Hari Selasa, 5 Juli 2022 keluarga besar Gridaba mengadakan _dolan bareng_ ke Yogyakarta. Berbagai objek kami kunjungi. Objek pertama adalah ke Kaliurang Yogyakarta untuk mengikuti lava tour dengan jeep.
Saat itu saya dan suami sudah sampai di depan pasar Kebumen Banyubiru pukul 06.30. Sepeda motor kami titipkan di rumah Bu Nur Mualifah. Suasana depan pasar Kebumen amat ramai oleh kami. Tempat ini menjadi titik kumpul berangkat. Kaus merah bata mewarnai pagi hari. Bus pun datang. Kurang lebih pukul 07.00 kami meluncur ke Yogyakarta. Wajah para guru amat ceria.
Perjalanan yang indah kami nikmati. Dalam bus kami bersendau gurau dan berkaraoke ria dengan lagu-lagu merdu. Kami bersama-sama menyanyi. Ibu Mia dan suaminya tak ketinggalan meramaikan dengan lagu-lagu yang enak. Saya dan suami pun ikut serta dengan suara kami yang belum semerdu lainnya. Hee modal berani saja.
Kota demi kota kami lalui. Suasana pagi itu amat ramai. Lalu lintas lancar. Tak lama kemudian kami sampai di Kaliurang Yogyakarta. Tampak lalu lalang orang menggunakan Jeep banyak sekali. Kami segera turun dari bus lalu memilih Jeep yang sudah berjejer di sebuah lapangan kecil. Satu Jeep diisi 4 orang.
Suasana tempat tersebut sudah ramai dengan pedagang kaca mata, buah salak. Pedagang kacamata pun dikerubuti ibu-ibu. Saya tak ketinggalan membeli kacamata. Hee kaya ABG saja.
Kelompok kami terdiri dari saya, suami, dan Pak Edy beserta istrinya. Kami pun naik Jeep yang agak tinggi dari mobil pada umumnya. Helm kecil sudah kami pakai. Siap melakukan lava tour. Rasa penasaran terus menggurita. Seperti apa ya nanti?
Satu persatu Jeep melintasi jalan secara beriringan. Kurang lebih 11 Jeep yang kami sewa. Awal petualangan yang seru. Saya yang duduk di depan berpegangan erat pada besi-besi yang di samping kanan kiri. Mas Sopir mengendarai Jeep cukup kencang sehingga kami harus hati-hati.
Beberapa menit kemudian kami sampai Bungker Kaliadem. Hanya beberapa meter dari parkir mobil, kami memasuki bungker yang sudah tidak terpakai. Bunker ini adalah tempat menyelamatkan diri dari larva. Namun, justru di tempat inilah para pekerja hangus terbakar oleh lahar panas. Menurut pemandu ada dua orang ditemukan sudah terbakar di pintu.
Hanya beberapa saat kami berada di bunker. Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan kembali sampai di lereng gunung Merapi. Terbayang saat dulu gunung Merapi meletus. Kanan kiri jalan adalah tempat penduduk yang kini sudah berubah jadi kebun dengan aneka tanaman. Rumput -rumput hijau tumbuh subur. Konon kebun tersebut dulu terbenam lumpur. Sedangkan sungai sebelah kanan kata Mas Sopir sampai penuh dengan lumpur akibat gunung Merapi meletus. Ada beberapa bekas bangunan yang tinggal puing-puing.
"Lha penduduk di sini sekarang di mana Mas?"
"Sekarang semua penduduk sudah dibuatkan rumah oleh pemerintah yang jauh dari sini."
"Lha rumahnya Mbah Marijan mana Mas?" tanyaku lagi.
"Oh masih ke atas Bu," jawabnya sambil mengendarai dengan gesit.
Perjalanan yang menyenangkan sambil ngobrol-ngobrol sana sini. Mas Sopir menjawab dengan ramah.
Akhirnya kami sampai di sebuah sungai yang ada genangan air. Sepertinya tempat yang sudah dipersiapkan untuk berbasah ria dengan Jeep. Beberapa Jeep ada yang masuk ke objek ada juga yang keluar. Tak sabar rasanya sampai di sungai yang tidak mengalir. Hanya beberapa titik ada kubangan air.
Tak lama kemudian Jeep kami melintasi kubangan air. Kami pegangan erat sekali.
"Haaaa!" Kami teriak panjang ketika Jeep persis di kubangan. Mau tak mau air muncrat mengenai tubuh. Selanjutnya naik dari sebentar lalu ke kubangan lagi begitu seterusnya sampai berulang kali putaran. Pada kubangan terakhir kami berteriak keras karena air mengenai tubuh kami semua. Kaus dan celana panjang pun basah kuyup. Inilah keseruan yang kami nikmati. Benar-benar berkesan deh.
Setelah beberapa kali putaran kami kembali ke tempat awal. Walaupun badan basah, kami bisa menikmati keseruan ini. Sampai di tempat awal ternyata banyak yang tidak basah. Karena basah, saya segera mencari tempat kamar mandi untuk bersih-bersih dan ganti baju. Banyak kamar mandi yang tersedia dengan membayar murah.
Tak terasa perut lapar. Sebelum makan kami salat dulu di belakang rumah makan. Menu istimewa telah tersedia. Saya dan suami makan siang dengan lahapnya. Alhamdulillah sebuah pengalaman indah bisa kami nikmati dengan penuh kegembiraan.
Ambarawa, 9 Juli 2022
Tulisan ke-30
Menulis blog bersama Omjay
Tidak ada komentar:
Posting Komentar