Sabtu, 05 Maret 2022

Ketika Virus Omicron Datang

 

Varian Omicron datang di sela-sela PTM baru saja diberlakukan. Inilah yang membuat resah guru dan siswa. Oleh karena itu, sekolah mengambil kebijakan.

Sebenarnya sekolah sudah melakukan tatap muka dengan aturan baru yaitu dari moving class ke kelas biasa. Hal ini menjadi sejarah baru di Gridaba. Sejak saya mengajar di Gridaba sudah diberlakukan moving class. 

Moving Class itu guru menempati ruang tertentu sedangkan siswa yang berkeliling dari ruang ke ruang untuk mencari guru. Ada beberapa hal keuntungan bagi guru dan siswa jika moving class. 

Semua perangkat mengajar, alat-alat peraga yang berkaitan dengan pembelajaran tidak usah diusung ke kelas-kelas. Jadi, barang-barang  tetap di guru mapel. Siswa pun tidak jenuh di kelas tertentu saja. Para siswa bisa ganti suasana baru. 

Namun, di sisi lain para siswa harus rela dari kelas satu sampai kelas berikutnya dengan membawa tas yang kadang berat.  Plus-minus pasti ada. 

Nah, kini sekolah memberlakukan kelas biasa. Setiap kelas mempunyai ruang tersendiri yaitu mulai ruang 1 sampai 15. Upaya ini untuk me meminalis kontak antarsiswa. Siswa tidak wira-wiri dari  kelas satu ke kelas berikutnya. 

Selain itu, koperasi siswa yang kemarin menyediakan jajan juga sudah ditutup. Para siswa diwajibkan membawa makanan dan minuman dari rumah. Ini memang pas saat pandemi belum berakhir dan bisa membiasakan hidup sehat serta mengurangi jumlah sampah jika jajan. Walaupun sebenarnya sekolah sudah memberlakukan jajanan tidak boleh berbungkus plastik.

Pemberlakuan PTM dengan cara tersebut baru sebulan, kebijakan baru kini datang seiring Omicron makin merajalela. Banyak kasus Omicron menjadikan pembelajaran diubah menjadi pembelajaran blended learning

Para siswa masuk sekolah secara bergantian. Siswa dalam satu kelas dibagi dua menjadi kelas A dan kelas B. Kelas A masuk hari Senin, Rabu dan Jumat. Sedangkan kelas B masuk hari Selasa, Kamis, dan Sabtu. Jadi, selama satu minggu siswa masuk tiga kali dengan satu mapel sekali pertemuan.  Durasi waktu dua kali 40 menit setiap mapel dalam seminggu. 

Artinya siswa masuk sehari, PJJ sehari. Bagaimana dampaknya? Tentu saja pembelajaran dengan blended learning kurang maksimal. Di sisi lain untuk mengurangi kasus covid tetapi sisi lain pembelajaran kurang maksimal. 

Saat belajar di rumah, siswa jarang yang memanfaatkan waktu dengan belajar. Masih banyak yang menganggap hari libur. Mereka bangun siang dan cenderung tidak belajar. Hal ini terbukti tugas yang diberikan guru tak juga dikerjakan. Sudah berulang kali diingatkan lewat grup WA tetapi tak juga diperhatikan. Akhirnya tugas pun menumpuk sampai banyak sekali. Kalau ditanya selalu menjawab besok dan besok. 

Omicron datang memang menambah masalah baru. Namun itulah kenyataan yang ada. Kita harus ikhlas menerima kenyataan tersebut. Guru harus ekstra sabar menghadapi siswa. Guru harus telaten menagih tugas yang belum diselesaikan. Kesabaran guru benar-benar diuji. 

Upaya lain adalah guru sudah mengikuti anjuran pemerintah untuk mengikuti vaksin booster. Sebagian guru telah ikut program ini. Semua upaya telah dilakukan sekolah. Semoga virus  Omicron segera pergi sehingga pembelajaran kembali normal. 

#tantanganmaretbahagiagbm2022

#maretbahagia9







Tidak ada komentar:

Posting Komentar