Gema
takbir, tasbih, tahmid berkumandang di masjid-masjid. Rasa bergetar menyelimuti
tubuh. Rasa syukur tak terhingga hingga saya dan keluarga telah menyesaikan
puasa Ramadan dengan lancar. Kini saatnya kami menyempurnakan dengan salat idul
fitri.
Pagi
ini saya bangun lebih awal karena harus mempersiapkan ketupat dan lauk untuk
dibawa ke masjid. Opor dan sambel goreng kentang tinggal menghangatkan. Lontong
juga sudah siap. Kerupuk pun sudah saya goreng kemarin.
Opor
ayam dan sambel goreng saya masukkan wadah stenlis. Selanjutnya lontong yang
masih utuh saya masukkan wadah yang agak besar. Semua tertata pada tas besar.
Tak lupa membawa sendok dan piring. Biasanya saya menyiapkan pincuk dari kertas
rapiko. Namun, sudah saya cari kok tidak ada.
“Bapak…ayo
siap-siap!”
“Ya,”
jawab suami lalu menuju kamar mandi.
Tak
lupa saya membangunkan anak ragil.
“Ini
teh manis Pak. Mau sarapan tidak? disunahkan untuk sarapan lho,” saranku.
Namun, kami hanya minum saja takut terlambat. Saya memakai gamis merah maron
yang dibelikan anak ragil. Suami memakai hem putih dan sarung coklat. Sedangkan
anak ragil memakai hem biru. Kami memang tidak ada agenda membeli baju baru.
Yang utama bukan baru tetapi yang paling bagus.
Beriringan
kami bertiga berjalan menuju masjid. Gema takbir terus terdengar. Hanya
beberapa menit kami sudah sampai masjid. Pemandangan baru kembali ada. Seperti
tahun lalu, di jalan menuju masjid ada meja yang di atasnya ada hand saniter, tempat
cuci tangan dan tissue. Tak ketinggalan masker. Barangkali ada yang tidak
memakai masker, panitia siap. Beberapa panitia juga berjajar untuk menyambut Jemaah.
Ha…kok
ternyata halaman masjid sudah penuh, “gumamku. Setelah memasukkan uang ke kotak
amal saya mencari tempat kosong. Alhamdulillah ada tempat kosong. Pas untuk
satu orang. Segera saya menuju tempat tersebut lantas duduk manis, karena mukena
sudah saya pakai dari rumah. Tak lupa ikut mengucap akbir, tahmid, tasbih. Tak
terasa hati ini tersntuh. Gejolak jiwa merayap. Ingat bapak ibu yang telah
tiada. Mata pun basah.
Beberapa
menit kemudian kami berdiri untuk melaksankan salat idul fitri dengan imam
Bapak Abdul Wahid. Walaupun kami agak berdekatan kami tetap memakai masker. Setelah
salat dilanjutkan dengan doa bersama dalam dzikir tahlil dengan masih duduk di tempat salat tadi.
Selanjutnya
acara ramah tamah. Lontong atau ketupat beserta lauk siap disantap bersama.
“Ini
untuk Bapak-bapak saja ya, Pak,” ucapku sambil meletakkan rantang berisi
lontong, opor beserta lauk lain.
“Terima
kasih Buk,” ucap seorang bapak berpeci putih.
Saya
pun bergabung dengan ibu-ibu lain karena bapak-bapak dan ibu-ibu tidak duduk
bersama dalam satu tempat. Ibu-ibu di pelataran depan, sedangkan Bapak-bapak di
teras. segera kontong yang saya bawa saya iris dengan sendok. Sedangkan lauk
saya minta pada Mbak Sri. Banyak yang menawarkan untuk ambil lauk.
Alhamdulillah saling berbagi.
Kami
pun pulang dengan lewat jalan lain. Syukur Alhamdulillah bisa melaksanakn slat
idul fitri. Rasa bersuka cita walaupun saat ini tidak bisa berkumpul bersama
anak cucu. Yang utama saling doa agar kita diberi kesehatan.
18 Mei 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar