Setelah
beristirahat sejenak di kamar, saya mandi dan bersiap-siap menuju masjid untuk
salat berjamaah azar. Kali ini saya sudah berencana untuk lama berdiam di
Masjid Nabawi. Setelah salat azar kami akan langsung salat magrib. Ini semua
untuk menyingkat waktu. Selain itu ada rencara malamnya untuk berziarah ke
Makam Rasulullah yang akan dipandu oleh seorang ustazah yang sudah disediakan
oleh biro.
Tas
sudah saya isi dengan beberapa makanan ringan yang kebetulan waktu berangkat
ada teman yang membawakan. Katanya saat di Masjid bisa dimakan agar tak lapar. Selain
itu ada buku catatan doa serta buku-buku lain saya bawa.
Saya
bertiga berjalan menuju Masjid. Suasana di Madinah tak pernah sepi. Selalu
ramai dengan jemaah yang akan beribadah di Masjid Nabawi. Tampak Jemaah dari
berbagai negara datang ke Masjid untuk umroh. Ada yang satu keluarga karena ada
anak kecil yang bersama-sama. Jemaah ada yang berada di halaman sedang
istirahat dengan duduk-duduk di serambi masjid. Sebelum masuk masjid saya
kadang duduk –duduk di halaman sambil menikmati suasana serambi sambil
memperhatikan indahnya payung raksasa.
Dengan
bahasa sebisanya kadang saya dan Bu Endah menyapa seseorang dengan salam. Lalu
menyapa anak kecil yang imut dengan baju panjang dan hijab yang cantik. Sang
Ibu lalu menyebutkan asala negara. saya pun menyebut negara Indonesia. Walaupun
tak berkomunikasi kami bisa saling menyapa itu rasanya senang.
Tak
berapa lama saya masuk masjid. Seperti biasa kami diperiksa tas yang kami bawa.
Karena memang saya tak membawa berbagai macam, kami bertiga lolos sensor. Kami
pun menuju tempat yang kosong. Suasana masjid tetap ramai. Masih banyak juga
Jemaah yang sedang mengikuti kajian. Tampaknya ada secara rutin. Saya berusaha
menyimak walaupun tak mengerti bahasanya. Seorang wanita setengah baya sedang
ceramah, kemudian secara bergiliran wanita-wanita yang masih remaja membaca
alquran.
Detik-detik jelang azan asar, masjid makin
banyak yang datang. Sesaat saya lihat suara wanita bergamis hitam yang
merupakan petugas berucapa agak keras dan mengusir Jemaah.
“Hajjah,
hajjah,”
Intinya
Jemaah tidak boleh menempati tempat yang sudah diberi garis. Namun, masih
banyak juga Jemaah menempati tempat tersebut. Berdirilah Jemaah tersebut untuk
mencari tempat baru yang ada di belakang. Menempati shaf di depan itu ada
kebahagiaan tersendiri. Tentu saja Jemaah harus datang lebih awal.
Saya
pun menyadari dan ikhlas karena tak mendapatkan tempat di depan. Walaupun
begitu kami tetap bersyukur.
Segera
saya salat sunah lalu berzikir tiada henti. Membaca doa-doa yang tertulis di
buku kecil. Azan azar pun berkumandang. Itu bukan berarti salat segera dimulai.
Ada jeda satu jam untuk sampai pada salat berjamaah. Jeda waktu bisa digunakan
membaca alquran, berdzikir atau salat sunnah. Tibalah salat berjamaah di masjid
Nabawi. Suara merdu benar-benar menyentuh kalbu. Rasanya ingin menangis karena
terharu. Alhamdulilah bisa salat berjamaah dengan lancar.
Hari
itu kami tidak pulang ke hotel. Kami masih berdiam diri di masjid sampai magrib
dan isya. Selama menunggu waktu salat berikutnya bisa digunakan untuk salat
sunnah, membaca alqurnan, berdoa. Jika lelah dan haus ada juga seorang yang
membagikan minuman air zam-zam. Namun, lebih banyak saya mengambil sendiri di
tempat-tempat tertentu. Banyak tempat disediakan air zam –zam. Tangki kecil
-kecil berjajar dengan jumlah yang amat banyak. Disediakan pula gelas-gelas
plastik sekali pakai.
Alhamdulillah
usai salat Isya, kami pulang ke hotel kemudian bersiap-siap berziarah ke makam
Rasulullah yaitu ke Raudah. Konon ini yang dinanti-nantikan Jemaah umroh.
Semoga acara malam nanti berjalan lancar.
#gbmkabupatensemarang
#tantangan30hari
menulisdesemberceriagbm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar