Salah
satu hal yang diagendakan saat ke Madinah adalah berziarah ke makam Rasulullah.
Konon bukan bukan hal yang mudah untuk bisa sampai di sana. Butuh perjuangan
sungguh-sungguh untuk sampai ke sana karena saking banyaknya Jemaah. Oleh
karena itu untuk Jemaah umroh dari rombongan wanita difasilitasi oleh biro
dengan mendatangkan pemandu.
Grup
WA mengabarkan jika ingin ikut ke raudah, kami diminta untuk berkumpul di labi
hotel pukul 21.00 waktu Arab. Segera kami bertiga menuju lobi hotel.
“Ayoo
Mbak, cepetan agar bisa bersama-sama ke raudah,” ajak saya
“Ya,
Bu,” jawab Mbak Endah.
Kami
keluar kamar dengan sudah memakai gamis putih, pakai kaos kaki, sleyer dan tak
lupa membawa kartu pengenal yang dicangkolongkan di leher. Tak berapa lama kami
sampai di lobi bawah. Sesaat saya mengitari ruangan. Saya mencari para ibu yang
akan ikutan ke raudah. Tampaknya ruangan sepi. Hanya beberapa yang di lobi.
Kemudian seorang ibu cantik berbahasa Indonesia mengabarkan jika akan ikut ke
raudah berkumpul di kursi sudut ruangan. Ternyata tidak semua Jemaah berkumpul.
Usut punya usut Jemaah sudah mendatangi makam rasulullah secara sendir-sendiri.
Entah waktu itu saya belum berani ke tempat makam pada malam hari sendiri.
Banyak cerita kalau wanita sebaiknya bersama beberapa rombongan. Jadilah saya
ikut rombongan.
Kurang
lebih sepuluh Jemaah wanita yang akan mengikuti guide yang disediakan biro.
Diawali dengan ceramah singkat tentang apa saja yang harus dilakukan saat
mengunjungi makam Rasulullah. Dengan logat bahasa Indonesia ibu berwajah cantik
ini memberi petunjuk. Ternyata Ibu tadi asal Indonesia yang sudah lama menjadi
guide di Madinah.
“Ibu-ibu
nanti jangan memencar dengan rombongan ya, ikuti petunjuk dari saya. Kita harus
selalu bergandengan dengan teman lain,” ucap Ibu cantik bergamis putih.
“Ya,
Bu, “ serampak kami menjawab.
Segera
kami keluar hotel. Kira-kira pukul 22.00 waktu Arab. Beriringan kami berjalan
menuju Masjid Nabawi. Hanya beberapa menit kami sampai di jalan raya menuju
masjid. Dingin sekali waktu itu. Namun, niat kami bulat agar bisa mengunjungi
makam Rasulullah. Walaupun malam suasana jalan menuju Madinah tetap ramai. Lalu
lalang keluar masuk Masjid Nabawi makin terasa. Tampaknya tak mengenal sepi.
Saya berjalan terus mengikuti guide. Seperti biasa kami lewat pintu 25. Dengan
mengucap bismillah kaki kananku melangkah memasuki Masjid. Kami langsung
berjalan untuk menuju tempat raudah. Kami terus berjalan lalu sampailah pada
tempat yang agak dekat dengan makam Rasulullah.
Kami
yang berjumlah sepuluhan disuruh duduk di karpet yang saat itu kosong karena
tengah malam. Kami harus menunggu giliran agar bisa masuk. Selanjutnya kami
diminta mengikuti doa-doa yang dipimpin oleh beliau. Saya ikuti arahan beliau.
Kami pun diminta berdoa di tempat tersebut karena nanti saat di raudah tidak
lama. Jadi berdoanya sebelum sampai di makam.
Saya
keluarkan buku catatan yang telah saya bawa. Buku yang tertulis permintaan
doa-doa para kerabat. Alhamdulillah sudah terbaca berulang kali. Kami masih
menunggu. dari kejauhan masih banyak rombongan yang antre. Kami memutuskan
untuk duduk sambil berdoa dan bersholawat terus. Kami terus dingatkan untuk
selalu bersama.
Ibu
Pemandu selalu memantau kala kami harus bersiap-siap karena memang antrean banyak
sekali. Akhirnya kami disarankan mulai berdiri dan berkelompok menuju jalur
khusus untuk menuju Raudah. Ada jalan sebelah kanan yang lebarnya kurang lebih
dua meter. Kami harus antre karena menunggu bergiliran. Setahap demi setahap
maju untuk menuju makam Rasulullah. Benar-benar harus sabar. Dengan niat kuat harus kuat berdiri sambil
menunggu sampai giliran tiba.
Menurut
cerita yang sudah ke sana. Jemaah harus antre di luar sampai ada orang yang
keluar dari Raudah, yaitu tempat taman surge dengan karpet hijau. Di sana juga
tidak boleh berlama-lama. Suami bercerita mendapatkan keajaabian. Saat lama
berdiri di luar, ada sesorang memanggil untuk menempati tempat miliknya.
Sedangkan orang tersebut mau keluar. Sesaat saya bayangkan tempat tersebut. Akhirmya kami sudah mendekati tempat yang
kami tuju. Makam Rasulullah sudah tampak. Suasana amat ramai saat itu. Banyak
sekali yang ingin cepat-cepat menuju raudah. Ibu pemandu sudah berada di
tengah. Berjaga-jaga jika ada yang keluar maka tempat tersebut akan diberikan
pada kami.
“Sini
Bu,” ucap Ibu Pemandu memanggila kami.
Satu
per satu kami bisa masuk hanya dengan tempat yang sempit kami menyampaikan salam,
salat khajat dan berdoa. Itu saja tak boleh berlama-lama. Bisa berada di Raudah
adalah kesempatan berharga atas izin Allah. Akhirnya kami keluar. Momen istimewa
yang tak terlupakan karena bisa berziarah ke Raudah.
#gbmkabupatensemarang
#tantangan30hari
menulisdesemberceriagbm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar