mengendarai Jeep cukup kencang sehingga kami harus hati-hati. 

Beberapa menit kemudian kami sampai Bungker Kaliadem. Hanya beberapa meter dari parkir mobil, kami memasuki bungker yang sudah tidak terpakai. Bunker ini adalah tempat menyelamatkan diri dari larva. Namun, justru di tempat inilah para pekerja hangus terbakar oleh lahar panas. Menurut pemandu ada dua orang ditemukan sudah terbakar di pintu. 

Hanya beberapa saat kami berada di bunker. Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan kembali sampai di lereng gunung Merapi. Terbayang saat dulu gunung Merapi meletus. Kanan kiri jalan adalah tempat penduduk yang kini sudah berubah jadi kebun dengan aneka tanaman. Rumput -rumput hijau tumbuh subur. Konon kebun tersebut dulu terbenam lumpur. Sedangkan sungai sebelah kanan kata Mas Sopir sampai penuh dengan lumpur akibat gunung Merapi meletus. Ada beberapa bekas bangunan yang tinggal puing-puing. 

"Lha penduduk di sini sekarang di mana Mas?"

"Sekarang semua penduduk sudah dibuatkan rumah oleh pemerintah yang jauh dari sini."

"Lha rumahnya Mbah Marijan mana Mas?" tanyaku lagi. 

"Oh masih ke atas Bu," jawabnya sambil mengendarai dengan gesit. 

Perjalanan yang menyenangkan sambil ngobrol-ngobrol sana sini. Mas  Sopir menjawab dengan ramah. 

Akhirnya kami sampai di sebuah sungai yang ada genangan air. Sepertinya tempat yang sudah dipersiapkan untuk berbasah ria dengan Jeep. Beberapa Jeep ada yang masuk ke objek ada juga yang keluar. Tak sabar rasanya sampai di sungai yang tidak mengalir. Hanya beberapa titik ada kubangan air. 

Tak lama kemudian Jeep kami melintasi kubangan air. Kami pegangan erat sekali. 

"Haaaa!" Kami teriak panjang ketika Jeep persis di kubangan. Mau tak mau air muncrat mengenai tubuh. Selanjutnya naik dari sebentar lalu ke kubangan lagi begitu seterusnya sampai berulang kali putaran. Pada kubangan terakhir kami berteriak keras karena air mengenai tubuh kami semua. Kaus dan celana panjang pun basah kuyup. Inilah keseruan yang kami nikmati. Benar-benar berkesan deh. 

Setelah beberapa kali putaran kami kembali ke tempat awal. Walaupun badan basah, kami bisa menikmati keseruan ini. Sampai di tempat awal ternyata banyak yang tidak basah. Karena basah, saya segera mencari tempat kamar mandi untuk bersih-bersih dan ganti baju. Banyak kamar mandi yang tersedia dengan membayar murah. 

Tak terasa perut lapar. Sebelum makan kami salat dulu di belakang  rumah makan. Menu istimewa telah tersedia. Saya dan suami makan siang dengan lahapnya.  Alhamdulillah sebuah pengalaman indah bisa kami nikmati dengan penuh kegembiraan. 

Ambarawa, 9 Juli 2022

Tulisan ke-30

Menulis blog bersama Omjay 

Kamis, 07 Juli 2022

Telaga Menjer Wonosobo


 

Objek wisata terakhir jalan-jalan kami ke Dieng adalah ke Telaga Menjer. Objek wisata ini sekaligus perjalanan pulang. Kami melewati tempat awal tadi pagi. Jalanan kali ini menurun dengan pemandangan indah yang tak ada bosannya.


Sesaat sebelum sampai terlihat pipa besar berada di samping jalan yang kami lalui. Kami saling depan tentang pipa ini. Ternyata pipa ini adalah untuk mengalirkan air dari telaga ke tempat penampungan yang akhirnya menjadi pembangkit listrik. 


Sampai di tempat tujuan terdengar suara nyanyian yang amat keras. Awalnya saya mengira ada pertunjukkan tetapi suara tersebut adalah suara nyanyian dari tape recorder. Oalah keras sekali. 


Selanjutnya kami masuk objek dengan membayar sepuluh ribu rupiah. Telaga tak jauh dari tempat pembelian karcis. Hanya beberapa meter saja kami sudah berada di pinggir telaga Menjer. 

Sebuah tulisan besar berada di  depan. Belakangnya telaga Menjer dengan air yang jernih dan tenang. Suasana objek ini sepi. Hanya beberapa orang saja yang terlihat. 

Di sebelah kiri telaga banyak sekali perahu yang bersandar di pinggir telaga. Hanya satu dua yang sedang berjalan. Untuk bisa naik perahu kalau banyak temannya setiap penumpang dipatok harga 20 ribu. Namun, jika tak banyak kami harus menyewa 150 ribu. 

Kami memutuskan tidak naik perahu. Kami hanya berfoto sejenak sambil menikmati indahnya Telaga Menjer di Seorang ibu membantu mengambil gambar. Tampaknya sudah terbiasa. Saya pun mengambil uang untuk saya masukkan kotak  yang tersedia sebagai jasa pengambilan gambar. 

Selanjutnya kami keluar objek untuk ke kamar kecil lalu salat qosor salat dhuhur dan ashar karena kami akan melakukan perjalanan lagi. 

Tak lama kemudian kami sampai di rumah saudara. Hanya sejenak untuk berpamitan. Kami pun pulang menuju rumah. Sebelumnya kami mampir sejenak di rumah makan Kledung yang amat bagus. Berbeda dengan saat memasuki Wonosobo. Ada view berfoto di kaca, taman dengan keindahan alam gunung Sindoro. Kami pun pulang menuju Ambarawa. 

Alhamdulillah sampai rumah dengan selamat. Puji syukur kehadirat Allah atas nikmat yang telah diberikan kepada kami. 

Ambarawa, 7 


Candi Arjuna Wonosobo

Salah satu destinasi wisata yang menarik di Wonosobo ini adalah di candi Arjuna. Karcis terusan dari Kawah Sikidang adalah objek candi Arjuna. Akhirnya kami meluncur ke objek ini. Seperti objek lainnya, halaman parkir penuh. Kami masuk objek dengan berjalan kaki pada jalan yang lurus datar dengan kanan kiri tanaman bunga yang indah. Selanjutnya kami tunjukkan karcis lalu kami masuk.

Beberapa orang lalu lalang. Ramai sekali. Banyak yang sudah berbalik dari Candi Arjuna. Rupanya objek wisata ini menarik perhatian pengunjung. Mungkin masih liburan jadi terus ramai. Candi sudah tampak dari kejauhan. Sebelum masuk area ada dua remaja cantik memberi kain segi empat bercorak kotak yang berwarna hitam putih.

"Mbak bayar berapa?" tanyaku penasaran.

"Seikhlasnya Bu, " jawabnya ramah.

Selanjutnya kain tersebut kami pakai dengan mengikatnya di pinggang. Hemm bagus juga. Candi Arjuna sudah di depan mata. Candi menjulang tinggi ini masih utuh. Suasana ramai sekali. Sebagian besar sedang mengabadikan momen bersama keluarga, teman atau pasangan.

Matahari mulai menyengat tubuh karena hari telah siang. Kami berempat memilih duduk-duduk sambil memandang kemegahan candi Arjuna.

Candi Arjuna merupakan salah satu candi peninggalan agama Hindu. Candi ini merupakan candi Hindu pertama di Jawa.

Candi Arjuna sendiri  pada abad ke-7.

Karena cuaca panas dan pengunjung banyak, akhirnya kami memutuskan untuk kembali. Apalagi azan berkumandang. Kami tata kembali kain lalu kami kembalikan. Suami memasukkan uang pada bok yang tersedia. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih.

Kami pun menuju parkiran mobil lalu menuju objek lain sekaligus mencari tempat untuk melaksanakan ibadah salat dhuhur.

Tulisan ke- 28

Menulis blog bersama Omjay


Indahnya Batu Pandang Ratapan Angin

 


Ini objek yang paling bagus menurut saya. Baca tulisan itu saja sudah menarik. Seperti apa ya? 

Objek wisata ini menarik karena pengunjung bisa melihat pemandangan telaga warna dari ketinggian. Woh pasti seru. Saya pun penasaran. Setelah mobil diparkir, pemandangan yang ada adalah bebatuan yang ada di sekitar objek. Banyak sekali bebatuan tinggi yang di bawahnya ada perkebunan penduduk. 

Kami masuk objek dengan membayar lima belas ribu rupiah. Jalanan menanjak. Untung saya memakai sepatu jadi nyaman untuk berjalan. Objek ini berada di ketinggian dengan batu-batuan yang terjal.  Hemm harus ekstra hati-hati. Tadi petugas karcis menyarankan untuk menyimpan karcis karena ada asuransi. Itulah sebabnya ada asuransi karena medannya amat membahayakan jika tidak hati-hati. 

Kami pun menuju spot pertama. Kami naik pada bangunan kecil seperti gazebo. Up .. dengan bantuan anak saya naik ke atas. Tampak telaga begitu indah. Benar-benar memukau pemandangannya. Beberapa orang sedang mengambil gambar dari bangunan ini. Sedangkan yang akan difoto ada di atas batu yang terletak di bawahnya. Kami harus antre untuk bisa foto di atas batu dengan background telaga warna. 

Sesaat saya dan suami serta anak sudah dekat batu menunggu giliran. Sesaat saya teriak seolah mengingatkan pada orang lain untuk hati-hati. Agak miris juga kala saya sudah duduk di atas batu yang bawahnya ada tebing.  Alhamdulillah kami bisa mengabadikan momen terindah.

Selanjutnya kami turun untuk menuju spot lain. Saat menuju spot lain ada seorang yang membawa burung hantu. Saya hanya lewat saja sambil melihat beberapa anak kecil berfoto dengan binatang yang berwarna putih.

Kini kami memasuki taman yang ada tulisan ' Batu Pandang Ratapan Angin ' jalanan masih menanjak untuk ke spot lain. Di sisi kiri ada spot ayunan yang bawahnya tebing. Untuk yang ini hanya kami lewati. Saya berhenti sambil agak ngos-ngosan. Jalanan menanjak terus untuk sampai pada gardu yang berada di bebatuan tinggi. Ada jembatan untuk mencapai ketinggian tersebut. 

Suami berjalan ke atas. Penasaran dengan spot itu. Saya gak kuat untuk naik karena benar-benar menguras tenaga. Saya dan anak menantu memilih duduk di depan warung yang berada di bawah. Kita bisa melepas lelah dengan beli minuman sambil menikmati pemandangan telaga warna. Sungguh nikmat sekali. 

Tak lama kemudian suami dan anak lanang turun. Kami pun bersama kembali ke parkiran mobil untuk menuju objek wisata selanjutnya. 

Tulisan ke-27

Menulis blog bersama Omjay 



Kawah Sikidang Wonosobo

 


Jalan-jalan ke Dieng belum lengkap rasanya jika belum ke kawah. Hari masih pagi ketika kami sampai di objek wisata kawah Sikidang. Selanjutnya kami parkir di halaman depan pertokoan. Sudah banyak mobil diparkir. Banyak pula yang menawari untuk naik jep  yang bisa berkeliling objek. 

"Berapa pak?

"Tiga ratus ribu Bu." jawab seseorang yang bertopi sambil menawarkan jasa jepnya.

Kami memutuskan tidak naik jep. Kami pun berjalan menuju pos karcis. Per -orang bayarnya dua puluh ribu sudah termasuk masuk ke objek candi Arjuna. 

Segera kami memasuki setelah anak membeli karcis. Beberapa orang berjaga di depan pintu. Ketika kami masuk sudah bisa kami lihat ada patung binatang kidang. Selanjutnya kami berjalan menuju kawah. Tempat berubah dari saat awal ke sini. 

Selain ada taman dengan bunga-bunga cantik, ada jembatan panjang yang terbuat dari kayu jati. Jembatan ini amat cantik untuk berfoto dengan latar Kawah. Saya pun berjalan menuju kawah. Aroma belerang mulai terasa di hidung. Masker pun kami pakai. Kanan kiri jembatan ada spot-spot foto yang bagus dengan aneka bunga.  

Tak lama kemudian kami sampai di kawah Sikidang. Air belerang yang berwarna putih keabuan amat pekat mendidih. Suaranya jelas dan bisa kami lihat dari dekat di balik pagar pembatas. 

Usai ambil foto kami melanjutkan berjalan keluar dari kawah dengan masih melewati jembatan tadi. Jembatan ini kalau dari awal masuk bentuknya melingkar di area luar kawah dengan pemandangan indah. Sesaat saya berhenti. Mengamati pohon yang mengering dengan bebatuan yang hitam. Konon beberapa tahun lalu objek wisata ini ditutup  karena  kawah aktif. 

Kami terus berjalan untuk keluar dari kawah. Namun, kami harus melewati para pedagang kurang lebih sembilan putaran.  Wohh... siap-siap kaki harus kuat.  Kalau tidak lewat jalur ini tentu saja tidak bisa keluar. Ya nikmati saja. Lelah ya istirahat. 

Kami terus berjalan dengan pemandangan pedagang yang menjajakan dagangannya. Yang paling banyak ditawarkan adalah carika yang murah harganya. Selain itu ada kaus, belerang yang dibungkus plastik kecil yang bisa mengobati penyakit kulit. Ada aneka kerupuk mentah, keripik kentang, kentang mentah dan lainnya. Saat lelah kita bisa juga membeli minuman. Ada juga makanan siap santap. 

Saat itu saya justru tertarik dengan makanan yang terbuat dari kelapa dan tepung beras yang dicetak kemudian dibakar di atas tungku dengan bara arang. Namanya rangin. Enak rasanya. 

Sambil istirahat saya pun membelokan kaus untuk keluarga yang di rumah. Tentu saja harus ditawar. Alhamdulillah beberapa kaus bisa kami dapatkan. Kami pun menuju parkiran mobil. Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan menuju candi Arjuna. 

Oke tunggu cerita selanjutnya ya teman-teman. Pokoknya seru deh objek wisata Dieng ini. 


Tulisan ke-26

Menulis blog bersama Omjay 

Jalan-jalan ke Dieng

 (1) Sarapan Nasi Megono


Sudah lama sekali punya keinginan pergi ke Dieng bersama keluarga. Sebenarnya dulu waktu anak saya masih kecil pernah sekali ke Dieng. Namun, kali ini keinginan kembali hadir. Alhamdulillah bersamaan dengan acara keluarga di Wonosobo, kami sempatkan untuk pergi ke Dieng walaupun hanya berempat. Saya, suami dan anak kedua beserta suaminya. 

Pagi sekali, saya dan suami sudah siap di depan hotel Sindoro Sumbing. Kami menambah satu hari menginap untuk bisa berwisata ke Dieng. Tepat pukul 6.30 kami keluar dari hotel. Semua barang sudah saya masukkan dalam mobil. Jadi sepulang dari Dieng kami bisa langsung pulang. 

Senin pagi, 4 Juli 2022 jalanan kota Wonosobo sudah ramai. Lalu lalang mobil tiada henti. Kami  akan mencari makan pagi dulu. Setelah menemukan tempatnya kami berempat duduk lesehan di dekat alun-alun Wonosobo. Menu yang jarang sekali saya ketahui yaitu nasi  Megono 

Beberapa menit kemudian, nasi Megono dibawa oleh seorang pemuda menuju ke tempat kami duduk. 

"Oh ini to, saya sudah pernah makan nasi ini,"ucapku

"Ini enak lho Buk," puji anak menantu. 

"Ini kan nasi dicampur urap gori atau nangka muda kan?" 

Anak menantu berkilah kalau nasi megono Wonosobo tidak ada nangka muda. 

Kami pun menikmati nasi megono Wonosobo dengan lahapnya. Saya pun merasakan lezatnya nasi ini . Ternyata tidak sama dengan yang pernah saya makan di daerah lain. Nasi yang sudah tercampur urap sayuran memang lebih gurih. Apalagi ada lauk kering dan tempe mendoan serta teh manis yang hangat. Tak perlu merogoh kocek yang banyak untuk makan pagi ini. 

Usai makan saya mendekati penjual yang sedang melayani pembeli.

"Buk, ini sayuran apa kok gurih sekali, apakah ada nangka mudanya?" tanyaku

"Ini bukan nangka muda tapi itu lho buk, kubis yang daunnya besar diberi bumbu lalu dimasak jadi satu,  " jelas ibu yang masih muda dengan senyum. 

"Enak lho Buk," pujiku

"Terima kasih sekali Buk," ucap ibuk penjual ramah. 

Kami pun meninggalkan alun-alun dengan perut kenyang. Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan menuju Dieng. 

#Tulisan ke - 24

#Menulis blog bersama Omjay 



Sabtu, 02 Juli 2022

Green Canyon Pangandaran

 


Salah satu objek wisata di Pangandaran yang kami kunjungi dalam acara Gathering Family beberapa bulan lalu ini adalah Green Canyon Pangandaran. Saya ikut penasaran saat itu. 


Mobil diparkir di seberang jalan pintu masuk objek wisata Green Canyon.  Kami turun dari bus kemudian bersama-sama menyebarang jalan. Kami mengikuti Mas TL menuju sebuah sungai. 

Dari tempat pembelian karcis jalan menurun.  Kami dikelompokkan dalam 5 sampai 6 orang untuk masuk ke perahu. Telah berjajar perahu bercat warna- warni di pinggir sungai yang jumlahnya lumayan banyak. Kami berlima langsung masuk perahu mesin. Waktu itu saya bersama Bu Nur Mualifah, Bu Nur S.  dan dan dua teman lainnya. 

Perahu lainnya sudah terisi. Bersama kami menyusuri sungai yang warnanya hijau. Perlahan perahu bergerak. Kami semua wajib memakai pelampung. Sepanjang sungai kami bisa menikmati keindahan alam. Tepi sungai tumbuh daun-daun yang subur. Suara deru mesin perahu dan suara air menyatu dalam hening sambil memandang pohon-pohon yang menjulang tinggi. 

Pada pertengahan naik perahu ada rumah di pinggir sungai. Kami diajak merapat untuk sekadar istirahat untuk beli makanan atau minuman. Namun, kami memilih melanjutkan perjalanan. Hawanya sejuk terasa sambil terus melihat air sungai. 


Betapa senangnya ketika kami bisa melihat batu-batu tebing yang berada di pinggir sungai. Batu-batu terus menitikkan air. Batu-batu yang indah makin membuat hati bahagia. Sampai di ujung terakhir sungai ada batu dengan sumber air yang deras dan jernih. Beberapa teman berani naik di atas batu sambil menikmati air yang berada  sekitarnya. Ujung sungai ini pemandangan paling bagus. Butuh keberanian untuk bisa naik. Ya dari perahu tampak licin. Saya beserta teman-teman tak berani naik. Kami pun berputar balik. Kurang lebih setiap perjalanan membutuhkan waktu 15 menit pulang pergi. Kadang kami saling sapa dengan perahu teman. Saling tawa bersama saat berpapasan. 

Tak terasa 30 menit berlalu. Menikmati sungai di Green Canyon Pangandaran dengan penuh kebahagiaan. Menikmati keindahan alam ciptaan-Nya yang sangat luas biasa. Alhamdulillah kami menepi bersama untuk menuju bus.  Berdasarkan papan yang berada di depan tertulis bahwa setiap perahu disewakan dengan harga 200 ribu. 

Kami pun kembali melanjutkan perjalanan. 

Wonosobo, 2 Juli 2022

Tulisan ke -23 

Menulis blog bersama Omjay 


Kledung Park Wonosobo




Setelah menempuh perjalanan selama dua jam kami akan singgah sejenak untuk salat dhuhur dan makan siang. Sebenarnya satu jam lagi akan sampai di tempat tujuan kami yaitu Wonosobo. 

Akhirnya kami memutuskan untuk singgah di tempat yang menarik, yaitu Kledung Park. Sebenarnya tempatnya dekat dengan Wonosobo tetapi setelah saya tanyakan pada anak Kledung Park masuk wilayah Temanggung. 

Tempat yang menarik ini berada di jalan raya menuju Wonosobo. Pas masuk area, ada pemuda menyambut dengan ramah sambil menyodorkan kartu parkir lima ribu yang dibayarkan pas pulang. Awal turun dari mobil suasana sejuk dengan pemandangan nun jauh di sana ada Gunung Sindoro dan Sumbing. Tampak biru yang memukau. 





Segera kami masuk lewat jalan tengah. Sementara kanan kiri jalan ada sebuah taman dengan bunga bermekaran. Hanya beberapa meter, ada bangunan bertingkat dengan lantai atas terbuka. Itulah cafe yang menyajikan aneka menu menarik. 

Aneka menu tersedia yang tertulis di loket pemesanan. Ada nasi goreng, bakar, bakso dan menu ringan, kentang goreng, mendoan dll. 

Saya pun pesan nasi bakar jamur, anak juga nasi bakar, sedangkan suami pesan nasi goreng seafood. Minuman pun kami pesan. Kamu tak ingin yang kenyang banget karena sebentar lagi sampai tujuan yang pasti ada jamuan makan.

Kami pun naik ke lantai dua. Di lantai dua ini ruangan terbuka dengan kursi-kursi yang melingkar atau mengadap luar. View yang menakjubkan benar-benar menjadikan suasana jadi nyaman. Tampak Gunung Sindoro dan Sumbing yang biru memesona.Tak lama kemudian menu datang. Kami pun makan sambil menikmati pemandangan yang indah. 

Belakang cafe ada juga taman kelinci, ada juga sarana menembak dan yang menarik ada tempat camping dengan tenda yang telah disediakan. Woh menarik juga nih untuk acara keluarga. 

Usai makan kami salat di bawah sebelah cafe. Tempatnya bersih. Sejenak kemudian kami keluar dari cafe menuju tempat parkir. Suasana amat ramai sekali karena weekend. 

Satu jam kemudian kami sampai di rumah saudara. Alhamdulillah. Suasana dingin menyentuh tubuh saat kami sampai di penginapan. 

Wonosobo, 2 Juli 2022


#tulisan ke-22

# menulis blog bersama Omjay