Selepas mengajar, saya menuju ruang guru. Samar-samar Ibu Mia dan
beberapa guru berembug tentang akan lomba pesona bintang pelajar yang
diselenggarakan Disdikbudpora Kabupaten Semarang. Sebenarnya tidak akan ikut,
tetapi terbesit ada gagasan untuk ikut acara tersebut. Kesepakatan pun bulat.
Dipilihlah siswa yang dipandang mampu dan mau. Terpilihlah siswa kelas 9A yang
bernama Pamillian Nuril Hidayah. Berbagai pertimbangan telah dilakukan mengapa
memilih anak tersebut. Anak ini memang multi talenta. Berbagai lomba diikuti.
Jadi, dari segi mental sudah terbentuk.
“Bu Yanti yang ngantar ya?” ucap Bu Mia selaku kepala sekolah. Bu Nursih
pun mengiyakan.
“Ha…saya?” tanyaku heran.
“Kan, Bu Yanti wali kelasnya,” tambah Bu Nursih
Hujan menderas siang itu. Jam menunjukkan pukul 12.30. Saya sempatkan melihat
anak yang akan ikut lomba. Bu Restu sedang merias Nuril dengan didampingi Bu Wal.
Tampak para guru saling support pada siswa yang akan lomba. Bu Restu, guru seni
rupa ini sangat terampil merias wajah siswa kelas 9A ini. Wajahnya menjadi
cantik karena polesan bedah yang tipis tetapi indah. Baju casual berwarna pink
salem sangat serasi dengan wajahnya yang imut. Dompet dan sepatu pun sangat pas
dengan bajunya.
Bersama Mas Nur sang driver, saya dan Nuril diantar ke SMPN 1 Banyubiru.
Kami akan berbarengan menuju tempat lomba di Ungaran. Dengan bismilah kami
keluar dari SMPN 2 Banyubiru untuk mengikuti lomba Pesona Bintang Pelajar yang
dijadwalkan pukul 14.30 akan dimulai.
Setelah menunggu beberapa waktu, kami meluncur bersama dengan rombongan
SMPN 1 Banyubiru. Ada tiga guru yang siap bersama kami. Dua peserta lomba
berpasangan dengan baju yang bagus siap bersama kami. Kami pun berpamitan
dengan Pak Budiyono selaku kepala sekolah SMPN 1 Banyubiru.
Di mobil ini kami saling berkenalan. Walaupun sekolah kami dekat tetapi tak semua guru saya kenal.
Kami pun mengobrol berbagai macam.
“Wah… sudah hampir pukul 15.00 bagaimana ini? “ ucap Ibu guru yang duduk
di depan.
“Gak papa tenang saja, pasti juga molor,”sahut Ibu guru yang masih muda
ini. Saya hanya menyimak sambil menahan kantuk.
Suasana sangat ramai ketika kami memasuki tempat lomba. Mobil-mobil
memenuhi area parkir. Setelah turun dari mobil, kami menuju tempat lomba. Ada
tenda dengan rumbai kain warna merah sudah penuh dengan orang. Tampak
anak-anak, remaja cantik dengan dandanan yang aduhai berlalu lalang. Mereka
sibuk dengan sendirinya.
Segera saya dan Bu guru dari SMP 1 Banyubiru menuju tempat pendaftaran.
Sementara Nuril saya beri air minum lalu duduk di kursi yang kosong. Butuh
kesabaran saat pendaftaran. Dua wanita siap melayani calon peserta. Wanita
beranting besar dan berwajah cantik itu memberi nomor peserta dan sebuah peniti
untuk dipasang. Alhamdulillah sudah mendaftar. Selanjutkan nomor saya berikan
Nuril saya pun pergi ke Mushola untuk salat Asar. Sejuk terasa setelah wajah
tersapu air wudhu.
Tampak suasana gedung tempat lomba penuh dengan para penonton. Gedung
yang tidak terlalu luas itu ada panggung catwalk. Para peserta yang dari TK dan
SD bergaya dengan apiknya. Mereka berlenggak lenggok penuh percaya diri. Saya
bersama Nuril masih berdiri sambil menunggu giliran sambil melihat penampilan
anak-anak kecil yang lucu, imut dan menggemaskan dengan kaca mata kece, baju
yang apik. Pokoknya bikin gemes dan tertawa.
Setelah peserta TK dan SD,
kelompok baju pesta SMP mulai. Lumayan gerah karena suasana di gedung yang
kurang luas. Saya dan Nuril setia
menunggu sampai giliran tiba. Para remaja dengan kategori baju pesta berlenggak
lenggok dengan aneka gaya. Berjalan, berputar, tersenyum dengan gayanya
sendiri-sendiri. Sebagian besar sangat luwes, percaya diri dan berani tampil.
Walaupun ada satu dua yang canggung dan kurang percaya diri.
Setelah sekian lama akhirnya peserta causal
SMP mulai dipanggil untuk bersiap-siap.
“Nuril minum dulu ya?” tanyaku karena sedari tadi berdiri.
“Nanti saja Bu,” ucapnya ramah. Gadis yang sering mengikuti berbagai
lomba itu tersenyum. Tampaknya ia sudah siap untuk maju. Siap action.
Satu persatu kategori casual SMP memasuki area catkwalk. Berlenggak- lenggok dengan tenangnya. Untung saya dapat duduk di samping
panggung. Jadi, saya bisa leluasa memandang mereka dan sekaligus bersiap-siap mengabadikan
Nuril. Peserta maju tidak urut, nomor juga acak. Mata tak lepas dari peserta agar
tidak ketinggalan momen anak didik saya saat maju. Penampilan peserta anaka ragam.
Mental mereka untuk tampil banyak yang sudah jadi. Dengan senyum menawan, bergaya
penuh gaya, peserta siap dinilai dewan juri. Apalagi yang berasal dari sebuah kursus
khusus, tentu sudah terlatih.
Saatnya Nuril tampil. Ia hanya sekali berjalan. Alhamdulilah lancar walaupun
senyumnya kurang mungkin agak grogi. Bagi saya ia berani tampil itu sudah luar biasa.
Ini sebagai cara untuk berlatih mental. Segera saya abadikan dalam video dan foto.
Lega rasanya. Sudah bisa mendampingi Nuril sampai selesai. Kebahagiaan yang tak
terkira. Semoga ini membawa manfaat pada para siswa. Anak-anak yang mengikuti acara
ini bisa jadi pembelajaran agar belajar mandiri dan percaya diri.
Jelang Magrib kami pulang dengan membawa sejuta kenangan. Apa pun hasilnya
tetap disyukuri. Alhamdulliah sampai rumah dengan selamat. Terima kasih keluarga
besar SMPN2 Banyubiru yang telah mendukung Nuril untuk tampil dengan lancar.
Amabarawa, 21 November 2021
Saya ke sana jadii supirterr.....
BalasHapusKS sendirian.
Membacanya, seakan-akan aku ikut audisi menjadi peragawati dengan berjalan lemah gemulai, sok cantik, dan sok manis. Hmm ...
BalasHapusTerimakasih bu Yanti, Nuril 👍👍
BalasHapusBu Yanti dan Nuril memang hebat..👍👍
BalasHapus