Jumat, 19 Februari 2021

SALING MEMAAFKAN

Oleh : Budiyanti Anggit

Beberapa hari lalu saat naik angkot bertemu dengan teman lama. Ia bercerita bahwa dirinya akan bercerai dengan suami yang telah 20 tahun menikah. Bahkan sudah sampai ke pengadilan. Ibu yang mempunyai cucu satu matanya basah. Ia pun bercerita panjang lebar. Untung taka da penumpang lain selain kami berdua. 

Sesaat hati ini ikut menangis mendengar ceritanya. Badan ikut gemetar.. Saya saat itu hanya mendengar saja belum berani bicara apa-apa. Ya takut salah bicara. Hati hanya bertanya mengapa biduk rumah tangga yang telah dibangun lama harus roboh. Sepengetahuan saya sih mereka pasangan mesra. 

“Apa tidak dipikirkan matang-matang Bu? saya sangat menyayangkan jika rumah tangga jenengan yang sudah dibangun lama harus kandas.” ucapku lirih. Siapa tahu ia berubah pikiran. Sesaat ia diam tak berucap apa-apa. 

Beberapa hari kemudian secara kebetulan saya bertemu dengan saudaranya. Ia pun bercerita bahwa ego kedua saudaranya itu amat tinggi. Semua ingin benar. Tak ada yang berniat saling memaafkan. Nah, itulah titik permasalahan sampai akan terjadi perceraian. sulit untuk saling memaafkan. 

Saling memaafkan itu kunci utama membangun pondasi rumah tangga. Manusia tak lepas dari kesalahan. Tak ada yang sempurna 

Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu? Dan Allah adalah maha pengampun lagi maha penyayang (QS An-Nuur:22)”

Awalnya memang sulit untuk memaafkan orang lain. Namun yakinlah bahwa memaafkan akan menjadikan hidup damai dan tenang. syukur jika kita sadar berbuat kesalahan langsung kita minta maaf jangan tunda lagi saat hari raya Idul Fitri. 

Dengan saling memaafkan, hidup ini akan lebih indah. 



#Tantanganmenulis30harigbm#hari10


Mendidik Anak dengan Baik

Mendidik Anak dengan Baik

Oleh : Budiyanti Anggit

 

Anak adalah amanah yang harus dijaga dengan baik. Jangan sampai anak tidak sesuai dengan harapan orang tua. Seperti kita ketahui anak zaman now menjadikan orang tua pusing tujuh keliling. Bagaimana tidak, anak zaman now hanya berleha-leha dengan HP saja. Lontang lantung di Mall, diskotok bahkan ada juga yang mabuk-mabukan. Pergaulan bebas pun dilaluinya dengan enjoy. Sekolah tidak sungguh-sungguh. Apalagi saat BDR saat ini. Semua tugas dianggap enteng. Tak beban sedikit pun saat tidak mengerjakan tugas. Guru pun dibuat galau saat membuat nilai. Haruskah ngaji (ngarang biji) terus-menerus.

Rasa tanggung jawab kurang. Gema tingkatkan karakter belum sepenuhnya berhasil. Ini salah siapa sebenarnya. Siapa yang bertanggung jawab akan hal ini? tentu jaga orang tua harus bertanggung jawab akan hal ini. Sudahkah kita mendidik anak dengan baik.

“Bu, saya itu sudah memenuhi kebutuhan anak. Sudah saya belikan HP bagus agar bisa mengirim tugas. Kuota pun selalu ada karena saat ini saya pasang Wifi. Belum lagi uang jajan selalu kami berikan walaupun anak-anak di rumah saja, “ ucap seorang ibu di rumah saat seorang guru melakasanakan home visit.

Saya yang saat itu ikut home visit ikut trenyuh dengan ucapan seorang ibu yang anaknya tak mengerjakan tugas sama sekali.

Masih banyak contoh lain tentang anak yang bermasalah pada era ini. Inilah saatnya orang tua berperan untuk perkembangan anak. Anak itu bagaikan kertas putih yang siap dilukis oleh orang tua. Dan yang utama bahwa anak harus dijaga karena anak adalah amanah dari Allah untuk dijaga.

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW telah memberikan peringatan yang sangat keras terhadap orangtua yang lari dari tanggung jawab ini. “Sesungguhnya Allah memiliki para hamba yang tidak akan diajak berbicara pada hari kiamat, tidak disucikan dan tidak dilihat.” Lalu beliau ditanya: “Siapa mereka itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Anak yang berlepas diri dari orangtuanya dan membencinya serta orangtua yang berlepas diri dari anaknya.” (HR. Ahmad dan Thabrani).

Oleh karena itu mari kita didik anak kita dengan memberikan keteladanan. Kita jadikan anak sebagai harta yang harus dijaga dengan baik. Dengan menjadikan anak soleh dan solehah akan membuat surga orang tua.

 

 

Ketika manusia meninggal dunia, maka terputus sudah amal jariahnya kecuali tiga perkara yakni: sedekah jariyah, ilmu bermanfaat dan doa anak yang sholeh. Sebagaimana disebutkan dalam hadits tentang 3 amal yang tidak terputus pahalanya mesipun sudah wafat.

Hadits tersebut diriwayatkan dari Abu Hurairah ra dalam hadits riwayat Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda: "Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak sholeh yang berdoa baginya."

 

#Tantanganmenulis30harigbm#hari9

 

BERDUA SAJA

 Oleh : Budiyanti

Pernakah terlintas dalam angan bapak ibu untuk pergi berdua saja? ya sekadar makan malam berdua atau makan bakso sore hari. Bisa juga sekadar mengitari desa ke desa dengan berboncengan atau bersepeda berdua. Saya yakin sudah dilakukan oleh bapak-ibu. Walaupun ada beberapa teman yang mengatakan bahwa tidak bisa karena anak-anak masih kecil. Hal ini bisa disiasati tidak harus keluar rumah. Bisa kok berdua di teras belakang sambil menikmati malam dengan memandang bintang. Hem…syahdu kan.

“Wah gak lah kan aku sudah tua, mosok seperti pengantin muda saja, malu pada anak cucu,” ucap seorang nenek yang masih cantik.

“Justru sudah tua itu kita pupuk kembali kemesraan Buk,” kataku saat kami bersama-sama ngobrol di rumah. Saat itu aku pun bercerita bahwa suami sering ngajak keluar untuk berdua saja. Ia hanya manggut-manggut sambil melihat foto kami saat pergi berdua di sebuah objek wisata terdekat.

Pasangan tua atau muda itu butuh refresing untuk keharmonisan rumah tangga. Bayangkan kejenuhan mendera setelah bergelut dengan kesibukan berhari-hari. Pekerjaan rutinitas membuat hubungan suami istri agak renggang. Yang dipikir hanya pekerjaan yang tiada habisnya. Oleh karena itu otak perlu penyegaran dengan berdua saja.

Saat berdua kita bisa bermanja ria sambil ngobrol ke sana kemari. Merancang masa depan anak-anak. Berdiskusi santai sambil ngopi bareng atau sekadar menikmati pemandangan yang tak jauh rumah. Intinya kita nikmati kebersamaan tanpa keluar biaya mahal.

Apa keuntungannya? Tentu banyak sekali. Hubungan suami istri lebih harmonis, bisa mengokohkan biduk rumah tangga, bisa memecahkan masalah dengan jernih dan lain sebagainya.

Mari kita pupuk keharmonisan keluarga dengan menyempatkan untuk berdua saja. Ya tentu saja suatu saat kita juga menyempatkan diri bersama keluarga. Kebahagiaan itu kita yang menciptakan dengan berbagai usaha. Tentu saja atas ridhoNya.

 

Ambarawa, 20 Februari 2021

#tantanganmenulis3oharisatutema#hari8

 

 

 

SABAR


Oleh : Budiyanti Anggit

Kata sabar itu mudah diucapkan tetapi sulit dilakukan. Namun, kita tidak menyerah begitu saja dan mengatakan sudah habis rasa sabarnya.

Dan sabarkanlah dirimu bersama-sama orang-orang yang berdoa kepada Tuhannya (Al –Kahfi: 28)

Dalam menjalankan kesabaran ini ada tiga hal yang dilibatkan sekaligus, yaitu hati, lidah dan anggota tubuh. Jika seseorang disebut sabar apabila ia dapat menahan hatinya dari mengeluh dan marah, menahan lidah dari mengeluh, dan menahan anggota tubuh dari melakukan hal-hal yang buruk.(Hakikat kesabaran,Umar Al-Faruq,71)

Berbagai gejolak selalu ada dalam rumah tangga. Perbedaan pandangan akan menjadikan terjadinya konflik. Kita kadang mengedepankan ego tanpa mau berpikir jernih. Inginnya marah melulu. Oleh karena itu  kita harus ingat bahwa menyelesaikan masalah tidak harus dengan emosi. Bersabarlah, tahan emosi dengan bicara baik-baik.

diceritakan, ada seorang suami yang suka marah. Apa pun yang dilakukan istri selalu salah di mata suami. Dengan sabar si istri menerima perlakuan suami seraya memohon petunjuk dariNya. Alhamdulilah si Suami kini sadar akan perbuatannya. Itulah buah kesabaran.

Banyak hal yang harus dijalani dalam menggapai bahagia dengan sabar. Sabar untuk meraup rezeki, sabar kala ada duka menimpa kita, sabar atas berbagi ujian yang datang. Dengan pasangan kita pun sebaiknya kita kedepankan kesabaran.  Dengan sabar hidup lebih damai dan bahagia.

 

#tantangan30harimenulisgbm#hari7

 

 

 

 

 

 

MEMBANGUN KEPERCAYAAN

Membangun kepercayaan itu bukan hal mudah. Bagaiamana tidak, sudah diberi kepercayaan tetapi tidak dipegang teguh. Seperti dalam berbagai cerita di sekitar kita. Pasangan suami istri yang baru saja menikah karena salah satu pasangan tidak bisa dipercaya. Bisa jadi salah satunya bermain mata dengan orang lain. Atau bisa juga masalah keuangan. 

Si istri tidak bisa dipercaya untuk mengelola keuangan. Uang belanja dihambur-hamburkan untuk kebutuhan pribadi. Otomatis keuangan keluarga kacau balau. Itulah akibat tidak bisa memegang kepercayaan.

Kepercayaan kadang disalahgunakan. Hal ini seperti diceritakan oleh teman beberapa hari lalu. Ia begitu percaya pada orang yang baru dikenalnya lewat dumay ( dunia maya). Sebut saja A baru saja kenal lewat fb dengan B. Hubungan mereka akrab. 

Mereka pun bekerja sama untuk mengembangkan usaha yang dijalani oleh B. Karena orang yang baru dikenalnya itu amat sopan, baik maka dengan mudahnya si A menggelontorkan sejumlah uang.

Janji-janji pun diucapkan oleh orang yang belum pernah sekali pun bertemu. Si A sangat percaya dengan orang tersebut karena di dumay tampaknya orang yang tanggung jawab. Beberapa uang yang baginya tidak sedikit itu dijanjikan dikembalikan dengan ada tambahan bagi hasil. Namun, sayangnya kepercayaan tersebut tidak dipegang teguh. Uang tersebut tak kembali. Tampaknya orangnya mengabaikan janji-janji manis.

Nah, dari contoh di atas mari kita pegang kepercayaan dari pasangan atau orang lain. Hidup hanya sesaat, maka jadikan hari kita bermanfaat bagi orang lain bukan malah merugikan.

#tantangan30harimenulissatutemagbm#hari6

 

 

 

 

 

 

 

IKHLAS MENJALANI HIDUP INI


Oleh : Budiyanti Anggit

Dalam hidup ini banyak hal yang harus dijalani. Kalau tidak tidak didasari dengan iklhas, rasanya jenuh, bosan dan menjenuhkan. Banyak orang yang selalu mengeluh saja. Dulu ingin mendapat pekerjaan, tetapi setelah mendapat pekerjaan malah mengeluh karena pekerjaan tiada habisnya.

Ya, itulah kenyataan. yang ada.  Setiap hari disibukkan dengan berbagai pekerjaan. Seperti beberapa hari ini, saya sebagai ibu rumah tangga dan juga bekerja.. Mulai bangun tidur saya sudah memikirkan menu yang akan dimasak pagi ini. Pagi sekali sudah menuju dapur untuk memasak dan bersih- bersih sambil mungkin nyambi memasukkan cucian ke mesin cuci. 

Waktu pagi itu rasanya begitu cepat. Padahal sudah lari ke sana kemari agar pekerjaan bisa selesai sebelum berangkat kerja. Tak disangka waktu sudah hampir pukul 06.00 pagi padahal pekerjaan rumah belum selesai. Akhirnya kusudahi, nanti bisa diselesaikan pulang sekolah.

Sampai di sekolah, berbagai pekerjaan sudah datang. Rutinitas kembali hadir. Saya harus menyelesaikan berbagai tugas. Walaupun BDR, seorang guru tetap melaksanakan tugas sebagaimana mestinya. Belum lagi menghadapi siswa yang belum juga bergerak untuk mengerjakan tugas. Tak terasa waktu sudah siang saatnya pulang ke rumah. Hari sudah sore, kita masih disibukkan dengan pekerjaan lain. Tentu kita amat lelah.  Semua itu kalau tidak didasari dengan ikhlas, hidup itu rasanya ingin berontak.

 Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku ( adz-Dzariyat :56)

Oleh karena itu, mari kita selalu ikhlas menjalankan rutinitas. InsyaAllah akan indah pada waktunya. Niatkan setiap pekerjaan sebagai ibadah.

#tantanganmenulisgbmtema#6#

#menulisituibadah#

 

 

 

 

 

 

Sabtu, 06 Februari 2021

Hari Pertama di Rumah Saja

            Angin berembus kencang. Dingin menusuk tubuh. Ambarawa gerimis saat awal berlakunya anjuran Gubernur Jateng dua hari di rumah saja. Ya, mulai tanggal 6 dan 7 Februari semua warga Jateng untuk di rumah saja. Hal ini untuk menekan penyebaran covid-19 yang tak juga usai.

            Rasanya usai subuh ingin berselimut lagi. Namun, hal ini tidak mungkin kulakukan. Hari ini banyak agenda. Mulai tetap bekerja di rumah istilah lain WFH dengan tetap memberi materi daring dengan siswa. Alhamdulilah materi sudah kusampaikan di googleclaassroom dan rekaman yang lama telah kupersiapkan. Jadi tinggal mengingatkan.

            Usai menyapa siswa kelas 7 aku mempersiapkan diri untuk mengikuti webinar yang diseleggaran SPK, sebuah komunitas kepenulisan yang sudah lama kuikuti. Segera aku ke dapur untuk membuat teh dan menggoreng ketela. Sebuah makanan kesukaan suami. Sambil menikmati ketela goreng, aku tetap memantau grup WA. Kami pun ngobrol berdua di ruang Hem, nikmat tiada terkira.

            Sesaat kemudian aku buka grup WA SPK.  Wah, ternyata grup SPK sudah ada yang menginfokan bahwa acara sudah mulai. Segera aku mengikuti acara tersebut dengan senang hati. Namun, aku tetap melihat grup WA siswa barangkali ada yang bertanya.  Sesaat webinar lewat zoom ini ada kendala dengan suara. Kuberusaha mencari cara. Alhamdulilah lima menit kemudian bisa mengikuti webinar dengan narsum Gus Ulil Abdalla, seorang penulis yang telah menelorkan buku dan Ibu Nurul Chomaria, penulis andal dari Sukoharjo. Alhamdulilah dapat ilmu yang luar biasa dari dua penulis ternama.

            Saat di rumah saja banyak hal yang bisa kulakukan. Sebagai warga kita tetap mematuhi anjuran Pak Ganjar. Di sela webinar, suami membuat nasi goreng. Walaupun banyak bahan untuk diolah, suami memilih membuat nasi goreng. Pasar sebenarnya buka setengah hari, tetapi sudah kuniatkan tidak keluar rumah. Persediaan bahan di kulkas sudah lumayan untuk memasak selama dua hari. Tidak berlebihan juga belanjanya. Penting ada tahu, tempe dan sayuran.

“Terima kasih Say, “ kataku sambil menyantap nasi goreng buatan suami tercinta. Nasi goreng buatan suami enak sekali. Usai webinar aku  ke belakang untuk melihat bungaku yang tampak indah. Kupandangi bunga mawar yang mulai mekar dan bunga keladi yang mulai bertambah daun. Bahagia tentunya. Biasanya kalau pas di rumah, bunga-bunga itu aku tempatkan di tempat yang bisa kena sinar matahari. Namun, mendung dan angin kencang menjadikan aku urung meletakkan bungaku di  halaman belakang.

Akhirnya hanya kuamati dan kusiram dengan air cucian beras yang telah kupermentasi. Walaupun di rumah saja aku tetap enjoy walaupun agak sedikit risau jika memikirkan yang hidupnya hanya mengandalkan pendapatan tiap hari. Semoga Allah memberikan rezeki pada mereka yang tidak bisa bekerja. Namun di sisi lain ikut senang karena  banyak warga banyak yang patuh dengan anjuran ini setelah melihat di sosmed bahwa kota Ambarawa sepi. Semoga saja cara ini bisa menekan penyebaran covid-19. Selain itu ada segenggam harapan Pak Ganjar memikirkan rakyat kecil agar roda ekonomi mereka tetap berjalan. Teriring doa agar banjir di kota Semarang segera berakhir. Benar juga, warga Semarang memang harus di rumah saja. 

Ambarawa, 6 Februari 2021

 

 

 

 

 

 

Saling Memuji

 

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)

 

Hari ini harus lebih baik dari hari sebelumnya. Rugi jika hari ini masih sama dengan hari kemarin. Oleh karena itu cara agar kita lebih baik adalah dengan berusaha beramal saleh. Jika kita bisa beramal saleh, kita akan dapat meraih kebahagiaan. Kunci bahagia adalah selalu ingat Allah dan selalu baik dengan sesama.

Di mana pun berada kita selalu ingat Allah. Hal itu tentu akan menentramkan hati. Selain itu, kita berusaha baik dengan sesama akan menciptakan kebahagiaan. Kebahagiaan akan bisa dicapai kalau kita bisa membahagiaan orang lain dengan amal saleh yang bisa kita lakukan.

Banyak cara untuk membahagiakan orang lain. Bisa dimulai dengan keluarga lalu ke yang lain. Kita mulai saja dengan pasangan. Ya, hal ini diupayakan agar keluarga kita langgeng dan harmonis. Kita ciptakan kebahagiaan orang lain dengan yang paling sederhana dan mudah dilakukan yaitu dengan memuji. Kita belajar menghargai pasangan dengan memuji yang tulus.

Memuji dengan tulus akan membahagiakan pasangan. Seperti saat beberapa hari lalu. Saya berusaha memasak yang sederhana tetapi suami suka. Ya, jangan sampai memasak mengutamakan diri sendiri.  Saya memasak sayur lodeh. Biasa kan, gak istimewa. Tiba-tiba suami bilang.

“Bu… masakannya enak lho, “ ucapnya sambil mengacungkan dua jempol.

“Apa iya?” kataku agak malu. Suami pun berulang kali memuji. Hem rasanya senang bisa menyenangkan suami. Begitu juga saat suami membelikan sesuatu pada saya. Saat itu suami membelikan sepatu oleh raga yang bisa juga untuk kerja. Langsung deh saya melonjak senang dengan memuji kebaikan suami. Itulah salah satu dari banyak cara untuk berbuat amal saleh. Ya, memuji sebagai wujud apresiasi yang berdampak positif.  Hal ini bisa berlanjut untuk berbuat amal saleh dengan tetangga, kawan kerja dan kerabat lain. Tidak harus harta untuk beramal saleh. Umpama ada juga lebih bagus. 

Mari kita berusaha beramal saleh dengan sesama dengan memuji untuk menghargai orang lain.

 

Salam literasi

Ambarawa, 6 Februari 2021

#Tantangan gbm

Kamis, 04 Februari 2021

Merdeka dari Utang

 


Siapa sih yang tidak punya utang? Ada tentunya. Namun, setidaknya pernah utang walaupun mungkin utang janji, utang tulisan atau utang hadiah dengan pasangan atau si kecil. Apa pun bentuk utang tentu harus disegerakan. Bagi saya utang boleh-boleh saja karena kita berutang tentu ada tujuannya. Namun, janganlah karena utang jadi terputus silaturahmi. Ya karena tidak ada komunikasi yang membuat kesepakatan bersama. Saya yakin jika ada saling berkomunikasi tentu kedua pihak akan baik-baik saja.

Salah satu cara agar keluarga bahagia, damai adalah pandai mengelola keuangan. Walaupun uang bukan kunci utama, uang tetap menjadi alat untuk kedamaian keluarga.  Bagaimana jadinya jika sebuah keluarga tidak bisa mengelola keuangan. Bisa jadi utang ke sana kemari. Bahkan ada istilah tutup lubang buka lubang. Maksudnya utang pada A untuk membayar utang pada B. Karena sudah bayar pada B, dia utang lagi untuk membayar pada C. Begitu seterusnya.

Oleh karena itu pandai-pandailah mengatur keuangan keluarga. Bagaimana caranya? kita harus membuat daftar kebutuhan setiap bulan atau setiap minggu. Tergantung pendapatan kita itu seminggu sekali atau sebulan sekali. Bisa juga kita sediakan amplop dengan nama-nama kebutuhan. Uang yang kita peroleh bisa kita masukkan dalam amplop tersebut.

Mungkin ada yang bertanya bahwa sekarang itu gaji ada dalam bentuk tidak tunai. Kita bisa tetap menghitung dengan cermat berapa penghasilan kita dan berapa jumlah pengeluaran yang harus dikeluarkan. Kita harus mengutamakan kebutuhan utama. Jangan sampai besar pasak dari penghasilan. Inilah yang kadang membuat keuangan keluarga tak terkelola dengan baik.

Sekali lagi kita harus pandai mengelola keuangan. Jangan sampai kebahagian hilang karena terjerat utang.  Semoga kita bisa terbebas dari utang. Aamiin.

Alhamdulilah, saya bisa menyumbang tulisan yang berjudul Merdeka tanpa Utang bersama SPK ( Sahabat Pena Kita) dengan editor Bapak Ngainun Naim. InsyaAllah akan dilauncing bersama lima buku lain dalam acara webinar SPK pada 6 Februari 2021.

#30berceritagbmsatutema#hari3


Ambarawa, 4 Februari 2021