Senin, 13 Juni 2022

Pesona Pantai Pasir Kadilangu Kulon Progo

Oleh : Budiyanti



Berwisata ke pantai itu rasanya tak ada bosan. Apalagi bersama teman-teman. Setelah menikmati keindahan pantai yang berada di Gunung Kidul beberapa waktu lalu, kali ini  Ahad, 12 Juni saya bersama-sama dengan kelompok senam Ngudi Mulyo di Kaliputih berwisata ke pantai.  Walaupun belum gabung senam, saya ikutan wisata tersebut. 

Sesuai jadwal pukul 06.00 lebih sedikit kami berangkat dari Kaliputih dengan bus besar. Kurang lebih ada 50 orang. Pesertanya sebagian besar adalah para lansia. Hanya beberapa saja yang balita ( bawah lima puluh tahun hee). 

Perjalanan yang amat menyenangkan ya baru kali ini. Apa ya yang membuat para lansia ini senang luar biasa. Usai berdoa dan penjelasan kru biro kami bernyanyi ria. Putar lagu karaoke koplo, keroncong atau pun dangdut. Beberapa dari kami bernyanyi sambil berjoget. Yang lebih seru ada saweran. Yang tidak menyanyi memberi saweran uang dua ribu, ada yang lima ribu. Yang menyanyi jadi semangat deh. 

Lagu demi lagu merdu menyertai perjalanan kami. Eh ya, suami juga nyanyi lagu lama lho. Bisa ditebak lagunya? Biasa lah lagu nostalgia. Kami pun bernyanyi bersama-sama. Benar-benar seru deh dalam bus. Usia boleh tua, semangat tetap muda. 

Tak terasa kami sampai di Kulon Progo pukul 09.00. Kami turun di terminal kecil.  Sebuah bus kecil siap membawa kami menuju objek pantai pasir Kadilangu. Rasa penasaran terus menggurita. Pantai ini jarang terdengar. Kurang viral tampaknya.  Kami melewati jalan yang tidak ramai. Juga jalan yang agak sempit seperti jalan kampung. Kanan kiri perkampungan biasa. 

Sampailah kami di objek yang dituju. Suasana lumayan panas walaupun masih pukul setengah sepuluh. Di depan objek sudah banyak mobil yang diparkir. Kami berjalan mendekati objek. Namun,  belum kelihatan pantainya.

"Mana sih Mas pantainya?"

"Masih ke sana, ibuk jalan saja," jawab Mas Agus yang humoris saat memandu di bus tadi. 

Kami berjalan bersamaan. Saat berjalan sudah banyak para ibu yang menawarkan dagangannya. Memang dekat jalan menuju objek banyak kios kecil menjual aneka jajanan. Kami tidak mampir karena belum juga sampai di objek.

Tak lama kami sampai di depan objek. Ada sebuah gapura pintu masuk yang terbuat dari bambu berwarna-warni. Untuk masuk hanya dikenakan tarif 8 ribu kalau tidak salah lihat. 

Pantai belum juga kelihatan. Namun, di depan kami ternyata ada jembatan dan aneka rangkaian bambu yang berada di atas sungai dan tambak. Banyak tambak yang digunakan membudidayakan ikan. Air gemericik dari kincir menjadikan suasana sejuk. Rangkaian bambu dibuat cantik berwarna-warni dengan tulisan-tulisan cantik  pula. Wohh inilah objek yang menyesuaikan dengan kondisi saat ini. Biasalah tempat yang bagus untuk mengambil gambar. Kami pun mengambil gambar. Di sekitar objek ada juga sewa perahu untuk berkeliling menyusuri sungai. Namun, saya memutuskan tidak sewa perahu.

Usai melewati rangkaian bambu, kami baru bisa melihat adanya pantai. Gemuruh ombak terdengar. Tak lama kemudian pantai yang amat besar ombaknya di depan mata. Pantai yang membentang luas berbuih menjadikan mata tak berkedip. Alam yang indah ciptaan-Nya bisa kami lihat dengan jelas. Kami dilarang untuk mendekat. Bibir pantai dibuat lebih tinggi. Jadi memang pantai ini  tidak seperti pantai lainnya seperti pantai Parangtritis, Kukup atau pun pantai lainnya di Gunung Kidul. Ada larangan untuk berenang atau sekadar bermain air. Namun, kami tetap senang menikmati indahnya pantai. Tidak bosan rasanya.

Sebelum berselfi ria, bapak ibu lansia bersenam. Ini sudah menjadi agenda di sela-sela berwisata. Walaupun panas bapak ibu tetap semangat. Hanya beberapa menit saja bersenam. Selanjutnya kami berfoto bersama di depan pantai. Tawa riang gembira menyertai kami. 

Kami tak lama di pantai karena panas sudah membakar tubuh. Segera kami berjalan keluar untuk kembali ke bus. Namun, sebelumnya kami beristirahat sambil menikmati minuman yang dibawa. Saya bersama teman-teman mendekati kios-kios kecil. Saya hanya ingin membeli yang menarik saja. 

Berbagai makanan khas sini dijual. Banyak dijual gula kelapa dengan bentuk kecil-kecil dan ada yang besar. Ada geblek ( makanan yang terbuat dari tepung tapioka dan ketan)  yang berwarna putih. Ini enak lho. Saya pun beli 3 dengan harga dua puluh ribu. Kemudian saya berjalan ke kios lain. Semua pedagang dengan ramah menawarkan dagangannya. 

"Monggo ibu-ibu." Seorang ibu-ibu menawarkan dagangannya.

"Monggo dicicipi Buk!" 

Saya pun mencicipi wader yang masih hangat. Karena memang gurih, saya beli secukupnya. 

Para ibu hampir semuanya membeli oleh-oleh di kios tersebut. Tak lupa yang punya cucu mereka membeli replika rumah yang terbuat dari bahan karet. Bagus bentuknya. Beberapa ibu membeli minuman air kelapa muda untuk menghilangkan dahaga. Tak lama kemudian kami masuk bus kecil yang siap menuju ke terminal. 

Hanya sepuluh menit kami sudah sampai untuk kembali ke bus besar. Perjalanan selanjutnya siap kami ikuti. Sebelum masuk bus, kami nikmati dawet ayu gula jawa yang segar. Paduan dawet hijau dan juruh gula jawa menjadikan tenggorokan tidak kering lagi. Alhamdulillah nikmat tak terkira. Kami pun melanjutkan perjalanan ke objek wisata lainnya. Tunggu ya cerita selanjutnya. 

Ambarawa, 13 Juni 2022

#tulisan ke-4 menulis setiap hari bersama Omjay.

#salam literasi









4 komentar: