Selasa, 01 Maret 2022

Tukang Tagih

 

            Tak terasa PTS semester genap teleh tiba. Sehari jelang PTS yang rempong bukan hanya siswa, guru pun rempong untuk menagih tugas yang belum selesai. Disepakati bersama bahwa siswa wajib menyelesaian tugas sebelum PTS. Oleh karena itu, jelang PTS kemarin saya super rempong menjadi tukang tagih.  

Dua hari libur sebelum PTS, saya tak lepas dari laptop, HP dan buku nilai. Di sela-sela menikmati liburan bersama anak, saya selalu memantau siswa yang akan mengirim tugas. Menjelang dilaksanakan PTS, masih banyak siswa yang belum juga menyelesaikan tugas. Inilah kenyataan yang ada. Hampir tiap pertemuan saya selalu mengingatkan tugas yang tak juga dikumpulkan. Namun, kenyataannya taka da greget untuk mengumpulkan. Jika ditanya selalu menjawab akan segera dikumpulkan. Sampai pertemuan kembali tak jua diserahkan tugasnya. Bahkan ada yang mengatakan lupa, sibuk dan banyak tugas. 

            Sebenarnya jika anak tertib, rajin mengerjakan tugas, tak akan sampai banyak tugasnya. Sekolah kami masih menerapkan blended learning. Itu artinya siswa sehari masuk sekolah sehari PJJ. Pada saat PJJ seharusnya siswa bisa mengerjakan tugas hari sebelumnya. Namun, kenyaataan mereka lebih asyik dengan HP. Berjam-jam tak lelah bermain game tetapi tugas tak disentuhnya. Guru pun dibuat puyeng dengan sikap siswa. Mereka tanpa rasa takut walaupun belum selesai tugasnya.

            “Tidak sempat Bu,” ucap siswa dengan tenang

            “Tinggal kirim, Bu,” kata lelaki yang badannya besar. Saya pun hanya bisa mengelus dada. Saya berusaha menahan amarah. Percuma marah toh mereka tak beban. Nasihat dan motivasi tiada henti saya sampaikan. Seperti pada H-1g PTS, saya berusaha menghubungi satu persatu siswa yang belum juga mengumpulkan tugas. Demi mempermudah komunikasi dengan siswa, semua siswa yang saya ajar saya simpan nomornya. Grup WhatsApp pun saya buat khusus grup mapel bahasa Indonesia.

       Awalnya saya menagih tugas lewat WA grup. Saya umumkan para siswa yang belum mengumpulkan tugas dari kelas 9A sampai 9E. Saya rekap nama dan jenis kekurangan tugas. Kemudian saya share rekapan tersebut. Bagaimana reaksi mereka? Hanya beberapa siswa saja yang menjawab. Siswa yang tertulis tak juga ada respon sampai malam. Akhirnya mau tak mau saya tagih satu persatu.

            [Fajar]

            [Ya, Bu]

            [Mana tugasmu?]

            [tidak tahu tugasnya Bu]

            Saya pun dibuat geram dengannya. Dia memang kadang sering terlambat dan juga sering tidak masuk sekolah. Yang lainnya ada yang mengatakan lupa, tinggal kirim dan lainnya.

            “Kholik mana tugasmu?”

            “Besok pagi ya Bu,” ucapnya

            Bahkan ada yang tak juga menjawab. Segera saya tulis di grup WA agar anak tersebut menjawab chat saya. Baru setelah  saya menulis di grup. Anak tersebut menjawab. Saya hanya berusaha agar mereka tertib, jujur dan patuh. Masalah hasil nomor dua. Sampai malam saya masih berkutat dengan tugas siswa menjadi tukang tagih. Segera saya rekap akhir agar paginya bisa disampaikan di grup sekolah.

            Panitia PTS sudah mengagendakan bahwa semua siswa yang tugasnya belum selesai mengerjakan di ruang tersendiri. Setelah PTS rencanya para siswa mengerjakan tugas yang belum selesai sesuai mapel hari itu. Jelang tengah malam saya tutup buku nilai. Semoga niat baik diridhoi Allah agar anak didik menjadi siswa yang cerdas, patuh dan disiplin.

 

Ambarawa, 1 Maret 2022

#Tantanganmaretbahagiagbm2022

#Maretbahagia1

           

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar