Sabtu, 10 Oktober 2020

MENULIS SEMUDAH UPDATE STATUS

Oleh : Budiyanti Anggit 

Usai salat Isya, kubuka benda pipih hitam kesayanganku. Tak lupa kubuka Web grup WhatsApp yang beberapa hari ini menjadi teman terbaik yaitu grup menulis bersama Omjay. Kelas online bersama Pak Dedi Suhedi atau lebih dikenal dengan Ya’ Dedi Suhedi. Hati berbunga-bunga kala bisa bergabung di grup super keren dengan menghadirkan narsum yang keren menewen. Sebenarnya dulu sudah pernah bergabung, tetapi belum bisa mengikuti dengan baik. Dengan bismilah, aku akan menggoreskan setiap pertemuan dalam blogku. Blog yang lama tak tersentuh. Hanya debu-debu yang lekat di blog sederhanaku. Kini ingin kuukir kembali dengan untaian kata yang siap menghiasai rumah sebagai memori hidupku.  Semuanya berkat semangat dari Omjay dan teman-teman sesama pendidik.

Bapak Ibu, berapa kali sehari Bapak Ibu update status di WhatsApp? sering kan? Sesering kita menikmati hari-hari yang indah. Sesering kita menatap mentari pagi. Hemm terhipnotis dengan tulisan Pak Dedi nih. Tidak apa-apa ya Bapak?

Bagaimana, mudah bukan saat kita update status? Tinggal tulis satu kata atau satu kalimat kirim. Terkirimlah semua status kita ke seluruh teman yang jumlahnya kadang sampai ratusan Seringnya orang membuat status WA karena memang mudah. Itulah bahwa menulis juga semudah menulis status.. Begitulah gambaran yang disampaikan Pak Dedi Suhendi atau sering disapa Ya'Dedi.  Menulis itu semudah update status

Kita tanamkan dalam diri ini bahwa menulis mudah, semudah update status. Misalnya, dari sebuah pengalaman. Apa pun pengalaman Bapak/Ibu pada hari ini tulis saja. Gunakan teknologi untuk menyimpannya. Bisa di laptop, HP, blog, facebook, dan sebagainya. Menulis itu semudah kita mendeskripsikan apa yang kita lihat, apa yang dirasakan. Menulis itu tidak selalu muluk-muluk dan tidak selalu rumit. Menulis itu, sesederhana yang kita lihat. Menariknya, objek yang diperlihatkan hanya satu, namun sudut pandang penulisannya bisa berbeda dari penulis satu dengan penulis lain

Namun, banyak orang yang masih ragu juga untuk memulai menulis. Sibuk, banyak pekerjaan dan beribu alasan lain yang terus menjadi tameng untuk tidak menulis. Satu hal yang perlu diyakini adalah NIAT. Seperti yang disampaikan pembicara sebelumnya Bapak Mukninin, ada niat ada jalan. Kalau sudah ada niat kita harus banyak belajar. Dengan belajar akan banyak ilmu yang akan bersemayam di hati.

Carilah ilmu sebanyak-banyaknya. Semakin banyak ilmu,

kita tak akan menyalahkan orang lain.

 Itulah motto yang disampaikan oleh narsum pertemuan ketiga kelas online. Kunci keberhasilan seorang penulis adalah menciptakan semangat, motivasi, kemauan, usaha, konsistensi. Jangan lupa untuk berdoa memohon kemudahan, bimbingan, kesehatan, kecerdasan, dan seterusnya. Trik selanjutnya mencari teman yang bisa menginspirasi, mendorong, dan memberi semangat. Contohnya, Omjay.

Menulis adalah sebuah keterampilan. Tak ada yang langsung bisa menjadi penulis tanpa latihan yang telaten. Semua yang besar dimulai yang kecil.. Menurut Pak Ya’ Dedi, latihan menulis dapat diawali dengan cara menuliskan tulisan pendek, kegelisahan, sesuatu yang disukai/hobi/minat, pengalaman, keahlian, impian, kebutuhan orang lain. Bisa berupa opini satu paragraf, dua paragraf atau tiga paragraf. Hari berikutnya, bisa ditambah satu paragraf lagi. Hingga menemukan identitas menulis dan menemukan apa yang ingin disampaikan ke dalam lembaran-lembaran.

Jika latihan menulis secara kursus tidak nyaman, bisa dilakukan sendiri. Keuntungan menulis secara pribadi memberikan rasa kepuasan diri. Jiwa di dalam diri lebih bebas, terhindar dari rasa takut. Baik itu takut terhadap persaingan, ataupun rasa takut karena aturan baku dan ketat. Karena salah satu kunci sukses menulis buku adalah mengabaikan segala aturan yang mengikat yang justru melemahkan semangat.

Berbeda jika dari awal tidak terbangun semangat dan terbelengu dengan aturan. Sudah dapat dipastikan, sebelum menuliskan lembar kedua, sudah berhenti di tengah jalan.

Masih menganggap menulis buku itu sulit? Barangkali kita gemar update status di media sosial. Saat kita menulis status, apa yang kita tuliskan berdasarkan apa yang kita rasakan. Entah itu perasaan tentang diri kita sendiri, tentang penilaian terhadap orang lain atau karena bacaan/tontonan yang baru saja dilihat.

Menentukan Topik Tulisan Menulis Buku

Seperti yang dibahas di atas. Saat memulai menulis, hal umum yang dirasa sulit adalah menentukan topik tulisan. Pemilihan topik bisa kita pilih berdasarkan “minat”. Anggap saja, penentuan topik kita ambil sesuai dengan minat kita. Bahkan, ketika kita membaca surat kabar, ada satu paragraf yang menarik hati. Hal yang menarik tersebut bisa dicatat, kemudian tambahi gagasan, ide, sanggahan, menambahi data lain yang diperoleh.

Dari data-data tersebut, cukup tuliskan per kalimat di bawahnya. Setelah semua gagasan, ide, dan yang ingin disampaikan sudah berbaris-baris, tidak ada salahnya untuk keluar sejenak. Minum kopi atau minum teh. Setelah merasa lebih rileks, bisa melanjutkan dengan menambahkan kalimat penjelas di belakang poin-poin yang tadi tertulis. Jika cara itu sulit, menentukan topik bisa dimulai dari menulis kehidupan diri kita sendiri. Barangkali, justru lebih menjiwai. Siapa tahu, hasil dari corat-coret curhat, bisa menjadi novel. Bukankah di dunia ini banyak ketidakpastian? Termasuk ketidakpastian nasib hasil tulisan kita. Karena banyak buku-buku best seller meledak dari karya iseng-iseng ingin menuangkan perasaan dan kegelisahannya.

Jika cara tersebut terasa memalukan dan ingin menulis buku yang lebih serius. Maka, bisa dikemas agar tidak terlihat drama. Kunci dari semua itu, tergantung kreativitas kita mengarahkan tema dan topik bahasan. Misalnya, mencari paragraf yang menarik dari buku yang kita sukai. Kemudian tulis satu paragraf saja, kemudian lakukan pengembangan. Jika trik-trik di atas sudah dilalui, biasanya akan lahir dengan sendiri ulasan yang ingin kita sampaikan.

Teman-teman, jika ingin tulisannya ada roh, perlu penghayatan. Ide yang biasa-biasa saja jika dikemas dengan penghayatan dan penjiwaan pembaca akan muncul emosinya. Emosi, dalam menulis buku menjadi penarik rasa ketertarikan.

Tulisan yang ditulis dengan penghayatan, mampu menghidupkan sebuah tulisan.

Contoh yang menghayati:

Gadis berambut panjang yang selalu mengintai dalam keraguan. Ia ingin selalu memergoki setiap derap langkah pejalan kaki di hadapannya. Keinginannya itu seakan terpancar di raut wajah yang kusam dan lugu. Ia hanya akan mengharap belas kasihan dari sang dermawan.

Contoh tidak menghayati:

Gadis itu mengharap belas kasihan orang-orang yang berjalan kaki di dekatnya.

Dari contoh tersebut, terlihat perbedaannya. Aturan penghayatan penting sekali selama penggarapan sebuah buku. Baik itu buku ajar, buku fiksi, buku motivasi, dan sebagainya. Butuh yang namanya impresi dan seni. Cara tersebut dapat diperoleh dengan banyak cara kreatif. Cara kreatif ada banyak, tidak terbatas. Di mana, setiap orang memiliki kreatif sendiri. Mungkin cara saya menulis kreatif dengan cara saya. Tentu, cara saya tidak bisa diterapkan dengan cara Bapa/Ibu. Misalnya, saya memulai tulisan dengan kata-kata kiasan atau puisi. Contohnya ada di blog saya.

Ini blog yang saya buat juga berkat bimbingan Omjay. Omjay memang seorang inspirator andal. Jangan lupa, menulis juga harus punya tujuan. Misalnya, saya menulis tujuannya untuk ekspresi diri, untuk naik pangkat, untuk hobi, dan sebagainya. Dengan tujuan tersebut, pasti segala cara akan kita gunakan.

Tak Terasa materi yang disampaikan Ya’ Dedi usai. Untaian kata yang benar-benar mengusik kalbu untuk bergerak mewujudkan mimpi menulis buku lagi agar lebih banyak karya yang lahir dariku. Sebuah penyemangat yang membangkitkan kembali angan yang lama diimpikan. Acara dilanjutkan tanya jawab yang dipandu Bu Kanjeng yang super duper juga. Semangatnya tak kalah dengan yang muda.

Satu demi satu pertanyaan dari peserta bergulir menghiasi layar HP. Inilah rangkumannya.

Membangkitkan emosi diri bisa dengan mencari permasalahan. Dengan permasalahan tersebut kita berusaha untuk mencari solusinya. Paling tidak masalah yang dekat dengan kita. Permasalahan tersebut kita analisis dan tuliskan sedikit demi sedikit. Tulisan Pak Made akan menarik karena akan mengundang emosional si pembaca. Hal ini perlu kepekaan dan seni dalam mengembangkannya. Nah, seni ini yang mewarnai tulisan kita.

Penghayatan itu seperti maksudnya mendeskripsikan sesuatu dengan perasaan yang mengundang penasaran atau pertanyaan si pembaca. Tidak langsung kita sebut gadis tapi dengan embel-embel. Jadi, kita masuk ke dalam jiwa sang gadis tersebut. Kalau kita masak harus ada bumbunya. Maka, masakan kita akan sedap tidak hambar.

Menyimpan ide menulis bisa di alat yg sudah kita punya. Simpan HP, laptop, buku catatan atau apa saja yang punya.

Jika ingin menulis berdasarkan kisah nyata atau inspirasi dari film kita gunakan kata-kata sederhana terlebih dahulu. Setelah tulisan selesai beberapa paragraf,  lihat dan bisa diedit. Apakah sudah tepat diksi atau belum. Cerita boleh sama, tapi cara pandang yang berbeda.  Mengangkat suatu kisah yang sudah difilmkan sebagai inspirasi tidak masalah asalkan beda dalam tulisannya.  Anggap saja itu pengalaman ketika menonton suatu kisah.

Cara memperkaya  wawasan  tentang impresi dan seni agar tulisan kita penuh penghayatan adalah dengan banyak membaca karya orang lain, berlatih untuk melakukan karya seni seperti puisi. Dengan latihan, kita akan terbiasa untuk membuat tulisan kita dengan seni dan penghayatan. Dari lingkungan dalam membuat karya seni. Gunakan kelas, lingkungan rumah, dan lingkungan masyrakat unruk memperkaya kosa kata dan jiwa seni.

Pak Dedi suka memulai tulisan dengan kata-kata kias dan puisi  juga suka membaca puisi-puisi dan karya buku yang menggunakan bahasa seni. Kiatnya, jangan lupa untuk bergaul dengan orang-orang yang berjiwa seni.

Allah menciptakan alam semesta ini dengan seni. Hambar rasanya kalau tidak ada seni. Bayangkan kalau Allah menciptakan kita tidaka ada hidung dan telingan, pasti tidak elok. Begitu juga dengan tulisan. Walaupun Bapak bergelut di bidang seni, tentunya ada jiwa seni dalam diri Bapak. Belajar dari keluarga dulu. Gunakan bahasa-bahasa syahdu. Insya Allah kita akan terbiasa. Guru Kimia menurut beliau wajib memiliki gaya seni supaya siswanya tidak bosan dan stress. Ketika kita menjadi idola siswa, itu berarti dalam diri kita sudah muncul seni dalam mengajar. Seni itu luas tidak berkutat dalam bidang bahasa saja.

Gunakan kata-kata yang pendek saja dulu. Misalanya, rembulan sudah menampakkan wajahnya. Ide sama saja. Cara memuncul ide sesuai dengan kebutuhannya. Ingin menulis buku tentang apa? Misalanya ingin menulis buku ajar bahasa arab. Tentunya harus mempelajari kurikulumnya dulu. Melihat buku-buku yang telah ada. Dari refleksi buku orang lain. Aakan bisa membuat karya yang lebih karena sudah mempelajari buku sebelumnya. Tentunya sudah menganalisis kelebihan dan kekurangannya.

 

Demikan ukiran kata yang bisa terungkap semoga bisa menjadikan kita terus bersyukur karena limpahan ilmu pada malam ini. Semua karena Allah memberi kemudahan dan kelancaran acara. Terima kasih Pak Dedi, Bu Kanjeng dan tak lupa OmJay. Barakallah. 

 

Salam Guru Blogger

@budiyantiAnggit

Ambarawa, 10 Oktober 2020.


20 komentar:

  1. Meninggalkan jejak untuk berkomentar, saya setuju grup pelatihan kita ini benar-benar menjadi teman terbaik. Saya pun tidak sabar menunggu pertemuan berikutnya. Selalu semangat untuk kita smeua

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar Bu. Saling kunjung dan berkomentar. Teman jadi tambah. Ilmu bertambah. Terima kasih

      Hapus
  2. Wow detail sekali resumenya bu, sukses yah..

    BalasHapus
  3. Mantul sekali resumenya.. Saya belum sempat buat. Hehehe

    BalasHapus
  4. Balasan
    1. Aamiin terima kasih sudah mampir. Sukses selalu buat pak Agung

      Hapus
  5. Ikut berkomentar ya!

    Pembukaan yang menarik dan beda dengan yang lain, karena menceritakan tentang diri sendiri. Tentu ini menjadi awal atau pembukaan yang original karena tidak dialami oleh orang lain.

    Selain itu, menceritakan tentang status. Dalam pikiran saya sejak kemarin, status itu lebih tepat di Facebook. Ternyata, ada juga status di Whatsapp. Wah, saya malah lupa! Hehe...

    Sekadar saran, untuk yang resume berikutnya Bu, perlu dibedakan antara yang disampaikan oleh narasumber dengan yang kita buat. Sebab, saya temukan paragraf setelah yang diberi tanda tebal itu "contoh tidak menghayati", ternyata memakai kata "saya".

    Padahal, seingat saya, pada kata "saya' di situ adalah narasumber yang bicara. Namun, di tulisan ini, jadi seakan-akan Ibu yang mengatakannya begitu.

    Sudah lebih lengkap dengan meresume sedikit tentang pertanyaan yang masuk. Nah, pada sesi pertanyaan ini, tidak semua ditulis di blog, termasuk saya sendiri juga begitu.

    Oke, selamat malam! Salam sukses dan terus berlatih menulis bersama. Salam juga buat keluarga Ibu.

    Wassalam...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wohhh terima kasih masukkannya. Benar ada yang kurang pas. Semoga ke depan lebih baik. Yang pertanyaan tidak saya tulis semuanya.

      Hapus
  6. semangat ibu terus berkobar ya buk semangatnya

    BalasHapus
  7. Kerrreeen 👍 bahasanya mudah dipahami karena di antar dengan kata sehari hari yg akrab dengan kita. Semangat

    BalasHapus
  8. Terima kasih Bu. Sukses selalu buat ibu

    BalasHapus
  9. Terima kasih Bu. Sukses selalu buat ibu

    BalasHapus
  10. Keren sekali tulisan sahabatku, fiksi dan nonfiksi swmua okey

    BalasHapus