Sehari
sebelum berangkat rasanya hati bahagia dan deg-degan. Bismillah semoga perjalanan
nantinya lancar-lancar saja. Koper dan tas kecil berbentuk kotak hitam atau
tas cangklong saya cek lagi isinya. Jangan
sampai ada yang tertinggal. Koper saya
beri tanda pita agar bisa dibedakan dengan koper kepunyaan orang lain karena
semua jemaah umrah dari SHU tentu saja
kopernya sama.
Selain
itu juga ada nama dengan spidol pada koper bagian atas. Nama dengan nama orang
tua. Jadi koper suami bernama Kuncahyo bin Sukiman Kartowiyoso, GA, SHU
Sedangkan punya saya, Budiyanti bin Sastro Diharjo GA. SHU. GA artinya Garuda
dan SHU adalah nama biro yaitu Sekolah Haji Umroh. Begitu pula yang tas
cangklong. Pada cangklong tas yang nanti selalu dibawa juga ditulisi suami
dengan nama dan GA menggunakan spidol permanen.
Tak
lupa saya cek kartu nama yang siap dicangklong di leher . Alat-alat kecil
berupa buku catatan beserta satu bolpoin, buku doa, permen dan dompet. Baju yang siap dipakai pagi hari juga sudah
saya tata. Baju gamis seragam batik berwarna kuning, kerudung kuning, sleyer biru dari biro. Ini sebagai tanda dari biro
SHU. Tujuannya agar mudah dikenali saat bersama jemaah lain yang jumlahnya
banyak. Tak lupa ada kaca mata hitam. Rasanya tenang segala persiapan sudah
siap.
Mobil
pun sudah siap. Tak ada mobil lain selain mobil pribadi karena kami tak ingin
merepotkan tetangga jika ada yang mengantar sampai bandara. Rencananya mobil distir
suami kemudian pulangnya akan dibawa anak ragil. Ia akan mengajak temannya.
Malam
hari setelah salat isya beberapa tetangga dan jemaah takmir masjid datang ke
rumah lagi.
“Monggo
Bapak Ibu pinarak!” ucap suami menyambut tamu dengan ramah. Tak kami duga Bapak
Ibu yang sebagian besar jemaah Masjid At-Taqwa menyempatkan khusus ke rumah. Mereka
bersama-sama mendoakan kami. Pak Abu pun memimpin doa.
“Semoga
perjalanan Bu Yanti dan Pak Kun lancar dan sampai rumah dengan selamat. Semoga
bapak Ibu bisa melaksanakan rukun wajib dan sunnah,” ucap beliau Bapak Abu.
“Aamiin,”
serempak Jemaah yang hadir mengamini.
Sesaat
mata saya basah. Sangat terharu dengan perhatian Jemaah Masjid At-Taqwa. Suami
pun mengucapkan beribu terima kasih atas doa dan kehadirannya. Itulah kerukunan
antarumat. Baru merasakan bahwa tetangga dan teman-teman sesama muslim begitu
amat perhatian sekali.
“Pak
Kun dan Bu Yanti, mohon maaf kami tak bisa mengantarkan sampai bandara,” ucap
seorang Bapak.
“Pak
Kun jika membutuhkan armada kami siap,” ucap Bapak lain.
Tawaran
yang membuat kami trenyuh dan haru. Begitu perhatiannnya Bapak Ibu yang hadir
saat itu. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih karena kami merasa tak perlu
diantar karena pagi sekali kami harus sudah berangkat.
Suguhan
seadanya kami tawarkan. Bapak Ibu yang hadir seolah keluarga sendiri. Berbagai
pesan disampaikan oleh bapak ibu yang sudah pergi ke sana. Salah satunya kami
harus menyiapkan uang satu dolar untuk para peminta. Kami juga disarankan untuk
menerima apa adanya makanan yang kami terima. Andai kita bicara tidak enak ya,
makanan yang kita makan juga tidak enak. Selain itu kami juga tidak boleh
berkata kotor, tidak boleh mengeluh. Alhamdulilah banyak yang harus kami
perhatian secara batin. Semoga perjalanan kami lancar tanpa ada rintangan.
Walaupun ada sedit rasa was-was tetapi kami yakin bahwa kami akan dilindungi pada
Allah. Kami pasrahkan pada-Nya.
Ambarawa,
7 Desember 2021
#gbmkabsemarang
#tantangan30harimenulisdesemberceriagbm
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar