Selasa, 18 Mei 2021

Salat Idul Fitri saat Pandemi Covid-19

 

Gema takbir, tasbih, tahmid berkumandang di masjid-masjid. Rasa bergetar menyelimuti tubuh. Rasa syukur tak terhingga hingga saya dan keluarga telah menyesaikan puasa Ramadan dengan lancar. Kini saatnya kami menyempurnakan dengan salat idul fitri.

Pagi ini saya bangun lebih awal karena harus mempersiapkan ketupat dan lauk untuk dibawa ke masjid. Opor dan sambel goreng kentang tinggal menghangatkan. Lontong juga sudah siap. Kerupuk pun sudah saya goreng kemarin.

Opor ayam dan sambel goreng saya masukkan wadah stenlis. Selanjutnya lontong yang masih utuh saya masukkan wadah yang agak besar. Semua tertata pada tas besar. Tak lupa membawa sendok dan piring. Biasanya saya menyiapkan pincuk dari kertas rapiko. Namun, sudah saya cari kok tidak ada.

“Bapak…ayo siap-siap!”

“Ya,” jawab suami lalu menuju kamar mandi.

Tak lupa saya membangunkan anak ragil.

“Ini teh manis Pak. Mau sarapan tidak? disunahkan untuk sarapan lho,” saranku. Namun, kami hanya minum saja takut terlambat. Saya memakai gamis merah maron yang dibelikan anak ragil. Suami memakai hem putih dan sarung coklat. Sedangkan anak ragil memakai hem biru. Kami memang tidak ada agenda membeli baju baru. Yang utama bukan baru tetapi yang paling bagus.

Beriringan kami bertiga berjalan menuju masjid. Gema takbir terus terdengar. Hanya beberapa menit kami sudah sampai masjid. Pemandangan baru kembali ada. Seperti tahun lalu, di jalan menuju masjid ada meja yang di atasnya ada hand saniter, tempat cuci tangan dan tissue. Tak ketinggalan masker. Barangkali ada yang tidak memakai masker, panitia siap. Beberapa panitia juga berjajar untuk menyambut Jemaah.

Ha…kok ternyata halaman masjid sudah penuh, “gumamku. Setelah memasukkan uang ke kotak amal saya mencari tempat kosong. Alhamdulillah ada tempat kosong. Pas untuk satu orang. Segera saya menuju tempat tersebut lantas duduk manis, karena mukena sudah saya pakai dari rumah. Tak lupa ikut mengucap akbir, tahmid, tasbih. Tak terasa hati ini tersntuh. Gejolak jiwa merayap. Ingat bapak ibu yang telah tiada. Mata pun basah.

Beberapa menit kemudian kami berdiri untuk melaksankan salat idul fitri dengan imam Bapak Abdul Wahid. Walaupun kami agak berdekatan kami tetap memakai masker. Setelah salat dilanjutkan dengan doa bersama dalam dzikir tahlil  dengan masih duduk di tempat salat tadi.

Selanjutnya acara ramah tamah. Lontong atau ketupat beserta lauk siap disantap bersama.

“Ini untuk Bapak-bapak saja ya, Pak,” ucapku sambil meletakkan rantang berisi lontong, opor beserta lauk lain.

“Terima kasih Buk,” ucap seorang bapak berpeci putih.

Saya pun bergabung dengan ibu-ibu lain karena bapak-bapak dan ibu-ibu tidak duduk bersama dalam satu tempat. Ibu-ibu di pelataran depan, sedangkan Bapak-bapak di teras. segera kontong yang saya bawa saya iris dengan sendok. Sedangkan lauk saya minta pada Mbak Sri. Banyak yang menawarkan untuk ambil lauk. Alhamdulillah saling berbagi.

Kami pun pulang dengan lewat jalan lain. Syukur Alhamdulillah bisa melaksanakn slat idul fitri. Rasa bersuka cita walaupun saat ini tidak bisa berkumpul bersama anak cucu. Yang utama saling doa agar kita diberi kesehatan.  

18 Mei 2021

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Minggu, 09 Mei 2021

Penelpon Misterius


Berulang penelpon tak dikenal masuk. Hampir 10 kali. Saya pun ragu untuk mengangkatnya. Hal ini untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti beberapa teman yang menceritakan pernah diteror, atau dimaki-maki. Pernah juga ngalami sendiri penelpon itu ngaku-ngaku saudara. Nah, dari pengalaman itu saya pun takut.

"Dik  ...ini gak ada namanya diangkat gak ya," tanyaku pada anak

"Gak usah saja Buk, bisa-bisa itu penipu lho,"jawab anakku.

Akhirnya kudiamkan. Nanti kalau penting kan bisa chatting dulu.

Namun, penelpon tampaknya tak bosan. Ia telpon lagi.

"Gimana ini Pak," tanyaku pada suami. Belum dijawab saya coba angkat. Ada seorang yang bicara.

"Hallo...hallo...," terdengar suara laki-laki. Saya diamkan. Hanya ingin mencoba siapa penelpon. Kemudian terdengar suara lagi.

"Wah gak ada orangnya," samar- samar terdengar sebuah keluhan.

Karena ragu, hp saya berikan pada suami untuk mengangkatnya. Volume suara dibesarkan sehingga saya bisa ikut mendengarkan.

"Hallo Pak ...ini ada paket dari D*n*, alamat yang pasti di mana ya?" Jelas terdengar suara penelpon itu mengabarkan kalau ada paket.

Astaghfirullah... ternyata saya salah duga. Ada paket dari anak. Saya sudah menduga-duga kalau penelpon Misterius itu bukan orang baik.

Maafkan aku ya Allah.

Ya, pelajaran di bulan Ramadhan ini. Kita tidak boleh suudhon tapi kita juga perlu waspada. Kalau  siap angkat telepon tak dikenal, kita harus hati-hati. Sadar diri umpama benar-benar ada orang yang ingin berbuat kurang baik. Umpama ada kabar kurang baik. Tata hati lalu cari tahu kabar yang benar.

Semua ada hikmahnya. Selamat menjalankan ibadah puasa hari ini. Semoga ibadah kita diterima Allah SWT. 

 

 

 

 

Emak-emak Peduli

 

Emak-emak Peduli 

Pada hari-hari terakhir ramadan, tak henti-hentinya kita berlomba-lomba kebaikan. Tak terkecuali Emak-emak yang peduli pada sesama. Hal ini sudah berlangsung bulan lalu, bulan ini pun kami, para ibu di gridaba  menyisihkan sedikit rezeki untuk sesama.

Sebuah info  muncul di WAG.

[ Ibu-ibu uang donasi telah terkumpul sekian ribu rupiah. Terima kasih atas donasi ibu-ibu semoga akan membawa keberkahan dan rejeki Ibu-ibu akan dilipatgandakan]

 

Sebuah pesan dari Ibu Lutfi untuk melaporkan keadaan keuangan. Ibu-ibu lain langsung memberi balasan dengan penuh suka cita,

[Aamiin, emotioan jempol tiga kali]

Itulah yang kami lakukan untuk menggerakkkan hati kita berbagi rezeki untuk orang lain. Donasi tersebut sampai sekarang sudah tiga kali. Kami, para ibu ingin meringankan beban teman yang belum beruntung. Setiap bulan kami kumpulkan uang kemudian kamu salurkan kepada teman yang memang benar-benar membutuhkan

Kepedulian kita amat berarti bagi orang lain. Rezeki kita tak akan berkurang, Justru akan ditambah oleh Allah. Semoga langkah kami, diridhoi Allah.

Dalam Alquran surat Al-Talaq ayat 7, Allah SWT telah memerintahkan umat-Nya untuk bersedekah dan berjanji akan membalas kebaikan tersebut. Allah SWT berfirman yang artinya:

“Hendaklah orang yang mempunyai keluasan memberi nafkah menurut kemampuannya, dan orang yang terbatas rezekinya, hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak membebani kepada seseorang melainkan (sesuai) dengan apa yang diberikan Allah kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan setelah kesempitan.” (QS. Al-Talaq: 7

Mari di detik-detik berakhirnya bulan Ramadan kita berusaha bersedekah agar puasa kita makin baik dan amal ibadah kita diterima Allah SWT.

#30harimenulisramadan

#gbmharike-26

 

 

Rabu, 05 Mei 2021

HAL-HAL YANG MERUSAK AMAL IBADAH KITA (23)

Hal-hal yang Merusak Amal Ibadah Kita (23)

Oleh : Budiyanti

Tak terasa kita telah memasuki hari ke- 24. Alhamdulillah jamaah Tarawih At- Taqwa masih penuh memenuhi dalam masjid dan halaman masjid yang telah beratap.  Anak-anak kecil pun masih banyak yang ikut tarawih. Walaupun ramai kita tetap memaklumi karena merekalah generasi penerus yang akan memakmurkan masjid. Walaupun ramai kami berkerumun, tetapi kami mematuhi protokol kesehatan. Berjarak dan wajib memakai masker 

Usai salat tarawih, kami mendengarkan kultum yang disampaikan oleh Bapak Suryono. Tema kali ini adalah 5 hal yang merusak amal ibadah kita

Saat ini kita berusaha agar puasa kita tidak hanya menahan lapar dan dahaga saja tetapi bisa menahan nafsu lain agar puasa kita tidak sia-sia. Ada 6 hal yang merusak puasa kita

Pertama, sibuk dengan orang lain. Orang yang selalu mengurusi keburukan orang lain. Bisa diumpamakan. Gajah di pelupuk mata tidak tampak, semut di seberang lautan tampak. Kesalahan diri sendiri  tidak terlihat tetapi kesalahan orang lain jelas. Ini bisa dikatakan suka usil, ngurusi orang lain yang tidak semestinya.

 

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain” (QS. Al-Hujurat : 12)

 

Kedua, terjangkit penyakit hati, orang yang selalu congkak, sombong, iri hati akam merusak amal ibadah kita. Apalagi saat bulan Ramadan. Saatnya berlomba-lomba kebaikan bukan malah iri pada tetangga atau teman 

Ketiga, sedikit rasa malunya. Orang yang tidak mempunyai malu akan nekat melanggar hal-hal yang dilaramg Allah. Ia tidak malu pada Allah. Ia suka mencuri, membunuh, merampok karena tak ada rasa malu.

Sesungguhnya setiap agama itu memiliki akhlak dan akhlak Islam itu adalah rasa malu.” (HR. Ibnu Majah no. 4181)

 

Keempat, cinta dunia yang berlebihan. Orang yang hanya memikirkan duniai saja. Cintai dunia seperlunya saja. Ingat akan akhirat. Jangan hanya menumpuk kekayaan saja. Jangan sampai lupa beramal soleh. Kita juga harus mencari bekal untuk hari akhirat nanti 

Kelima, menzalimi. Perbuatan zalim adalah perbuatan yang sangat dimurkai Allah. Zalim kepada sesama manusia. Kepada sesama harusnya kita berbuat baik jangan sampai kita melakukan penghinaan, fitnah, pemukulan dan perbuatan buruk lainnya. Contoh perbuatan zalim seperti ini mungkin sering kita jumpai. 

         Mari pada hari-hari terakhir bulan Ramadan kita tingkatkan amal sholeh agar ibadah kita tidak rusak oleh tindakan sehari-hari di atas. Kita niatkan semua pekerjaan dengan ibadah. Hindari hal-hal yang merusak ibadah kita. 


Selasa, 04 Mei 2021

MALAM SELIKURAN

 

Hampir tiap tahun Masjid At-Taqwa selalu mengadakan malam selikuran yaitu suatu tradisi yang dilaksanakan pada malam hari ke-21 ramadan. Alhamdulillah pada hari Ahad malam Senin, telah melaksanakan dengan lancar.

“Bu…dapat jatah apa besok nanti malam, sudah siap? tanya suami siang itu.

“Siap, Ibuk dapat jatah telur dadar, ini sudah pesan telur untuk diantar ke rumah,” jawabku sambil membersihkan dapur.

Usai salat ashar, saya mulai memasak untuk berbuka puasa sekaligus menggoreng telur. Paginya saya sudah beli daun bawang agar lebih enak. Pada malam selikuran, Takmir Masjid At-Taqwa membuat pengumanan untuk mengikuti malam selikuran sekaligus kataman bagi anak-anak yang selama ini ikut tadarus. Sudah menjadi kebiasaan bahwa setiap kali ada selikuran kami akan makan bersama usai acara kataman.

Oleh karena itu, Ibu- ibu kebagian membawa makanan dengan cara dibagi tugas. Saya membawa telur dadar, Bu Sri membawa pergedel, Bu Baroto membawa peyek Teri dan masih banyak ibu lain yang membawa nasi, sayur, buah, kerupuk, sambal goreng, bakmi dan lain sebagainya. Sebagian besar ibu-ibu membawa masakan.

Selain masakan tadi, ada yang dengan sendirinya membawa bakul yang berisi apem, pisang, pasung. Pisang pun banyak sekali. Semua makanan dikumpulkan jadi satu di ruang sebelah. Berjajar aneka masakan dan jajanan yang tersedia.

Suasana masjid pada malam kedua puluh satu masih tetap ramai. Depan masjid masih penuh ibu-ibu. Sedangkan di dalam masjid khusus untuk bapak-bapak dan remaja laki-laki. Usai salat tarawih, kami tidak boleh pulang. 

Tampak anak-anak yang sebagian besar berpakaian putih duduk di karpet yang di depannya ada meja panjang. Masing-masing anak memegang Alqur’an. Setelah acara dibuka, anak-anak yang berjumlah kurang lebih dua puluh secara bergantian melantunkan ayat-ayat suci Alqur’an. Suaranya memecah kesunyian. Merinding mendengarnya. Menyentuh kalbu 

Sementara Ibu-ibu mendengarkan sambil mempersiapkan makanan untuk dimakan bersama. Semua jajan dibungkus dalam plastik yang diisi pisang, apem dan jajanan lain yang ada. Ibu lain meracik makan dengan pincuk, tempat makan yang terbuat dari daun pisang. Ditaruhlah nasi kemudian atasnya diberi berbagai macam lauk, ada sayur sambal goreng tahu, bakmi, pergedel, telur dadar, tempe, kerupuk, peyek teri. Woh… amat banyak lauknya. Pincuk yang berisi nasi tadi sampai menggunung. 

Usai Kataman, anak-anak menerima tanda kasih dari pengurus. Mereka tampak bahagia. Senyum terukir di bibirnya. Bahagia rasanya melihat mereka bisa mengikuti kataman. Ada rasa bangga karena di era sekarang amat sulit mencari anak-anak yang mau belajar mengaji. Alhamdulillah anak-anak yang tergabung dalam TPQ itu sudah sejak kecil belajar Alqur’an dengan tekun dan rajin.

 Akhirnya acara ditutup dengan doa. Acara makan bersama pun kami nikmati dengan suka cita. Rasa syukur tak terhingga, acara selikuran berjalan lancar. Semoga ibadah puasa pada sepertiga terakhir berjalan lancar dan diridhoi Allah SWT. Aamiin

#30harimenulisramadan

#gbmharike-22