Oleh : Budiyanti Anggit
Menjadi suatu kebahagiaan jika tulisan kita bisa mejeng di koran atau majalah. Hal ini tentu amat menyenangkan penulis. Bukan hal mudah untuk bisa tembus di majalah atau koran karena persaingan begitu ketat. Kita harus punya bekal dan fokus untuk bisa menulis di koran dan majalah.
Alhamdulillah hari Jumat, 23 Oktober 2020 malam telah hadir Bapak H. Encon pada kelas menulis bersama OmJay gelombang 16 pada putaran ke-9. Ya, bersyukur sekali kami, anggota kelas menulis mendapatkan ilmu yang bermanfaat agar tulisan kita bisa masuk koran. Kali ini kelas dipandu oleh Ibu Fatimah dari Aceh.
Sebelum materi dimulai, diawali dengan kronologis Pak Encon bisa menulis artikel mencapai kurang lebih 500 artikel. Subhanallah. Tulisan-tulisan yang dimuat di koran ini menjadi wasilah beliau menuju juara tingkat nasional guru berprestasi. Dengan takdir Allah pula beliau menjadi penerima Internasional dari Thailand tahun 2017 untuk mewakili bangsa Indonesia.
Awal mula tertarik dunia tulis menulis
Diceritakan
bahwa, waktu itu pada awalnya Haji Encon asal Majalengka. memang suka membaca
koran. Pikirnya mudah untuk menulis di
koran. Ternyata tidak semudah angannya sehingga tak berani menulis di koran. Saat SMP
H. Encon sudah suka menulis sederhana
di majalah dinding sekolah. Namun, tidak
berkembang karena belium tahu caranya. Saat duduk di SPG, beliau merupakan alumni
SPG kegiatan menulis mulai berkembang karena
tahu teknik cara menulis. Menulislah beliau di majalah dinding sekolah. Tulisan sederhananya berupa
artikel, cerpen atau sajak-sajak. Ada kebanggaan tersendiri ketika banyak teman
mulai mengapresiasi tulisannya. Atas saran gurunya untuk mengirim ke tabloid.
Tak diduga Pak Encon waktu kecil suka membuat kartun. Ada 150 kartun. Selain itu juga Encon kecil waktu itu mengirim humor-humor. Belum berani mengirim cerpen. Kartun yang ringan tersebut bisa dimuat dan honornya dikirim lewat wesel. Walaupun kecil honornya tapi memberikan semangat tersendiri. Rasanya amat luar biasa. Encon kecil pun bisa mentraktir teman-teman beli bakso di kantin sekolah. Kemudian dirinya mulai berani mencoba kirim cerpen.
Motivasi menulis
Sebenarnya bukan hanya honorarium tapi ada kenangan tersendiri ketika bisa menulis. Beliau mulai menyenangi dunia tulis-menulis seiring perjalanan waktu yang berkembang ketika banyak berinteraksi dengan rekan-rekan yang sama hobinya menulis. Di situlah beliau bertambah pengetahuan ilmu. Waktu itu semua tulisan dari mulai tabloid kecil khusus di pedesaan namanya Mita Desa.
Beliau mencoba mengirim tulisan ke induknya ke harian
umum Pikiran Rakyat. Alhamdulillah dengan izin Allah tulisannya selalu dimuat. Hanya waktu itu menulisnya beragam ada cerpen,
artikel ringan. Saran beliau pada kita bahwa jika ingin menulis produktif jangan dulu langsung terjun ke yang tingkat
nasional seperti Pikiran Rakyat. Mulailah
dari majalah-majalah atau tabloid.
Berkat hasil dari honorarium yang diperoleh dari tulisan-tulisan sederhana mulai dari cerpen sajak artikel Haji Encon bisa berangkat ke Bandung tanpa minta uang ke orang tua untuk tes Sipenmaru. Namun, sayangnya tidak diterima di perguruan tinggi tersebut sehingga waktu itu beliau tidak melanjutkan kuliah.
Tak patah semangat, pada tahun berikutnya mulai memberanikan diri mencoba mendaftar di perguruan tinggi swasta. Beliau akhirnya kuliah di Universitas Pasundan Bandung FKIP jurusan bahasa Indonesia.. Kenapa tertarik untuk masuk bahasa dan sastra Indonesia? awalnya karena ada seorang beranggapan bahwa menulis di koran atau majalah perlu diimbangi dengan gelar pendidikan.
Berkat
tulisan-tulisan yang dimuat di koran dan majalah bisa menutupi biaya kuliah hingga lulus.
Selain itu beliau juga membantu
rekan-rekan di Unpad yang membutuhkan bantuan makalah. Ada juga yang minta tolong
mengetik dan mengoreksi tulisan. Honorarium
dari jasa menulis sangat luar biasa waktu itu sehingga semakin menikmati
nikmatnya menulis.
Mempunyai komunitas menulis
Berapa komunitas menulis yang kita miliki saat ini? untuk meningkatkan kepenulisan kita harus punya beberapa komunitas menulis. Kalau ingin wangi berkumpulah dengan orang yang memakai minyak wangi. Kalau ingin jadi penulis ya berkumpulah dengan seorang penulis yang bisa dilakukan dalam komuntas menulis. Pada era saat ini banyak tergelar komunitas menulis yang jumlahnya amat banyak. Namun, kita harus selektif untuk menentukan komunitas.
Tak terkecuali Pak
Encon ternyata aktif juga bergabung dengan komunitas - komunitas para penulis.
Di antaranya, dengan komunitas Balai
Jurnalistik Bandung, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia. Dengan cara tersebut menjadikan
beliau belajar cara membuat artikel yang
baik, cara menulis cerpen yang baik. Kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan komunitas menulis itu menambah kemampuan ilmu.
Motivasi
dan semangat menulis bisa dilakukannya saat
membutuhkan uang banyak. Terus menulis tanpa henti. Waktu itu beliau masih menggunakan
mesin ketik. Saat orang lain terlelap. Dirinya masih ngetik di rumah kost. Wah,
Pak Encon perjuangannya luar biasa. Jadi bisa dibayangkan saat mengetik. Pasti
seru dengan TIk—Tik—TIK menghiasi malam demi malam. Mesin ketik jadul kini
masih tersimpan rapi sebagai kenangan tentunya.
Tulis menulis terus berlanjut. Karyanya berupa cerita anak cerita dikirim ke harian umum Pikiran Rakyat. Satu bulan kemudian setelah kirim, cerita dimuat di koran. Honornya lumayan besar. Menulis menjadi salah satu motivasi sehingga terselesaikannya secara finansial maupun secara akademis. Luar biasa ya…
Menurut
H. Encon, hal penting cara menulis artikel untuk koran dan majalah adalah sebagai
berikut.
Pertama,
membaca.
Membaca
koran menjadi kewajiban orang yang ingin menulis artikel koran atau majalah. Sering
membaca apa yang sedang trend yang
dibicarakan oleh masyarakat atau publik sehingga nanti kita mudah membahas sisi
lain dari hal tersebut.
Kedua,
terus menulis. Bagi penulis pemula yang ingin tulisaanya
bisa tembus di koran atau majalah sebaiknya
terus mengirim tulisan. Jadi setiap hari kirim saja tulisannya. Ketika
kita sering mengirim tulisan ke koran maka dari 10 tulisan. umpama minimal dua
atau tiga bisa dimuat itu hal yang sangat bagus. Namun, kebanyakan para penulis
pemula seringkali baru kirim satu kali ditunggu sampai terbit. Model begini itu tidak boleh dilakukan. Yang
baik itu setiap hari kirim tulisan walaupun belum dimuat. Sambil menunggu
tulisan terbit, kita terus menulis. Umpama belum bisa terbit, kita harus terus
mencoba kirim. Jangan patah semangat.
Ketiga,
Fokus. Para pemula yang akan menulis artikel untuk koran
dan majalah jangan sekali dua kali saja. Apalagi ketika ditolak, biasanya
penulis tidak kirim lagi. Malas menulis lagi.
Padahal kalau kita fokus, ada
harapan suatu hari nanti tulisannya bisa dimuat di koran seluruh Indonesia. Tentu
hal ini amat menyenangkan. Selain itu trik mental harus tetap kokoh dan kuat berjuang untuk mengirim
tulisan ke koran.
Keempat,
membuat kliping.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah membuat kliping koran karya
orang lain. Bagi para penulis pemula
amat penting. Setiap hari besar atau hari penting tertentu, kita sebaiknya
membuat kliping tema-tema tertentu dari berbagai koran. Hal ini bisa menjadi
referensi pada tahun berikutnya. Cara tersebut telah dilakukan oleh H. Encon. Bahkan
kliping karya beliau yang dimuat telah terkliping sampai saat ini.
Tak terasa waktu bergulir. Voice note dari Pak Encon telah memberikan ilmu yang banyak bagi peserta. Saatnya tanya jawab yang dipandu oleh Ibu Fatimah dengan kesimpulan sebagai berikut.
1. Keterampilan menulis ada levelnya. Sebenarnya ada level rendah, tinggi. Level terendahitu adalah menulis di blog. Jadi kalau kita sudah punya blog. Lewat blog kita akan belajar menulis.
2. Membuat buku antologi juga bisa
menjadi semangat untuk terus menulis. Kalau sudah bicara menulis buku itu ada
beberapa jenis. Buku karya bersama , buku solo dengan level tertinggi. Buku
solo itu kesukarannya cukup tinggi. Buku
karya bersama termasuk level sedang karena
ditulis maksimal 4 orang dan ini bisa digunakan untuk angka kredit.
3. Penulis pemula yang betul-betul
belum pernah menulis sebaiknya menulis di blog. Tahapan keduanya menulis buku
antologi. Kalau Menulis artikel termasuk level menengah. Sebenarnya itu sangat
mudah tetapi yang sulit itu dimuatnya karena tulisan koran sudah masuk tatanan industri.
atau disebut tatanan dagang. Jadi perlu pertimbangan redaktur lebih lanjut agar bisa dimuat di koran.
4. Yang pertama harus dikuasi cara
menulis di koran adalah judul artikel, cara menulis intro, memaparkan
pembahasan artikel dan cara menutup tulisan. Komponen-komponen tersebut butuh
praktik. Diumpamakan, kita memiliki banyak buku tentang materi berenang. Kita
sering menyimak cara berenang tetapi ketika kita tidak praktik langsung tentu
agak susah. Namun, yang lebih cepat itu diantara praktik berenang adalah ketika
ada mentor, ada pembimbing renang yang
meluruskan membenarkan memberikan.
5. Mengenal gaya tulisan di majalah atau koran. Gaya tulisan di tabloid atau koran satu dengan lainnya mempunyai gaya tulisan tersendiri, Kita harus paham dulu jenis tulisan sebelum mengirimkan.
Sungguh
luar biasa ilmu yang disampaikan Pak Encon. Berdasarkan paparan yang
disampaikan beliau menjadikan kami mendapat nutrisi yang bergizi. Terima kasih
Pak Encon, Omjay dan Bu Fatimah. Barakallah.
Ambarawa, 25 Oktober 2020
Waah lengkap sekali bu, keren
BalasHapusTerima kasih atas kunjungannnya.
HapusResumenya lengkap, bagus.
BalasHapusTerima kasih Bu Ida cantik.
Hapusmantap bu...
BalasHapusTerima kasih Bu Nunung
HapusWah lengkap dan sistematis resumenya bu, sukses
BalasHapusTerima kasih Bu Tini.
HapusSipp bu
BalasHapusTerima kasih Bu Ning
HapusHebat bu, salam literasi.
BalasHapusTerima kasih. Salam literasi
HapusSuper lengkap resumenya, sukses b' Budiyanti ....
BalasHapusAamiin. Sukses juga untuk Pak Andri
HapusLengkap sekali...mantab..semoga kian bagus dari ke depan...sukses
BalasHapusTerima kasih Bu Yuli. Sukses untuk kita
HapusResume yang bagus. Sepertinya ada kesalahan penulisan nama tabloid 'Mita Desa', seharusnya Mitra Desa kalau tidak salah. Sama jujur Saya sedikit terganggu dengan penulisan TIk - Tik - TIK. Kayaknya akan lebih enak jika ditulis seragam Tik Tik Tik. Tabik. 🙏
BalasHapusTerima kasih Pak Sudomo. Ya ada kesalahan ternyata. Terima kasih koreksinya. Maaf kurang teliti
Hapus