Minggu, 19 Juni 2022

Menikmati Perjalanan dari Karawang ke Ambarawa

 Oleh : Budiyanti

Usai menghadiri acara pesta pernikahan keponakan, rombongan kami menuju penginapan untuk pulang. Saya dan suami tidak ikut rombongan semula. Kami sepakat pulang ke Ambarawa bersama anak kami yang tadi mengikuti acara perhelatan di rumah resto daerah Karawang.

Rombongan yang menggunakan mobil sudah lebih dulu berangkat karena masih mampir di rumah sang pengantin. Kami berempat berangkat beberapa waktu kemudian. Kurang lebih pukul 16.00 kami keluar dari penginapan setelah menyerahkan kunci. 

Kali ini yang menyetir anak.  Istrinya di sampingnya. Saya dan suami di belakang. Seorang istri di sampingnya karena harus menemani untuk tidak tidur dan tentu saja membantu masalah minum dan jajanan agar tidak mengantuk. 

Azan magrib berkumandang ketika mobil berhenti. Sesaat kemudian saat tersadar. Ternyata saya tidur setelah seharian mengikuti acara demi acara pernikahan. 

"Lho sampai mana nih?" Saya berusaha membuka mata sambil bertanya. Dari kaca jendela terlihat ada rintik hujan. 

"Rest area Buk, magriban dulu," ucap anak Lanang pelan sambil melenturkan badan. Mungkin lelah. Kami bergantian salat. 

Segera saya dan suami menuju masjid yang tidak jauh dari tempat parkir mobil. Tanah basah sehingga saya cari yang kering. Saya langsung naik tangga untuk menuju masjid. Sandal saya letakkan di rak yang sudah banyak sandal maupun sepatu. 

Lantai keramik putih basah mungkin usai hujan deras. Saya berusaha berjalan pelan-pelan takut terpeleset. Pelataran masjid ramai. Rupanya itu tempat salat kaum wanita. Saya mencari tempat wudhu wanita. Sedangkan suami sudah masuk masjid. 

Saya berdiri sejenak di belakang tempat salat para wanita. Ruangan yang tidak terlalu luas ini benar-benar penuh para wanita untuk salat.   Saya menunggu di luar. Beberapa menit kemudian sudah ada celah untuk salat yang berada di urutan depan. Segera saya melaksanakan mengqodho magrib dan isya. 

Usai salat, suami sudah menjemput pakai payung. Alhamdulillah sampai mobil tidak kehujanan. Anak juga sudah salat. Kami belum begitu lapar sehingga kali ini tidak mampir di rumah makan. Makanan kecil dan minuman juga kami beli beberapa waktu sebelum masuk jalan tol. 

Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan. Yang nyetir masih anak. Saya berusaha tidur dalam perjalanan. Hujan turun lagi. Video pun diputar dengan acara sepakbola. Cara ini untuk menghilangkan ngantuk. Ya memang tidak boleh mengantuk saat menyetir mobil. Si istri berulang kali ngobrol dengan suaminya yang sedang nyetir. Jajanan dan minuman selalu disodorkan. 

Rasa kantukku mulai terasa, tak terasa sudah agak malam. 

"Nanti istirahat dulu di rest area ya, Mas Galih," ucapku dengan menahan kantuk.

Mobil berhenti di rest area daerah Batang kira-kira pukul 22.00. Saya buka mata sambil melihat sekeliling. Layaknya sore hari, suasana malam amat ramai. Banyak bus wisata yang parkir. Di belakangnya ada pertokoan yang lampunya terang benderang. Lalu lalang  orang juga banyak. 

Segera saya dan suami mencari tempat toilet. Kaki agak kaku untuk berjalan. Mungkin karena duduk begitu lama di mobil. 

Di seberang pertokoan ada gedung dengan tulisan besar

 _Toilet Gratis_ . Inilah kebijakan baru bahwa di toilet umum tidak dikenakan bayar sepeser pun. 

Rasanya lega setelah buang air kecil. Toilet juga jumlahnya banyak dan bersih. 

Lapar terasa, saya dan suami berjalan di depan pujasera. Tempat para pedagang berjualan aneka makan. Kios-kios kecil berjajar dengan aneka jualan. 

Belum sampai beberapa menit, banyak mbak-mbak dan mas-mas muda menawarkan menu makan.

"Silakan mau makan apa Bu, ada nasi goreng, soto, bakso!" 

Lainnya juga menawarkan dengan menyodorkan menu makan dan minum dalam lembaran kertas yang sudah dipres. 

Sesaat saya bingung mau memilih menu apa. Yang ada dalam hati adalah menu yang segar. 

Akhirnya kami duduk di bangku depan kios nomor dua. Kami sepakat pesan nasi soto dan teh hangat. Menu tersebut sudah ada harganya. Soto dan lainnya rata-rata harganya tiga puluh ribu. Hem mahal juga. Kalau minuman rata-rata 7 ribu sampai sepuluh ribu. Tak apalah harga segitu, memberi rezeki orang lain. Sampai saya selesai belum ada pembeli lainnya.



Perut kenyang, walaupun rasa soto kurang sesuai dengan hati. Ya, lumayan perut terisi. Kami pun menuju mobil untuk melanjutkan perjalanan. Suami gantian yang nyetir. Otomatis saya duduk di depan. Sabuk pengaman sudah melekat di tubuh. Perlahan kami keluar dari rest area. Musik pun mulai kami putar. Lagu kenangan nostalgia pun mengalun merdu mengiringi perjalanan. Kami berusaha tidak tidur. Cemilan dan minuman masih ada. 

Perjalanan malam kami nikmati. Kerlip lampu tampak di depan mata. Sepi dan dingin terasa. Kami ngobrol sana-sini sambil mendengarkan musik. Alhamdulillah sampai Ambarawa tengah malam. Pukul 01.00 kami sampai di rumah dengan selamat. Perjalanan malam penuh kenangan. 

Ambarawa, 19 Juni 2022

Tulisan ke-10. Menulis blog bersama Omjay



Tidak ada komentar:

Posting Komentar