Oleh : Budiyanti Anggit
Usai
salat Isya, kubuka benda pipih hitam kesayanganku. Tak lupa kubuka Web grup WhatsApp
yang beberapa hari ini menjadi teman terbaik yaitu grup menulis bersama Omjay.
Kelas online bersama Pak Dedi Suhedi atau lebih dikenal dengan Ya’ Dedi Suhedi.
Hati berbunga-bunga kala bisa bergabung di grup super keren dengan menghadirkan
narsum yang keren menewen. Sebenarnya dulu sudah pernah bergabung, tetapi belum
bisa mengikuti dengan baik. Dengan bismilah, aku akan menggoreskan setiap
pertemuan dalam blogku. Blog yang lama tak tersentuh. Hanya debu-debu yang
lekat di blog sederhanaku. Kini ingin kuukir kembali dengan untaian kata yang
siap menghiasai rumah sebagai memori hidupku. Semuanya berkat semangat dari Omjay dan
teman-teman sesama pendidik.
Bapak
Ibu, berapa kali sehari Bapak Ibu update status di WhatsApp? sering kan?
Sesering kita menikmati hari-hari yang indah. Sesering kita menatap mentari
pagi. Hemm terhipnotis dengan tulisan Pak Dedi nih. Tidak apa-apa ya Bapak?
Bagaimana,
mudah bukan saat kita update status? Tinggal tulis satu kata atau satu kalimat
kirim. Terkirimlah semua status kita ke seluruh teman yang jumlahnya kadang
sampai ratusan Seringnya orang membuat status WA karena memang mudah. Itulah
bahwa menulis juga semudah menulis status.. Begitulah gambaran yang disampaikan
Pak Dedi Suhendi atau sering disapa Ya'Dedi. Menulis itu semudah update status
Kita
tanamkan dalam diri ini bahwa menulis mudah, semudah update status. Misalnya, dari sebuah pengalaman. Apa pun pengalaman
Bapak/Ibu pada hari ini tulis saja. Gunakan teknologi untuk menyimpannya. Bisa
di laptop, HP, blog, facebook, dan sebagainya. Menulis itu semudah kita
mendeskripsikan apa yang kita lihat, apa yang dirasakan. Menulis itu tidak
selalu muluk-muluk dan tidak selalu rumit. Menulis itu, sesederhana yang kita
lihat. Menariknya, objek yang diperlihatkan hanya satu, namun sudut pandang
penulisannya bisa berbeda dari penulis satu dengan penulis lain
Namun, banyak orang yang masih ragu juga untuk memulai menulis. Sibuk, banyak pekerjaan dan beribu alasan lain yang terus menjadi tameng untuk tidak menulis. Satu hal yang perlu diyakini adalah NIAT. Seperti yang disampaikan pembicara sebelumnya Bapak Mukninin, ada niat ada jalan. Kalau sudah ada niat kita harus banyak belajar. Dengan belajar akan banyak ilmu yang akan bersemayam di hati.
Carilah
ilmu sebanyak-banyaknya. Semakin banyak ilmu,
kita
tak akan menyalahkan orang lain.
Menulis
adalah sebuah keterampilan. Tak ada yang langsung bisa menjadi penulis tanpa
latihan yang telaten. Semua yang besar dimulai yang kecil.. Menurut Pak Ya’
Dedi, latihan menulis dapat diawali dengan cara menuliskan tulisan pendek,
kegelisahan, sesuatu yang disukai/hobi/minat, pengalaman, keahlian, impian,
kebutuhan orang lain. Bisa berupa opini satu paragraf, dua paragraf atau tiga
paragraf. Hari berikutnya, bisa ditambah satu paragraf lagi. Hingga menemukan
identitas menulis dan menemukan apa yang ingin disampaikan ke dalam
lembaran-lembaran.
Jika
latihan menulis secara kursus tidak nyaman, bisa dilakukan sendiri. Keuntungan
menulis secara pribadi memberikan rasa kepuasan diri. Jiwa di dalam diri lebih
bebas, terhindar dari rasa takut. Baik itu takut terhadap persaingan, ataupun
rasa takut karena aturan baku dan ketat. Karena salah satu kunci sukses menulis
buku adalah mengabaikan segala aturan yang mengikat yang justru melemahkan
semangat.
Berbeda
jika dari awal tidak terbangun semangat dan terbelengu dengan aturan. Sudah
dapat dipastikan, sebelum menuliskan lembar kedua, sudah berhenti di tengah
jalan.
Masih
menganggap menulis buku itu sulit? Barangkali kita gemar update status di media
sosial. Saat kita menulis status, apa yang kita tuliskan berdasarkan apa yang
kita rasakan. Entah itu perasaan tentang diri kita sendiri, tentang penilaian
terhadap orang lain atau karena bacaan/tontonan yang baru saja dilihat.
Menentukan Topik Tulisan Menulis
Buku
Seperti
yang dibahas di atas. Saat memulai menulis, hal umum yang dirasa sulit adalah
menentukan topik tulisan. Pemilihan topik bisa kita pilih berdasarkan “minat”.
Anggap saja, penentuan topik kita ambil sesuai dengan minat kita. Bahkan,
ketika kita membaca surat kabar, ada satu paragraf yang menarik hati. Hal yang
menarik tersebut bisa dicatat, kemudian tambahi gagasan, ide, sanggahan,
menambahi data lain yang diperoleh.
Dari
data-data tersebut, cukup tuliskan per kalimat di bawahnya. Setelah semua
gagasan, ide, dan yang ingin disampaikan sudah berbaris-baris, tidak ada
salahnya untuk keluar sejenak. Minum kopi atau minum teh. Setelah merasa lebih
rileks, bisa melanjutkan dengan menambahkan kalimat penjelas di belakang
poin-poin yang tadi tertulis. Jika cara itu sulit, menentukan topik bisa
dimulai dari menulis kehidupan diri kita sendiri. Barangkali, justru lebih
menjiwai. Siapa tahu, hasil dari corat-coret curhat, bisa menjadi novel.
Bukankah di dunia ini banyak ketidakpastian? Termasuk ketidakpastian nasib
hasil tulisan kita. Karena banyak buku-buku best
seller meledak dari karya iseng-iseng ingin menuangkan perasaan dan
kegelisahannya.
Jika
cara tersebut terasa memalukan dan ingin menulis buku yang lebih serius. Maka,
bisa dikemas agar tidak terlihat drama. Kunci dari semua itu, tergantung
kreativitas kita mengarahkan tema dan topik bahasan. Misalnya, mencari paragraf
yang menarik dari buku yang kita sukai. Kemudian tulis satu paragraf saja, kemudian
lakukan pengembangan. Jika trik-trik di atas sudah dilalui, biasanya akan lahir
dengan sendiri ulasan yang ingin kita sampaikan.
Teman-teman,
jika ingin tulisannya ada roh, perlu penghayatan. Ide yang biasa-biasa saja
jika dikemas dengan penghayatan dan penjiwaan pembaca akan muncul emosinya.
Emosi, dalam menulis buku menjadi penarik rasa ketertarikan.
Tulisan
yang ditulis dengan penghayatan, mampu menghidupkan sebuah tulisan.
Contoh
yang menghayati:
Gadis
berambut panjang yang selalu mengintai dalam keraguan. Ia ingin selalu
memergoki setiap derap langkah pejalan kaki di hadapannya. Keinginannya itu
seakan terpancar di raut wajah yang kusam dan lugu. Ia hanya akan mengharap
belas kasihan dari sang dermawan.
Contoh
tidak menghayati:
Gadis
itu mengharap belas kasihan orang-orang yang berjalan kaki di dekatnya.
Dari
contoh tersebut, terlihat perbedaannya. Aturan penghayatan penting sekali
selama penggarapan sebuah buku. Baik itu buku ajar, buku fiksi, buku motivasi,
dan sebagainya. Butuh yang namanya impresi dan seni. Cara tersebut dapat diperoleh
dengan banyak cara kreatif. Cara kreatif ada banyak, tidak terbatas. Di mana,
setiap orang memiliki kreatif sendiri. Mungkin cara saya menulis kreatif dengan
cara saya. Tentu, cara saya tidak bisa diterapkan dengan cara Bapa/Ibu. Misalnya,
saya memulai tulisan dengan kata-kata kiasan atau puisi. Contohnya ada di blog
saya.
Ini
blog yang saya buat juga berkat bimbingan Omjay. Omjay memang seorang
inspirator andal. Jangan lupa, menulis juga harus punya tujuan. Misalnya, saya
menulis tujuannya untuk ekspresi diri, untuk naik pangkat, untuk hobi, dan
sebagainya. Dengan tujuan tersebut, pasti segala cara akan kita gunakan.
Tak
Terasa materi yang disampaikan Ya’ Dedi usai. Untaian kata yang benar-benar
mengusik kalbu untuk bergerak mewujudkan mimpi menulis buku lagi agar lebih
banyak karya yang lahir dariku. Sebuah penyemangat yang membangkitkan kembali
angan yang lama diimpikan. Acara dilanjutkan tanya jawab yang dipandu Bu Kanjeng
yang super duper juga. Semangatnya tak kalah dengan yang muda.
Satu
demi satu pertanyaan dari peserta bergulir menghiasi layar HP. Inilah
rangkumannya.
Membangkitkan
emosi diri bisa dengan mencari permasalahan. Dengan permasalahan tersebut kita berusaha
untuk mencari solusinya. Paling tidak masalah yang dekat dengan kita. Permasalahan
tersebut kita analisis dan tuliskan sedikit demi sedikit. Tulisan Pak Made akan
menarik karena akan mengundang emosional si pembaca. Hal ini perlu kepekaan dan
seni dalam mengembangkannya. Nah, seni ini yang mewarnai tulisan kita.
Penghayatan
itu seperti maksudnya mendeskripsikan sesuatu dengan perasaan yang mengundang
penasaran atau pertanyaan si pembaca. Tidak langsung kita sebut gadis tapi dengan
embel-embel. Jadi, kita masuk ke dalam jiwa sang gadis tersebut. Kalau kita
masak harus ada bumbunya. Maka, masakan kita akan sedap tidak hambar.
Menyimpan
ide menulis bisa di alat yg sudah kita punya. Simpan HP, laptop, buku catatan
atau apa saja yang punya.
Jika
ingin menulis berdasarkan kisah nyata atau inspirasi dari film kita gunakan
kata-kata sederhana terlebih dahulu. Setelah tulisan selesai beberapa paragraf,
lihat dan bisa diedit. Apakah sudah
tepat diksi atau belum. Cerita boleh sama, tapi cara pandang yang berbeda. Mengangkat suatu kisah yang sudah difilmkan
sebagai inspirasi tidak masalah asalkan beda dalam tulisannya. Anggap saja itu pengalaman ketika menonton
suatu kisah.
Cara
memperkaya wawasan tentang impresi dan seni agar tulisan kita
penuh penghayatan adalah dengan banyak membaca karya orang lain, berlatih untuk
melakukan karya seni seperti puisi. Dengan latihan, kita akan terbiasa untuk
membuat tulisan kita dengan seni dan penghayatan. Dari lingkungan dalam membuat
karya seni. Gunakan kelas, lingkungan rumah, dan lingkungan masyrakat unruk
memperkaya kosa kata dan jiwa seni.
Pak
Dedi suka memulai tulisan dengan kata-kata kias dan puisi juga suka membaca puisi-puisi dan karya buku
yang menggunakan bahasa seni. Kiatnya, jangan lupa untuk bergaul dengan
orang-orang yang berjiwa seni.
Allah
menciptakan alam semesta ini dengan seni. Hambar rasanya kalau tidak ada seni.
Bayangkan kalau Allah menciptakan kita tidaka ada hidung dan telingan, pasti
tidak elok. Begitu juga dengan tulisan. Walaupun Bapak bergelut di bidang seni,
tentunya ada jiwa seni dalam diri Bapak. Belajar dari keluarga dulu. Gunakan
bahasa-bahasa syahdu. Insya Allah kita akan terbiasa. Guru Kimia menurut beliau
wajib memiliki gaya seni supaya siswanya tidak bosan dan stress. Ketika kita
menjadi idola siswa, itu berarti dalam diri kita sudah muncul seni dalam
mengajar. Seni itu luas tidak berkutat dalam bidang bahasa saja.
Gunakan
kata-kata yang pendek saja dulu. Misalanya, rembulan sudah menampakkan
wajahnya. Ide sama saja. Cara memuncul ide sesuai dengan kebutuhannya. Ingin
menulis buku tentang apa? Misalanya ingin menulis buku ajar bahasa arab.
Tentunya harus mempelajari kurikulumnya dulu. Melihat buku-buku yang telah ada.
Dari refleksi buku orang lain. Aakan bisa membuat karya yang lebih karena sudah
mempelajari buku sebelumnya. Tentunya sudah menganalisis kelebihan dan
kekurangannya.
Demikan
ukiran kata yang bisa terungkap semoga bisa menjadikan kita terus bersyukur
karena limpahan ilmu pada malam ini. Semua karena Allah memberi kemudahan dan
kelancaran acara. Terima kasih Pak Dedi, Bu Kanjeng dan tak lupa OmJay. Barakallah.
Salam Guru Blogger
@budiyantiAnggit
Ambarawa,
10 Oktober 2020.
Meninggalkan jejak untuk berkomentar, saya setuju grup pelatihan kita ini benar-benar menjadi teman terbaik. Saya pun tidak sabar menunggu pertemuan berikutnya. Selalu semangat untuk kita smeua
BalasHapusBenar Bu. Saling kunjung dan berkomentar. Teman jadi tambah. Ilmu bertambah. Terima kasih
Hapussemangat ibu...bagus resume nya
BalasHapusTerima kasih Bu Nunung
HapusWow detail sekali resumenya bu, sukses yah..
BalasHapusTerima kasih Bu
HapusMantul sekali resumenya.. Saya belum sempat buat. Hehehe
BalasHapusSemangat Bu
HapusSemoga terus istikomah menulis Bu Yanti 👍👍
BalasHapusAamiin terima kasih sudah mampir. Sukses selalu buat pak Agung
HapusIkut berkomentar ya!
BalasHapusPembukaan yang menarik dan beda dengan yang lain, karena menceritakan tentang diri sendiri. Tentu ini menjadi awal atau pembukaan yang original karena tidak dialami oleh orang lain.
Selain itu, menceritakan tentang status. Dalam pikiran saya sejak kemarin, status itu lebih tepat di Facebook. Ternyata, ada juga status di Whatsapp. Wah, saya malah lupa! Hehe...
Sekadar saran, untuk yang resume berikutnya Bu, perlu dibedakan antara yang disampaikan oleh narasumber dengan yang kita buat. Sebab, saya temukan paragraf setelah yang diberi tanda tebal itu "contoh tidak menghayati", ternyata memakai kata "saya".
Padahal, seingat saya, pada kata "saya' di situ adalah narasumber yang bicara. Namun, di tulisan ini, jadi seakan-akan Ibu yang mengatakannya begitu.
Sudah lebih lengkap dengan meresume sedikit tentang pertanyaan yang masuk. Nah, pada sesi pertanyaan ini, tidak semua ditulis di blog, termasuk saya sendiri juga begitu.
Oke, selamat malam! Salam sukses dan terus berlatih menulis bersama. Salam juga buat keluarga Ibu.
Wassalam...
Wohhh terima kasih masukkannya. Benar ada yang kurang pas. Semoga ke depan lebih baik. Yang pertanyaan tidak saya tulis semuanya.
Hapussemangat ibu terus berkobar ya buk semangatnya
BalasHapusSemangat
HapusKerrreeen 👍 bahasanya mudah dipahami karena di antar dengan kata sehari hari yg akrab dengan kita. Semangat
BalasHapusTerima kasih Bu. Sukses untuk ibuk
HapusTerima kasih Bu. Sukses selalu buat ibu
BalasHapusTerima kasih Bu. Sukses selalu buat ibu
BalasHapus👍👍👍👍👍
BalasHapusKeren sekali tulisan sahabatku, fiksi dan nonfiksi swmua okey
BalasHapus