Tak terasa PTS semester genap teleh tiba. Sehari jelang PTS yang rempong bukan hanya siswa, guru pun rempong untuk menagih tugas yang belum selesai. Disepakati bersama bahwa siswa wajib menyelesaian tugas sebelum PTS. Oleh karena itu, jelang PTS kemarin saya super rempong menjadi tukang tagih.
Dua hari libur sebelum PTS, saya tak lepas dari laptop, HP dan buku nilai. Di sela-sela menikmati liburan bersama anak, saya selalu memantau siswa yang akan mengirim tugas. Menjelang dilaksanakan PTS, masih banyak siswa yang belum juga menyelesaikan tugas. Inilah kenyataan yang ada. Hampir tiap pertemuan saya selalu mengingatkan tugas yang tak juga dikumpulkan. Namun, kenyataannya taka da greget untuk mengumpulkan. Jika ditanya selalu menjawab akan segera dikumpulkan. Sampai pertemuan kembali tak jua diserahkan tugasnya. Bahkan ada yang mengatakan lupa, sibuk dan banyak tugas.
Sebenarnya jika anak tertib, rajin mengerjakan tugas, tak akan sampai
banyak tugasnya. Sekolah kami masih menerapkan blended learning. Itu artinya siswa sehari masuk sekolah sehari
PJJ. Pada saat PJJ seharusnya siswa bisa mengerjakan tugas hari sebelumnya. Namun,
kenyaataan mereka lebih asyik dengan HP. Berjam-jam tak lelah bermain game
tetapi tugas tak disentuhnya. Guru pun dibuat puyeng dengan sikap siswa. Mereka
tanpa rasa takut walaupun belum selesai tugasnya.
“Tidak sempat Bu,” ucap
siswa dengan tenang
“Tinggal kirim, Bu,”
kata lelaki yang badannya besar. Saya pun hanya bisa mengelus dada. Saya
berusaha menahan amarah. Percuma marah toh mereka tak beban. Nasihat dan
motivasi tiada henti saya sampaikan. Seperti pada H-1g PTS, saya berusaha
menghubungi satu persatu siswa yang belum juga mengumpulkan tugas. Demi
mempermudah komunikasi dengan siswa, semua siswa yang saya ajar saya simpan
nomornya. Grup WhatsApp pun saya buat khusus grup mapel bahasa Indonesia.
Awalnya saya menagih
tugas lewat WA grup. Saya umumkan para siswa yang belum mengumpulkan tugas dari
kelas 9A sampai 9E. Saya rekap nama dan jenis kekurangan tugas. Kemudian saya
share rekapan tersebut. Bagaimana reaksi mereka? Hanya beberapa siswa saja yang
menjawab. Siswa yang tertulis tak juga ada respon sampai malam. Akhirnya mau
tak mau saya tagih satu persatu.
[Fajar]
[Ya, Bu]
[Mana tugasmu?]
[tidak tahu tugasnya
Bu]
Saya pun dibuat geram
dengannya. Dia memang kadang sering terlambat dan juga sering tidak masuk
sekolah. Yang lainnya ada yang mengatakan lupa, tinggal kirim dan lainnya.
“Kholik mana tugasmu?”
“Besok pagi ya Bu,”
ucapnya
Bahkan ada yang tak
juga menjawab. Segera saya tulis di grup WA agar anak tersebut menjawab chat
saya. Baru setelah saya menulis di grup.
Anak tersebut menjawab. Saya hanya berusaha agar mereka tertib, jujur dan
patuh. Masalah hasil nomor dua. Sampai malam saya masih berkutat dengan tugas
siswa menjadi tukang tagih. Segera saya rekap akhir agar paginya bisa
disampaikan di grup sekolah.
Panitia PTS sudah
mengagendakan bahwa semua siswa yang tugasnya belum selesai mengerjakan di
ruang tersendiri. Setelah PTS rencanya para siswa mengerjakan tugas yang belum
selesai sesuai mapel hari itu. Jelang tengah malam saya tutup buku nilai.
Semoga niat baik diridhoi Allah agar anak didik menjadi siswa yang cerdas,
patuh dan disiplin.
Ambarawa, 1 Maret 2022
#Tantanganmaretbahagiagbm2022
#Maretbahagia1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar