Senin, 06 Desember 2021

H-1 Menuju Baiitullah (7)


Sehari sebelum berangkat rasanya hati bahagia dan deg-degan. Bismillah semoga perjalanan nantinya lancar-lancar saja. Koper dan tas kecil berbentuk kotak hitam atau tas  cangklong saya cek lagi isinya. Jangan sampai ada yang tertinggal.  Koper saya beri tanda pita agar bisa dibedakan dengan koper kepunyaan orang lain karena semua jemaah umrah dari SHU  tentu saja kopernya sama.

Selain itu juga ada nama dengan spidol pada koper bagian atas. Nama dengan nama orang tua. Jadi koper suami bernama Kuncahyo bin Sukiman Kartowiyoso, GA, SHU Sedangkan punya saya, Budiyanti bin Sastro Diharjo GA. SHU. GA artinya Garuda dan SHU adalah nama biro yaitu Sekolah Haji Umroh. Begitu pula yang tas cangklong. Pada cangklong tas yang nanti selalu dibawa juga ditulisi suami dengan nama dan GA menggunakan spidol permanen.

Tak lupa saya cek kartu nama yang siap dicangklong di leher . Alat-alat kecil berupa buku catatan beserta satu bolpoin, buku doa, permen dan dompet.  Baju yang siap dipakai pagi hari juga sudah saya tata. Baju gamis seragam batik berwarna kuning, kerudung kuning, sleyer  biru dari biro. Ini sebagai tanda dari biro SHU. Tujuannya agar mudah dikenali saat bersama jemaah lain yang jumlahnya banyak. Tak lupa ada kaca mata hitam. Rasanya tenang segala persiapan sudah siap.

Mobil pun sudah siap. Tak ada mobil lain selain mobil pribadi karena kami tak ingin merepotkan tetangga jika ada yang mengantar sampai bandara. Rencananya mobil distir suami kemudian pulangnya akan dibawa anak ragil. Ia akan mengajak temannya.

Malam hari setelah salat isya beberapa tetangga dan jemaah takmir masjid datang ke rumah lagi.

“Monggo Bapak Ibu pinarak!” ucap suami menyambut tamu dengan ramah. Tak kami duga Bapak Ibu yang sebagian besar jemaah Masjid At-Taqwa menyempatkan khusus ke rumah. Mereka bersama-sama mendoakan kami. Pak Abu pun memimpin doa.

“Semoga perjalanan Bu Yanti dan Pak Kun lancar dan sampai rumah dengan selamat. Semoga bapak Ibu bisa melaksanakan rukun wajib dan sunnah,” ucap beliau Bapak Abu.

“Aamiin,” serempak Jemaah yang hadir mengamini.

Sesaat mata saya basah. Sangat terharu dengan perhatian Jemaah Masjid At-Taqwa. Suami pun mengucapkan beribu terima kasih atas doa dan kehadirannya. Itulah kerukunan antarumat. Baru merasakan bahwa tetangga dan teman-teman sesama muslim begitu amat perhatian sekali.

“Pak Kun dan Bu Yanti, mohon maaf kami tak bisa mengantarkan sampai bandara,” ucap seorang Bapak.

“Pak Kun jika membutuhkan armada kami siap,” ucap Bapak lain.

Tawaran yang membuat kami trenyuh dan haru. Begitu perhatiannnya Bapak Ibu yang hadir saat itu. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih karena kami merasa tak perlu diantar karena pagi sekali kami harus sudah berangkat.

Suguhan seadanya kami tawarkan. Bapak Ibu yang hadir seolah keluarga sendiri. Berbagai pesan disampaikan oleh bapak ibu yang sudah pergi ke sana. Salah satunya kami harus menyiapkan uang satu dolar untuk para peminta. Kami juga disarankan untuk menerima apa adanya makanan yang kami terima. Andai kita bicara tidak enak ya, makanan yang kita makan juga tidak enak. Selain itu kami juga tidak boleh berkata kotor, tidak boleh mengeluh. Alhamdulilah banyak yang harus kami perhatian secara batin. Semoga perjalanan kami lancar tanpa ada rintangan. Walaupun ada sedit rasa was-was tetapi kami yakin bahwa kami akan dilindungi pada Allah. Kami pasrahkan pada-Nya.

Ambarawa, 7 Desember 2021

 

 

#gbmkabsemarang

#tantangan30harimenulisdesemberceriagbm

 

 

.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar