Selasa, 21 Desember 2021

Berziarah ke Makam Rasulullah (22)


Salah satu hal yang diagendakan saat ke Madinah adalah berziarah ke makam Rasulullah. Konon bukan bukan hal yang mudah untuk bisa sampai di sana. Butuh perjuangan sungguh-sungguh untuk sampai ke sana karena saking banyaknya Jemaah. Oleh karena itu untuk Jemaah umroh dari rombongan wanita difasilitasi oleh biro dengan mendatangkan pemandu.

Grup WA mengabarkan jika ingin ikut ke raudah, kami diminta untuk berkumpul di labi hotel pukul 21.00 waktu Arab. Segera kami bertiga menuju lobi hotel.

“Ayoo Mbak, cepetan agar bisa bersama-sama ke raudah,” ajak saya

“Ya, Bu,” jawab Mbak Endah.

Kami keluar kamar dengan sudah memakai gamis putih, pakai kaos kaki, sleyer dan tak lupa membawa kartu pengenal yang dicangkolongkan di leher. Tak berapa lama kami sampai di lobi bawah. Sesaat saya mengitari ruangan. Saya mencari para ibu yang akan ikutan ke raudah. Tampaknya ruangan sepi. Hanya beberapa yang di lobi. Kemudian seorang ibu cantik berbahasa Indonesia mengabarkan jika akan ikut ke raudah berkumpul di kursi sudut ruangan. Ternyata tidak semua Jemaah berkumpul. Usut punya usut Jemaah sudah mendatangi makam rasulullah secara sendir-sendiri. Entah waktu itu saya belum berani ke tempat makam pada malam hari sendiri. Banyak cerita kalau wanita sebaiknya bersama beberapa rombongan. Jadilah saya ikut rombongan.

Kurang lebih sepuluh Jemaah wanita yang akan mengikuti guide yang disediakan biro. Diawali dengan ceramah singkat tentang apa saja yang harus dilakukan saat mengunjungi makam Rasulullah. Dengan logat bahasa Indonesia ibu berwajah cantik ini memberi petunjuk. Ternyata Ibu tadi asal Indonesia yang sudah lama menjadi guide di Madinah.

“Ibu-ibu nanti jangan memencar dengan rombongan ya, ikuti petunjuk dari saya. Kita harus selalu bergandengan dengan teman lain,” ucap Ibu cantik bergamis putih.

“Ya, Bu, “ serampak kami menjawab.

 

Segera kami keluar hotel. Kira-kira pukul 22.00 waktu Arab. Beriringan kami berjalan menuju Masjid Nabawi. Hanya beberapa menit kami sampai di jalan raya menuju masjid. Dingin sekali waktu itu. Namun, niat kami bulat agar bisa mengunjungi makam Rasulullah. Walaupun malam suasana jalan menuju Madinah tetap ramai. Lalu lalang keluar masuk Masjid Nabawi makin terasa. Tampaknya tak mengenal sepi. Saya berjalan terus mengikuti guide. Seperti biasa kami lewat pintu 25. Dengan mengucap bismillah kaki kananku melangkah memasuki Masjid. Kami langsung berjalan untuk menuju tempat raudah. Kami terus berjalan lalu sampailah pada tempat yang agak dekat dengan makam Rasulullah.

Kami yang berjumlah sepuluhan disuruh duduk di karpet yang saat itu kosong karena tengah malam. Kami harus menunggu giliran agar bisa masuk. Selanjutnya kami diminta mengikuti doa-doa yang dipimpin oleh beliau. Saya ikuti arahan beliau. Kami pun diminta berdoa di tempat tersebut karena nanti saat di raudah tidak lama. Jadi berdoanya sebelum sampai di makam.

Saya keluarkan buku catatan yang telah saya bawa. Buku yang tertulis permintaan doa-doa para kerabat. Alhamdulillah sudah terbaca berulang kali. Kami masih menunggu. dari kejauhan masih banyak rombongan yang antre. Kami memutuskan untuk duduk sambil berdoa dan bersholawat terus. Kami terus dingatkan untuk selalu bersama.

Ibu Pemandu selalu memantau kala kami harus bersiap-siap karena memang antrean banyak sekali. Akhirnya kami disarankan mulai berdiri dan berkelompok menuju jalur khusus untuk menuju Raudah. Ada jalan sebelah kanan yang lebarnya kurang lebih dua meter. Kami harus antre karena menunggu bergiliran. Setahap demi setahap maju untuk menuju makam Rasulullah. Benar-benar harus sabar.  Dengan niat kuat harus kuat berdiri sambil menunggu sampai giliran tiba.

Menurut cerita yang sudah ke sana. Jemaah harus antre di luar sampai ada orang yang keluar dari Raudah, yaitu tempat taman surge dengan karpet hijau. Di sana juga tidak boleh berlama-lama. Suami bercerita mendapatkan keajaabian. Saat lama berdiri di luar, ada sesorang memanggil untuk menempati tempat miliknya. Sedangkan orang tersebut mau keluar. Sesaat saya bayangkan tempat tersebut.  Akhirmya kami sudah mendekati tempat yang kami tuju. Makam Rasulullah sudah tampak. Suasana amat ramai saat itu. Banyak sekali yang ingin cepat-cepat menuju raudah. Ibu pemandu sudah berada di tengah. Berjaga-jaga jika ada yang keluar maka tempat tersebut akan diberikan pada kami.

“Sini Bu,” ucap Ibu Pemandu memanggila kami.

Satu per satu kami bisa masuk hanya dengan tempat yang sempit kami menyampaikan salam, salat khajat dan berdoa. Itu saja tak boleh berlama-lama. Bisa berada di Raudah adalah kesempatan berharga atas izin Allah. Akhirnya kami keluar. Momen istimewa yang tak terlupakan karena bisa berziarah ke Raudah.

 

#gbmkabupatensemarang

#tantangan30hari menulisdesemberceriagbm

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar