Tarawih di Rumah
Mulai dari sore hingga malam jelang salat isya, hujan deras tiada henti. Udara pun sangat dingin. Teras rumah Pak Cahyo pun basah kena air hujan. Anak-anak pun masih berselimut tiduran di depan televisi. Bu Dian masih beres-beres di dapur.
"Yuk, siap-siap tarawih!" ajak Bu Dian sambil menyiapkan mukena.
"Dingin Bund," jawab Yoga sambil merapatkan selimutnya
"Ayoo bangun dong, nih sudah hampir pukul 19.00." Bu Dian menyingkap selimut yang dipakai anak-anak. Anak-anak pun berdiri lalu beralih tiduran di kursi. Katanya dingin.
Tiba-tiba Pak Cahyo muncul dari depan rumah untuk melihat suasana saat ini. Udara amat dingin dan suara petir pun memekakkan telinga. Segera ia masuk ke rumah. Ia tak ingin berlama-lama di luar karena batuk pilek yang dialami beberapa hari ini belum reda.
"Bund, kita salat tarawih di rumah saja, selain udara tidak bersahabat, badanku masih merang," tawar Pak Cahyo sambil menuju tempat wudhu.
"Ya, sudah tidak apa-apa, saya juga agak flu ini, yang utama tetap salat tarawih," jawab Bu Dian sambil membuka mukena untuk dipakai.
"Ayoo tarawih di rumah saja!" ajak Bu Dian
"Berarti aku gak dapat jaburan nih," celutuk Galih.
"Gak papa, tuh di lemari banyak jajan." Bu Dian menunjukkan lemari yang ada beraneka jajanan. Ibu paruh baya itu sengaja beli beraneka jajanan agar anaknya tidak jajan sembarangan.
"Oke, siap," jawab anak-anak serempak.
Berlima menuju tempat salat khusus keluarga. Alhamdulillah cukup untuk berjamaah. Pak Cahyo sebagai imam.
Rekaat demi rekaat dilalui dengan lancar. Saat jeda antara salat tarawih dan witir Pak Cahyo pun memberi tausiyah pada anak-anak dan istri.
"Anak-anak kita telah memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Oleh karena itu Ayah mau beri sedikit nasihat dengarkan ya," ucap Pak Cahyo sambil duduk berhadapan dengan bunda Dian dan anak-anak.
"Sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan kita harus banyak melakukan amalan Amalan Rasulullah pada sepuluh hari ini bisa kita lakukan."
Rasulullah saw melakukan ibadah yang dilakukan khusus pada malam-malam tersebut.
Pertama, menghidupkan malam-malam Ramadhan. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Shahih Muslim, ‘Aisyah meriwayatkan:
“Aku selalu menyaksikan beliau beribadah selama Ramadhan hingga menjelang subuh,”
Kedua, Rasulullah saw selalu membangunkan keluarganya untuk shalat malam di malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan hadits Abi Dzar menggambarkan hal ini dengan jelas:
“Bahwasannya Rasulullah saw beserta keluarganya bangun (untuk beribadah) pada malam 23, 25, 27. Khususnya pada malam 29.”
Ketiga, Rasulullah mengencangkan ikat pinggang dalam arti menghindari tempat tidur pada sepuluh malam terakhir Ramadhan. Hal ini bersandar pada hadits:
Rasulullah saw ketika memasuki sepuluh terakhir malam Ramadhan beliau mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan (beribadah) malam itu dan membangunkan keluarganya.
Keempat, Rasulullah saw pernah menyambung puasa tanpa berbuka hingga magrib yang akan datang (puasa wishal) pada satu malam dari sepuluh malam terakhir Ramadhan. Namun puasa wishal tidak dianjurkan untuk ditiru oleh pengikutnya.
Kelima, Rasulullah saw mandi dan membersihkan diri dan memakan wangi-wangian menjelang Isya’ selama sepuluh hari terakhir Ramadhan dengan harapan memperoleh laylatul qadar.
Keenam, Rasulullah saw selalu beri’tikaf di sepuluh malam terakhir Ramadhan.
Nah begitu anak-anak mari kita amalkan sedikit demi sedikit. Jadi kalian jangan tidur melulu. Kita manfaatkan sebaik-baiknya untuk mengisi hari-hari terakhir bulan Ramadhan.
"Oke ya, mari kita lanjutkan salat witir. "
Mereka berlima pun melakukan salat witir 3 rekaat lalu bersama-sama membaca doa berpuasa untuk besok. Alhamdulillah salat tarawih di rumah penuh berkah.
Materi diambil dari www. kemenag.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar