Rasa
bahagia terukir indah kala bulan Desember 2021 ini usia pernikahan kami genap
34 tahun. Usia pernikahan yang bukan muda lagi, tepatnya 20 Desember 1987
sampai dengan 20 Desember 2021. Kado terindah bagi kami bukan berlian permata
dari anak serta suami. Bahkan perayaan pun tak ada. Namun, ada hadiah terindah
yang saya rasakan saat usia jelang senja.
Kado tersebut berupa kesehatan
hingga kini. Hal ini merupakan hadiah dari Allah yang tak tertandingi. Kado
berikutnya adalah bisa mengarungi bahtera rumah tangga dengan penuh
kebahagiaan. Hal ini terbukti bahwa kami menjalani mahligai rumah tangga penuh
bahagia bersama anak cucu. Allah SWT memberi amanah tiga anak yang semuanya
lelaki. Kami asuh dengan penuh perjuangan agar mereka menjadi anak soleh.
Perjalanan membesarkan dan mendidik
anak ini telah mampu melampaui riak-riak yang kadang menyertai kami. Mulai
mendidik dengan mengedepankan keimanan agar menjadi anak baik. Membimbing mereka
agar bisa bersekolah dengan baik. Doa yang tak berhenti kami lakukan. Berbagai
usaha kami lakukan. Perjuangan pun membuahkan hasil. Anak pertama dan kedua berhasil lolos di UNS dan kedua di
UGM. Walaupun sudah diterima, kami sebagai orang tua masih terus berdoa agar
lolos di perguruan tinggi yang ada ikatan dinas. Artinya sekolah bebas biaya
kuliah. Doa dikabulkan Allah. Kedua anak kami diterima di STAN. Sebuah anugrah
terindah bagi kami. Rasa syukur tak terhingga karena kedua anak telah membantu
orang tua dengan bebas biaya kuliah.
Kini mereka telah bekerja di
departemen keuangan. Yang lebih membahagiakan selain itu adalah sikap tawadhu,
bakti pada orang tua serta bisa membawa amanah walaupun banyak pandangan kurang
baik kalau bekerja di tempat tersebut.
Amanat yang kami berikan berupa kerja
keras, kejujuran dan tanggung jawab kini melekat di hati mereka. Tak lupa iman
dan taqwa telah mereka jalankan. Tak terkecuali anak ketiga telah menyelesaikan
kuliah S1 dan kini sedang merampungkan kuliah S2 masih berdagang dengan biaya
sendiri.
Jelang pensiun, ketiga anak telah
menemukan tambatan hati semuanya. Mereka telah berdampingan dengan istri-istri
yang sholehah. Sudah mandiri semuanya. Inilah kado terindah pada ulang tahun
pernikahan kami yang ketiga puluh empat. Allah memberikan kebahagiaan lewat
anak-anak kami yang semuanya menyayangi.
Membangun rumah tangga tak semudah
membalik tangan. Banyak hal yang harus kita sadari bersama bahwa kami bukan
lagi satu tapi sudah bersama. Oleh karena itu, kebersamaan dalam keluarga
adalah hal penting. Kita tak boleh mengedepankan ego saja. Segala sesuatunya
dirembug bersama dalam suka dan duka.
“Dan
di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kamu yang berfikir,” (QS Ar-Rum:
Rum: 21).
Dengan
pernikahanlah kita harus saling sayang menyayang agar rasa bahagai, tentram.
Semua itu harus disadari masing-masing pasangan. Selain itu yang sebenarnya
perlu dijaga agar menggapai bahagia dunia akhirat dalam membawa biduk rumah
tangga adalah,
Pertama,
keterbukaan. Sebagai suami –istri harus ada keterbukan dalam segala hal. Tak
ada yang ditutupi sedikitpun. diperumpamakan kita bertemu dengan semut pun
diceritakan. Jangan sampai ada rahasia di antara kita. Mulai pekerjaan, gaji, utang, teman, rejeki
dan apa pun sebaiknya diketahui bersama.
Kedua,
saling percaya. Saling percaya adalah modal utama dalam rumah tangga. Kalau
kepercayaan sudah tidak terjaga, akan muncul percik-percik rumah tangga. Kita
pun harus memegang teguh kepercayaan yang diberikan pasangan. Jangan suka salah
sangka, tidak percaya di antara pasangan. Hal ini bisa selalu jujur dengan
pasangan. Katakan apa adanya baik jelek atau buruk.
Ketiga,
rejeki berkah. Dalam menggapai bahagia dalam rumah tangga salah satunya selalu
menghiasai rumah tangganya dengan makan rejeki dengan berkah. Rejeki yang
diridhoi Allah yang sebaiknya kita makan. Jangan sekali-kali kita memberi makan
anak dengan rejeki yang tidak halal. Rejeki halal tentu saja kita dapatkan
dengan tetes keringat diri sendiri. Biasakan bekerja dengan sepenuh hati agar
rejeki berkah. Jangan korupsi uang atau pun waktu dalam setiap kesempatan.
Hanya gara-gara ‘Asal bapak senang’ kadang menjadikan rejeki tidak halal.
Bekerja baik jika ada Pak Bos, jika tidak ada Pak Bos bekerja seenaknya. Secara
tidak langsung gaji kita makan dari bekerja tidak sungguh-sungguh. Tentu saja
hal tersebut tidak berkah.
Jika
rejeki berkah akan berimbas pada anak-anak kita. Anak-anak kita akan menjadi
anak patuh pada orang tua sehingga pendidikan mereka akan lancar. Selanjutnya
mendidik dengan mengedepankan iman dan taqwa pun mudah diterapkan. Apalagi
zaman sekarang. Mendidik dimulai dengan mencari rejeki berkah akan membuka
anak-anak mudah diberi pengertian. tak membantah, tak akan berontak. Insya
Allah anak-anak akan menjadi insan yang berbakti dan taat ibadah. Hidup zaman
now yang cenderung brutal, susah diatur akan sirna.
Keempat,
bersedekah. Bersedekah akan menjadikan hati bahagia. Bersama-sama bersedekah
akan menjadikan rejeki kita akan bertambah. Rejeki tidak melulu uang saja,
rejeki sehat, rejeki anak-anak yang soleh akan menjaga keharmonisan keluarga.
Oleh karena itu, jangan pelit dengan pasangan agar bisa berbagi.Terlebih untuk
sedekah kepada tetangga, sanak saudara maupun kamu duafa.
Selain
hal tersebut di atas, pernikahan harus terus dijaga dengan terus bersama-sama
meningkatkan iman dan taqwa. Hal ini akan menjadi teladan dan bekal pada
anak-anak agar mereka bisa menjadi insan berbudi luhur. Segala persoalan
dipecahkan bersama. Usahkan jangan ada kata ‘marah’ dalam keluarga. Umpama ada
dibuat seminimal mungkin. Dengan emosi tak akan menyelesaikan masalah.
Masih
banyak yang harus diperjuangan agar pernikahan langgeng, bahagia dunia akhirat.
Semua didasari rasa kasih sayang dan terus berdoa sepanjang masa. Semoga kita
termasuk keluarga bahagia dalam lindunganNya. Kado Terindah akan kita dekap
bersama. Aamiin.