Rabu, 29 Desember 2021

Sai dan Tahalul (28)

Usai melaksanakan tawaf, kami diajak pembimbing menuju bukit shafa dan Marwah. Kami berjalan beriringan. Saya ngikut saja. Bayangan saya, kami akan diajak ke sebuah bukit yang berada di dekat Ka'bah.

Saya pun mulai bertanya-tanya dalam hati. Mana bukitnya. Hanya beberapa menit pembimbing menyampaikan bahwa kita sudah sampai pada bukit Shafa.  Saya tengok kanan kiri tapi tak ada bukit pada umumnya. Adanya bangunan dengan ada dua jalan dan gundukan semen. 

Tak diduga bahwa kami sudah berada di bukit Shafa yang sudah direnovasi sedemikian rupa sehingga menjadi berbeda. Kami lalu berkumpul di samping bukit Shafa yang sudah bersemen. Selanjutnya kami berdoa bersama dipimpin oleh ustadz Jupri. Kami pun menyimak dengan mengikuti bacaan yang ada dalam panduan yang dibawa sendiri jemaah. 

Di tempat ini kami akan mengikuti ritual wajib  yang harus dilaksanakan setiap jemaah haji, yaitu sai dan tahalul. 

Sai merupakan salah satu rukun haji dan umrah yang dilaksanakan setelah tawaf atau tujuh putaran mengelilingi Kakbah. Dalam bahasa Indonesia, sai berarti berupaya keras.

Sai melambangkan usaha keras dan ketabahan Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim, dalam mencari air minum untuk bayinya, Ismail, yang kehausan. Siti Hajar berlari antara Bukit Safa dan Marwa di tengah terik matahari wilayah Mekkah yang berbatu.

Untuk mengenang usaha keras dan ketabahan Siti Hajar, kami  melaksanakan sai. Berlari kecil antara Bukit Safa dan Marwa yang kini sudah menjadi bagian dari bangunan Masjidil Haram.

Mulailah kami berjalan agak menurun. Seperti dua lorong panjang dengan dua sisi. Kami harus berputar tujuh kali. Jalannya agak licin. Jadi kita bisa pakai kaos kaki yang agak kasar atau yang ada benjolan agar tidak terpeleset. 

Kami berjalan beriringan dengan mengikuti ucapan pembimbing. Bangunan ini panjang dengan atap yang tinggi. Bangunan ini menghubungkan antara Bukit Shafa dan Marwah. Sesaat kemudian kami sampai pada lampu yang berwarna hijau. Saat itulah kami berlari kecil.  Setelah melewati lampu hijau kami berjalan seperti biasa. Walaupun biasa kami tak berjalan santai. Tetap jalan karena harus menyelesaikan tujuh putaran. 

"Saya harus kuat," ucap saya dalam hati. 

Keringat bercucuran, Alhamdulillah ada air zam-zam yang bisa diminum. Tampak jemaah saat itu banyak sekali. Ada yang berbarengan berjalan dengan bersuara keras dengan doa-doanya. 

Banyak juga orang tua dengan semangat luar biasa. Saat sampai ujung, ada bukit Marwah yang telah direnovasi menjadi bersemen coklat. Ada air sedikit di sebelahnya. Tak sedikit yang berdoa di situ. Benar-benar penuh saat itu.

Selanjutnya kami berjalan kembali agar tujuh putaran bisa cepat terselesaikan. 

"Ayo Bu, ayo Bu," ucap teman

Saya pun berusaha keras agar bisa menjalankan sai dengan lancar. Penting berjalan begitu saja dengan berdoa agar sehat dan bisa segera rampung sai. 

Tempat sai sebenarnya amat  nyaman dengan udara berpendingin dan menyejukkan kami jemaah umrah. Jemaah yang tidak kuat berlari kecil diperbolehkan untuk berjalan pelan. Namun saya tetap biasa. 

Tampak pula beberapa orang mengikuti sai dengan kursi roda. 

Kami melakukan tujuh putaran sai  sekaligus tanpa jeda atau istirahat kecuali saat berdoa di Bukit Safa dan Marwa. Kami berusaha Sai tujuh kali. Jika kurang satu putaran saja maka sai menjadi tidak sah. 

Alhamdulillah kami bisa menyelesaikan  melakukan ritual sai. Selanjutnya ada tahalul. Artinya dihalalkannya kembali perbuatan yang sebelumnya dilarang selama jemaah berpakaian ihram. Tahalul ditandai dengan memotong rambut, minimal tiga helai.

Saya pun mencari tempat yang berada di belakang pelaksanaan sai. Ada beberapa ruang untuk tahalul. Kami para ibu saling memotong rambut. Alhamdulillah beberapa ibu membawa gunting. Saya jadi ingat kalau gunting saya disita. Heee

Sedangkan bapak-bapak ada yang di dekat pelaksanaan sai ada pula di hotel dengan menyewa tukang cukur. 

Setelah tahalul awal, jemaah boleh melepas pakaian ihram dan terbebas dari larangan saat berpakaian ihram--kecuali hubungan antara Bagi jemaah yang sakit ada layanan kursi roda dengan memberikan sejumlah tip kepada para pendorongnya.

Tampak beberapa bapak dipotong habis alias gundul. 

Cara itu menurut sejumlah riwayat sebagai simbol pembersihan diri dari segala dosa.

Tak menunggu lama suami kirim foto dalam keadaan gundul. Hee lucu juga.

Alhamdulillah acara sai dan Tahalul berjalan lancar. Kami pun pulang menuju hotel. Rasa lelah telah terobati dengan rasa bahagia telah melaksanakan umrah dengan lancar. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar