Tak terbayangkan di benak jika saya bisa naik pesawat terbang. Waktu kecil jika ada pesawat terbang lewat hanya bisa melambaikan tangan. Rasanya membayangkan bisa terbang, pasti sangat senang.
Saat sudah tua agak takut juga. Apalagi sering mendengar ada pesawat jatuh. Namun, kini harus ditepis semua gundah gulana karena tak lama lagi akan merasakan naik pesawat. Semua diniatkan dengan mengucap bismillah dan selalu berdoa agar keselamatan menyertai rombongan kami.
Kami bersama-sama dengan rombongan jemaah umrah keluar dari Masjid menuju tempat untuk boarding. Kami berkumpul di depan kantor bandara. Sejenak kemudian kami harus antre untuk menerima tiket dan kartu boarding pas dari petugas. Awal keberangkatan, kami sudah diuji dengan kesabaran karena harus menunggu giliran.
Sebelum menerima panggilan, kami diberi botol kecil yang bisa untuk semprot wajah saat nanti di Madinah dan Mekkah. Sesaat kemudian nama saya dan suami dipanggil kemudian kami dberi tiket dan
boarding pas yang menunjukkan nomor kursi pesawat. Di kertas tersebut saya dan suami mendapatkan nomor kursi bersebelahan. Alhamdulillah.
Selanjutnya kami beriringan memasuki tempat untuk pengecekan identitas. Seorang petugas berada di pintu masuk. Kartu identitas berupa KTP dan tiket yang disatukan dengan boarding pas kami perlihatkan.
"Silakan masuk Ibu, Bapak," ucap petugas dengan ramah. Saya pun tersenyum dan berjalan memasuki ruangan..
Selanjutnya adalah pemeriksaan barang. Kami disarankan tidak boleh bawa minuman. Sedangkan koper sudah dikumpulkan sebelumnya untuk dijadikan satu dengan kepunyaan jemaah lainnya. Kami hanya membawa tas cangklong dan sleyer, kalung kartu pengenal dan kartu boarding pas. Kami memasuki ruangan yang amat luas. Ada tempat duduk untuk antre. Ruangan sangat sejuk dengan kipas angin di sana sini. Setelah tahap ini kami naik lantai dua
Dengan pelan saya dan suami naik lantai dua. Tampak di atas amat luas. Selanjutnya ada pemeriksaan barang. Tas cangklong tidak ada barang tajam, gunting, pisau. Kami dipersilakan mengambil tempat seperti baskom kotak terbuat dari plastik untuk meletakkan tas, jam tangan, HP. Segera saya lepas jam tangan pemberian anak lanang lalu saya letakkan di wadah plastik berwarna abu-abu.
Beberapa saat saya merasa ragu karena saya membawa gunting. Benar juga tas saya ketahuan membawa gunting. Ternyata gunting harus disimpan di koper. Saya bingung saat menaruh gunting saat packing. Memang kami dianjurkan membawa gunting untuk acara umrah yaitu pengguntingan kuku.
"Mohon dikeluarkan ibuk guntingnya," ucap petugas ramah. Sesaat saya panik karena harus cepat mengeluarkan gunting. Sementara yang lainnya sudah jalan. Hanya suami masih menunggu di samping saya. Segera saya cari gunting di dalam tas. Alhamdulillah ketemu.
Saya berikan petugas gunting tersebut. Selanjutnya saya letakkan tas dan lainnya di wadah. Tas dalam wadah tersebut berjalan sendiri dengan alat seperti eskalator tetapi datar. Ada pendeteksi yang memeriksa barang. Sementara saya dan jemaah lainnya menuju jalan lain untuk pemeriksaan badan tanpa membawa apa pun. Pas keluar dari pemeriksaan badan, mengambil tas yang sudah saya beri tanda pita. Kalau tidak diberi tanda, jemaah akan kesulitan karena warna tas dari rombongan kami sama.
Tanpa kesulitan saya ambil tas. Suami sudah menunggu di depan. Kami pun berjalan menuju tempat untuk antre lagi sampai ada petugas yang menghimbau untuk memasuki pesawat.
Saya duduk bersama suami dan jemaah lainnya. Sejenak melepas lelah dan bersiap-siap memasuki pesawat. Tampak para pramugari berlalu lalang menuju arah berlawanan dengan kami. Mungkin baru saja turun dari pesawat.
Pramugari yang semuanya berwajah cantik itu berjalan sambil menarik kopernya. Seragam nan apik dengan sanggul rambut yang rapi makin memesona.
Tiba-tiba ada pengumuman agar penumpang Garuda bersiap-siap memasuki pesawat.
" Ayo Pak!" ajakku pada suami. Kami berdiri beringingan. Kami tak ingin berjauhan. Sebuah jalan tersendiri untuk bisa masuk pesawat. Berulang kali bibir ini melangitkan doa, agar perjalanan kami lancar. Inilah kali pertama naik pesawat. Jadi banyak hal yang dapat menambah ilmu.
Hanya satu pintu untuk memasuki pesawat. Seorang pramugari berbaju seragam menyambut kami dengan senyuman.
"Selamat datang di pesawat Garuda bapak ibu. " Dengan senyum menawan pramugari memeriksa boarding pas lalu menunjukkan arah sesuai dengan nomor kursi.
"Sebelah sana ya ibu bapak!" Ucapannya makin membuat hati bahagia. Sambutan hangat wanita-wanita cantik.
Sesaat saya bersyukur bisa berada di pesawat. Dengan pelan-pelan saya berjalan ke arah yang ditunjuk peragawati. Alhamdulillah tak lama kemudian saya temukan tempat duduk kami. Dua kursi apik siap saya duduki.
"Alhamdulillah ya Allah," gumamku sambil duduk.
(Bersambung)
#gbmkabupatensemarang
#tantangan30hari menulisdesemberceriagbm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar