Dua
hari sudah kami berada di Madinah.
Bahagia luar biasa bisa beribadah wajib dan sunah dengan lancar. Yang
utama saya dan suami dan rombongan sehat. Kami terus berusaha menjaga kesehatan
agar kami bisa beribadah dengan lancar dan sehat. Kini saatnya kami harus
meneruskan perjalanan ke Makkah untuk melaksanan Umroh,
Malamnya
saya sudah mulai menata segalanya dengan baik. Yang pertama menata koper
terlebih dahulu. Semua barang mulai pakaian sudah saya masukkan koper. Tinggal yang keperluan pagi, misalnya
keperluan mandi dan make up belum saya masukkan. Sedangkan oleh-oleh juga sudah
saya jadkan satu dalam tas khusus yang saya persiapkan dari rumah. Sedangkan
yang tidak saya masukkan adalah yang akan dipakai untuk umroh besok pagi yaitu
gamis putih, sepatu putih serta selempang dan tas kecil serta kartu identitas. Tak
lupa saya potong kuku terlebih dahulu karena saat niat umroh dlakukan kita
tidak boleh potong kuku, potong rambut yang ada di badan.
Pukul
09.00 waktu Saudi koper hitam yang sudah bertuliskan nama saya letakkan di
depan pintu hotel bersama koper teman satu kamar. Akan ada petugas yang membawa
terlebih dahulu. Kami pun bersiap-siap sholat Jama’ qoshor Dhuhur dan
Ashar. Bersama-sama kami menuju ke
Masjid Nabawi untuk terakhir sebelum melakukan perjalanan ke Makkah. Kami shalat di halaman Masjid Nabawi. Kami
pun diingatkan beberapa hal yang harus dilakukan saat niat umroh dilakukan.
Jemaah
pria diwajibkan sudah Ihram yaitu sudah memakai kain Ihram saat keluar hotel.
Pakaian ini sudah diberi oleh biro bersama koper waktu akan berangkat. Warnanya
putih adem seperti handuk besar. Jemaah pria dilarang memakai kaos atau pakaian
dalam. Dulu waktu manasik sudah diajarkan cara memakainya. Jemaah pria dilarang
memakai kaos kaki yang menutup mata kaki, penutup kepala dan sejenisnya.
Sedangkan
untuk kaum wanita, saat akan keluar hotel, Jemaah wanita diwajibkan mengenakan
busana yang menutup aurat. Tak boleh memakai sarung tangan yang menutupi
telapak tangan. Tak boleh pula menutupi bagian wajah. Jadi, Jemaah wanita
dilarang menggunakan cadar.
Ada
pula yang dperhatikan untuk Jemaah pria atau wanita saat sudah ber-ihram.
pertaman, jemaah dilarang menggunakan mewangian atau parfum atau minyak rambut.
Kecuali sebelumnya boleh. Kedua, Jemaah dilarang mencabut bulu atau memotong
kuku. Ketiga, dilarang mengganggu serta memburu bintang. Keempat, dilarang
merusak, mengukir, menyayat atau memotong pepohonan apalagi mencabut tanaman.
Kelima, Jemaah dilarang melamar, menikah, dan bersaksi atas pernikahan sesorang
pada saat ber-ihram. Keenam, Jemaah dilarang bercumbu, bermesraan hingga
melakukan hubungan suami –istri. Kami pun diharapkan menjaga tutur kata dan
menghindari kata-kata kotor, cacian hingga bertemgkar dengan Jemaah atau orang
lain.
Itulah
yang disampaikan saat manasik dulu. Peraturan tersebut wajib dipatuhi agar niat
utama umroh kita berjalan dengan baik dan juga mabrur. Ihram termasuk rukun
umroh atau haji yang harus dikerjakan. Jika melanggar, Jemaah bisa dikenakan
denda dengan menyembelih seekor kambing. Ada juga yang harus membayar fidyah,
bersedekah kepada enam orang miskin masing-masing 1,5 kilogram berupa makanan
pokok atau menjalankan puasa selama tiga hari. Semua bergantung pada
pelanggaran yang dilakukan oleh Jemaah.
Sedangkan
yang sunnah kita lakukan sebelum ihram adalah mandi, memakai wangi-wangian pada
tubuh, memotong kuku dan merapikan jenggot, rambut ketiak dan rambut kemaluan.
Ihram
adalah adalah niat masuk mengerjakan umroh atau haji dengan menghindari hal-hal
yang dilarang tadi. Ihram ditandai berpakaian ihram dan mengambil migat di
lokasi tertentu.
Sepulang
dari salat berjamaah kami pulang hotel lalu makan siang. Selanjutkan persiapan
ber-ihram. Segera saya dan teman masuk kamar lalu mempersiapakan diri. saya pun cepat-cepat mandi dan melaksanakan
sunnah yang telah disampaikan tadi. Baju putih dan kerudung putih sudah melekat
di tubuh. Selempang kuning dan tas hitam yang dicangklongkan sudah siap. Kami
pun turun ke bawah. Dua bus sudah siap di depan hotel.
Tampak
suami sudah memakai pakaian ihram lengkap. Sejenak saya dekati sebelum naik bus.
“Bagaimana
Pak, tadi lancar memakai kain ihramnya?” tanyaku datar.
“Alhamdulilah,
tadi saling bantu karena tidak sekali pakai langsung jadi.”
“Alhmdulillah,”
ucapku gembira. Memang benar kala dulu pas manasik, memakai kain ihram yang
lumayan panjang butuh belajar. Hanya dua kain itu yang melakat tanpa ada pakain
dalam. Beda dengan Jemaah wanita masih boleh memakai pakaian dalam dan tidak
ribet karena memakai gamis putih dan kerudung putih tanpa memakai kaus tangan.
Jadi telapak tangan tidak tertutup. Alhamdulillah Jemaah rombongan kami tak ada
masalah.
Makna
memakai pakaian ihram dengan dua helai kain ihram bagi laki-laki adalah
menggambarkan bahwa kita melepas pakaian sehari-hari, semua atribut yang
digunakan dan bersrah diri. Ihram menjunjukkan bahwa kita ada kesamaam dan
kesetaraan di hadapan Allah.
Tepat
pukul 14.00 jemaah menaiki bus yang telah disediakan biro. Jemaah pria dan
wanita tidak boleh berdekatan. Saya pun duduk dengan Jemaah wanita sedang suami
juga berada di kursi lain bersama Jemaah pria. Sesaat kemudian kami sampai Bir Ali (Dzul Zulhulaifah)
untuk mengambil miqat dengan salat sunnah
dua rakaat. Niatkan dalam hati untuk ber-ihram. Bir Ali menjadi tempat
miqat bagi penduduk Madinah dan yang melewatinya. Jemaah haji asal Indonesia
biasanya miqat di Masjid Zulhulaifah (Bir Ali) yang berlokasi 9 kilometer dari
Madinah.
Tempat
miqat ini jaraknya 450 kilometer dari Mekkah. Miqat secara harfiah adalah batas. Tempat
miqat umroh artinya titik awal atau garis batas untuk memulai ibadah umroh atau
haji dan kapan mulai melafadzkan niat juga melintasi batas antara Tanah Suci
dengan tempat lainnya. Miqat yang dimulai dengan memakai pakaian
ihram ini harus dilakukan sebelum melintasi batas yang dimaksud tersebut. Miqat merupakan tempat
atau waktu yang ditetapkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai pintu masuk untuk
memulai haji atau umrah. Setelah mengambil miqat, jemaah menuju Baitullah dan
mulai berlaku larangan saat berpakaian ihram.
Saat di Bir Ali tak lupa
kami sejenak berfoto bersama. Selanjutkan kami naik bus dengan semuanya sudah berniat
untuk umroh. Sejak saat itulah kami membaca talbiyah tiada henti dengan dipandu
oleh Ustad Anwar.
Labbaik Allahumma labaik
labbaika laa syariika laka
labaik
innal hamda wan ni’mata
laka wal mulk laa syariika laka labbaik
Labbaik Allahumma labaik
labbaika laa syariika laka
labaik
innal hamda wan ni’mata
laka wal mulk laa syariika laka labbaik
Aku penuhi panggilanMu ya Allah, aku penuhi panggilanMu
ya Allah dan tiada sekutu bagiMu. Seseungguhnya segala puji, nikmat, serta kekuasaan hanya bagi-Mu tanpa sekutu apa
pun bagi-Mu
Bibir terus melafalkan
talbiyah dengan hati bergetar. Rasanya hati benar-benr terharu. Kami semua
menirukan pembimbing dengan suara merdu. Suara bergema memenuhi rongga hati
kami sambil menikmati perjalanan menuju Mekkah.
“Mudahkanlah Ya
Allah,” gumamku sambil terus mengucap talbiyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar