Rabu, 15 Juni 2022

Bagaimana Suasana Malioboro Baru?



Oleh : Budiyanti



Hai teman-teman sudahkah berkunjung ke Malioboro Baru? Sekarang beda lho dengan Malioboro zaman dulu. 

Tahu kan Malioboro itu bagian objek wisata yang sering dikunjungi. Bahkan jadi agenda utama saat ke Yogyakarta. Saya pernah jalan-jalan malam dari ujung selatan lalu duduk-duduk di batu bulat-bulat. Setelah itu berjalan lagi sambil menikmati lagu yang dinyanyikan sekelompok pemuda. Asyik sekali, para remaja bernyanyi ria menikmati malam di Yogyakarta. 

Kalau berjalan terus, akan bertemu pedagang kaki lima berjajar di sepanjang trotoar jalan Malioboro. Sedangkan seberang jalan untuk duduk-duduk dengan aneka kuliner. Pokoknya asyik sekali. Saat siang pun Malioboro sangat ramai sekali. 

Nah saat ini Malioboro berubah lho. Saat wisata hari Minggu lalu dengan para warga Kaliputih, kami berkesempatan untuk melihat seperti apa Malioboro Baru. 

Waktu itu bus kami sampai di parkiran bus  hampir pukul 17.00. Kami diberi pengarahan jalan untuk menuju Malioboro. Awalnya saya bingung juga sampai mana ini. 


"Mas arah ke Malioboro nanti dibantu nggeh?" tanyaku pak Mas Agus sang Tour Leader. 

"Siap Bu."

Akhirnya kami berjalan bersamaan. Pak Agus memberi pengarahan pada Pak Thomas. Kami disuruh untuk mengikuti beliau. Kami beriring-iringan di belakangnya. 

Keluar dari parkiran bus, saya jadi teringat tempat tersebut. 

"Oh ini tempat biasa dilewati saat ke Malioboro waktu itu," gumanku lirih.  Kami pun diarahkan menuju Malioboro Baru. Setelah menyebarang kami pun berjalan menuju Malioboro. Ada yang berbeda saat berjalan ke Selatan ( ingat saya ke Selatan, semoga benar). Di depan pertokoan tidak ada pedagang kaki lima satu pun. Teras toko-toko amat sepi. Hanya orang-orang yang berjalan saja.  Suasana yang dulu amat padat kini tak ada lagi pedagang kaki lima. 

Setelah berjalan saya temukan pusat perbelanjaan kaki lima yang dinamakan Teras Malioboro. Segera kami bersama-sama menyebarang jalan. Sebuah bangunan luas dengan tulisan Teras Malioboro berwarna biru tampak jelas.

"Oh, sekarang semua pedagang kaki lima dijadikan satu tempat," gumanku sambil mengambil gambar. 

"Mau beli apa Pak?" tanyaku pada suami. 

Kami pun masuk ke teras Malioboro seperti masuk pasar pakaian. Ya seperti masuk pasar Johar atau pasar Klewer Solo pada umumnya. Kios-kios kecil berjubel. Banyak sekali. Pakaian batik mendominasi pasar dengan baju-baju batik remaja, daster dengan harga murah sekali. Kemudian aneka jajanan khas Yogyakarta dengan bakpia serta lainnya. 

Tas dan dompet dengan gambar warna-warni berbahan batik dipajang di depan dasaran kios. Ramai sekali pokoknya. Pengunjung teras ini luar biasa. Seperti sebelum ada corona. Mereka lalu lalu dengan bebasnya. Saya dan suami serta bapak ibu tetap bermasker. 

Sebenarnya tak ada keinginan untuk membeli barang. Yang utama tahu seperti apa Malioboro Baru. Namun, keinginan hati untuk membeli sesuatu tergoda juga. Akhirnya saya hanya membeli daster dua dan beberapa tas kain yang lumayan suka. 

Senja telah tiba. Gerimis datang. Kami segera keluar dari teras Malioboro untuk kembali menuju tempat parkir bus. Kami berjalan bersamaan di trotoar yang indah dengan pilar-pilar cantik khas Yogyakarta. Tiang-tiang bernuansa Yogyakarta dan kursi-kursi cantik menjadikan Malioboro makin ngangeni. 

Ada sesuatu yang menarik perhatianku. Ada beberapa orang berpakaian prajurit kerajaan berdiri di trotoar. Layaknya sedang berjaga di kerajaan. Ternyata kita bisa berfoto bersama mereka dan gratis. Namun sayangnya gerimis datang. Saya dan suami mempercepat langkah agar sampai di parkiran bus.

Alhamdulillah kami masuk bus. Setelah beristirahat sejenak, kami pun pulang dengan membawa sejuta kenangan.  Perjalanan yang menyenangkan tak terlupakan.  Semoga suatu saat bisa berkunjung ke Yogyakarta lagi. 


Ambarawa, 16 Juni 2022


# tulisan ke-7

#menulis blog bersama Omjay



10 komentar:

  1. Terima kasih Bu Budi atas kisahnya tentang Malioboro Baru.

    BalasHapus
  2. Sami-sami Pak. Terima kasih sudah sudah berkenan mampir di blog saya

    BalasHapus
  3. Wah warna blog kita sama bu😄, berbicara malioboro gak akan pernah ada habisnya

    BalasHapus
  4. Sensasi Malioboro sekarang tentu beda banget dengan berpuluh tahun lalu ya, Bun..sungguh perubahan itu abadi.

    BalasHapus
  5. Sudah ada gambaran Malioboro baru. Tinggal membuktikan.

    BalasHapus
  6. Anak saya kuliah di Jogja. Selama ini masih online. Nanti mau lihat Malioboro baru, ah.. tentunya lebih tertata, ya Bun...

    BalasHapus