Oleh : Budiyanti Anggit
Beberapa hari lalu saat naik angkot bertemu dengan teman lama. Ia bercerita bahwa dirinya akan bercerai dengan suami yang telah 20 tahun menikah. Bahkan sudah sampai ke pengadilan. Ibu yang mempunyai cucu satu matanya basah. Ia pun bercerita panjang lebar. Untung taka da penumpang lain selain kami berdua.
Sesaat hati ini ikut menangis mendengar ceritanya. Badan ikut gemetar.. Saya saat itu hanya mendengar saja belum berani bicara apa-apa. Ya takut salah bicara. Hati hanya bertanya mengapa biduk rumah tangga yang telah dibangun lama harus roboh. Sepengetahuan saya sih mereka pasangan mesra.
“Apa tidak dipikirkan matang-matang Bu? saya sangat menyayangkan jika rumah tangga jenengan yang sudah dibangun lama harus kandas.” ucapku lirih. Siapa tahu ia berubah pikiran. Sesaat ia diam tak berucap apa-apa.
Beberapa hari kemudian secara kebetulan saya bertemu dengan saudaranya. Ia pun bercerita bahwa ego kedua saudaranya itu amat tinggi. Semua ingin benar. Tak ada yang berniat saling memaafkan. Nah, itulah titik permasalahan sampai akan terjadi perceraian. sulit untuk saling memaafkan.
Saling memaafkan itu kunci utama membangun pondasi rumah tangga. Manusia tak lepas dari kesalahan. Tak ada yang sempurna
Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu? Dan Allah adalah maha pengampun lagi maha penyayang (QS An-Nuur:22)”
Awalnya memang sulit untuk memaafkan orang lain. Namun yakinlah bahwa memaafkan akan menjadikan hidup damai dan tenang. syukur jika kita sadar berbuat kesalahan langsung kita minta maaf jangan tunda lagi saat hari raya Idul Fitri.
Dengan saling memaafkan, hidup ini akan lebih indah.
#Tantanganmenulis30harigbm#hari10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar