Usai melaksanakan umrah kami diberi kebebasan untuk melaksanakan ibadah sendiri ke Ka'bah. Hal ini tak saya sia-siakan. Biasanya kami bertiga pagi-pagi sekali berusaha salat subuh berjamaah.
Kami berjalan kaki bertiga menuju Ka'bah. Suasana tak pernah sepi. Di jalan menuju Ka'bah banyak sekali penjual makanan, pakaian dan juga Alquran. Mereka menjajakan di jalan. Saya pun berhenti untuk melihat-lihat. Baju gamis hitam dijual dengan harga 25 riyal. Ada juga lho yang mau menerima uang rupiah.
Di sisi lain banyak juga toko-toko aneka baju atau oleh-oleh umroh.
Kurang lebih seperempat jam kami sampai di depan Masjidil haram'. Tak diduga penuh sesak. Padahal belum azan berkumandang. Halaman Masjidil haram' biasa untuk salat berjamaah. Pandai-pandailah memilih tempat. Kali ini ada tempat kosong. Segera saya gelar sajadah. Tak lama kemudian ada polisi yang tak memperbolehkan kami menempati tempat tersebut. Akhirnya kami ganti tempat. Alhamdulillah bisa salat subuh berjamaah di Masjidil haram'. Kadang di dalam kadang di luar.
Sesaat kemudian hari sudah agak siang karena kami melanjutkan salat berjamaah pada dhuhur. Mbak Endah ternyata ingin mengunjungi super market yang berada di depan masjid. Saya enggan mengikuti. Akhirnya saya putuskan pulang sendiri dengan berpedoman pada ciri pintu keluar.
Saya berjalan sendirian menyusuri jalan yang ramai. Sambil berjalan saya amati tempat yang ada. Jangan sampai kesasar.
Alhamdulillah saya sampai di hotel. Selanjutnya saya langsung naik lift dengan ada rasa deg-degan. Biasanya kan bersamaan dengan teman. Kali ini saya harus berani sendiri. Namun, saat saya di depan pintu lift ada seorang yang akan naik juga. Saya pencet nomor 7 sesuai lantai kamar.
Sesaat pintu terbuka. Saya keluar dengan sendirinya. Saya berjalan menuju kamar. Sampailah pada sebuah pintu. Segera saya masukkan kartu pada lubang agar pintu bisa dibuka.
"Kok gak bisa ya? "
Berulang kali saya mencoba tetap tidak bisa.
"Ada apa ini?" Ada rasa galau juga. Segera saya amati sekeliling. Benar kok letak kamar. Namun sesaat saya melihat nomor kamar dengan angka 5.
Ya Allah, salah kamar rupanya. Saya ingin tertawa sendiri. Ternyata letak kamar dan lainnya sama antara lantai satu dengan lainnya.
Wah saya harus naik lift lagi. Walaupun agak ragu dan sedikit takut naik lift sendiri, tetap harus saya lakukan untuk naik lift lagi.
Saya masuk lagi di lift untuk naik ke lantai 7. Benar juga sampai lantai tujuh pada kamar saya, akhirnya pintu bisa dibuka. Alhamdulillah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar