Jumat, 30 Oktober 2020
BUKAN GURU BIASA ALA CIKGU THERESIA
Rabu, 28 Oktober 2020
BIDADARI CANTIK TELAH HADIR DI KELUARGAKU
Oleh : Budiyanti Anggit
Rasa bahagia menyeruak di hatiku. Berulang kali ucap syukur kulantunkan. Semua anggota keluarga menyambut dengan suka cita atas kehadiran bidadari kecil nan cantik di dunia ini.
Semua amat bahagia. Akung dan Uti, sapaan mereka pada kami amat bahagia. Terlebih ayah dan bundanya. Selamat Ya Ayah Bunda. Ya, inilah penantian keluargaku. Anak kami semuanya cowok. dan cucu pertama juga cowok. Alhamdulillah kini bidadari kecil hadir di keluarga kami.
Tepat pukul 11.56, Bundanya Rafa masuk ruang operasi. Hati rasanya tak karuan seperti saat kelahiran cucu pertama tiga tahun lalu. Dulu tiba-tiba sakit gigi, gak napsu makan dan lainnya. Namun, kali ini agak mendingan tidak seperti dulu. Detik demi detik kulantunkan doa.
[Bismilah,
semoga lancar dan sehat] tulisku di grup WA.
Selang satu jam. tepatnya pukul 12. 54 aku buka HP. Foto cantik menghiasi layar HP. Bidadari mungil tampak sehat dengan wajah putih bersih nan cantik dengan berat 3 kg. Kelahiran dengan caesar lagi karena dulu juga proses persalinan juga caesar.
“Allahu Akbar,. Alhamdulilah. Terima kasih Ya Allah,” ucapku lirih hingga terdengar teman yang berada di sampingku. Sementara guru lain sedang menikmati indahnya bunga warna-warni, aku duduk memeloti HP. Kusentuh gambar si cantik. Rasa bahagia menyusup kalbu. Grup keluarga pun ramai dengan ucapan selamat.
Sesaat kupendam untuk VC karena jika saat itu takutnya bisa mengganggu. Hingga akhirnya saat sampai sekolah aku bisa VC anakku yang melahirkan tanpa ditunggui satu pun orang tua. Sebenarnya kasihan juga. Namun, jarak yang menjadikan kami belum bisa terbang menunggui kelahiran cucu kedua.
Si Cantik mungil hanya kami lihat lewat VC dan foto dari grup keluarga. Walaupun berjauhan kami amat bahagia. Sebenarnya hati ini ingin juga terbang untuk mencium si bidadari kecil itu.
Rasanya ingin menggendong dan memeluk erat. Namun, keadaanlah yang menjadikan kami tidak bisa terbang ke kota nan jauh di sana yaitu di NTT tepatnya di Mataram Lombok.
Hanya doa yang bisa kami lantunkan. Nasi gudangan sebagai rasa syukur telah aku buat. Semoga cucuku sehat, menjadi anak solehah. Semoga sesaat lagi kami bisa segera bertemu keluarga Lombok. Aamiin.
GURU HEBAT, LITERASI KUAT, USAHA MELESAT
Oleh
: Budiyanti Anggit
Menjadi guru hebat yang sangat inspiratif itu dambaan seorang pendidik. Misalnya, menjadi guru yang bisa memberi contoh pada anak didiknya, menjadi literat yang bisa meneladani anak didik atau bisa menulis buku yang menjadi kebanggaan guru.
Namun, menjadi guru sekaligus menjadi pengusaha hebat adalah sebuah gebrakan hebat yang sangat inspiratif bagi kita. Tentu butuh perjuangan yang harus kita lalui.
Gerakan literasi selain bisa menulis buku, mengajak gemar membaca adalah mengembangkan usaha. Tentu saja semuanya adalah literat yang dikembangkan. Guru menulis tanpa membaca adalah tak mungkin. Guru berbisnis juga telah mempraktikkan literasi tentunya.
Dengan literasi kuat usaha kuat. Mampukah seorang guru yang sibuk dengan seabrek pekerjaan mengembangkan usaha? Mari kita simak tulisan berikut.
Tamu
istimewa malam ini, Rabu 28 Oktober 2020 bertepatan dengan peringatan hari Sumpah Pemuda dan hari ulang tahun OmJay adalah Ibu Betty. Seorang guru yang mempunyai
usaha luar biasa. Kisahnya bisa kita
simak dalam rangkuman kelas menulis ke-11 pada gelombang 16.
Alhamdulillah saya bisa mengikuti kelas ini sampai tuntas. Setelah dipandu Ibu Aam, kelas dimulai dengan cerita singkat Ibu Betty yang merupakan gurunya Pak Nadiem. Beliau berbagi pengalaman menjadi guru sampai mempunyai usaha.
Kita ambil hikmahnya. Bukankah berguru itu di mana saja. Menulis pun nantinya akan merambah juga dunia usaha. Usaha penerbitan, usaha penjualan buku dan lainnya.
Pada era pandemi Covid-19 ini menjadikan guru kreatif dalam mengajar. Kita sebagai guru mempunyai peluang besar untuk menjadi pengusaha karena kita mempunyai pangsa pasar yang banyak. Mulai dari murid, orang tua murid, teman seprofesi dan lainya.
Jika ada kesempatan kepala Bu Betty sering muter. Kira- kira kalau jualan, apa yang akan dibeli orang atau diperlukan orang. Awalnya Bu Betty berjualan itu hanya suka saja. Tidak laku ya suka saja. Namun, dalam ilmu jualan seperti itu itu tidak boleh. Hal itu diketahuinya setelah belajar lewat pelatihan UMKM.
Bu
Betty memulai jualan itu membuat kursus.
Beliau awalnya membuat kursus Aritmatika
tahun 1996. Kemudian menulis buku aritmatika lalu menjualnya sendiri dengan mengadakan pelatihan
-pelatihan. Nah, ini buah dari literasi juga kan?
Pada
tahun 1998 beliau memiliki 24 cabang untuk daerah bekasi saja, belum termasuk
luar daerah. Pada tahun 2003 beliau mulai
mendirikan sekolah TK dan TPQ. Pada tahun 2004 mulai dengan SD. Itu juga usaha
, walau itu bukan profit yang kita tujukan. Profit dengan serta merta ikut
serta.
Alhamdulillah sampai saat ini sekolah masih eksis. Dengan mendirikan sekolah tersebut beliau banyak berkenalan dengan orang dan banyak kegiatan yang membuat bisa berprestasi.
Wawasan menjadi bertambah luas. Kesungguhannya dalam usaha patut ditiru. Ketika kita pengen membuat kue, kita harus sungguh-sungguh belajar tentu akan membuahkan hasil. Begitu pun dalam menulis. Jika kita sungguh-sungguh menulis, buku pun mudah kita wujudkan.
Kesungguhan
dalam mengelola TBM (Taman Bacaan Masyarakat) menjadi bagian literasi Beliau.
Dua TBM yaitu INSAN KAMIL dan TBM KARTINI KREATIF selain mengikuti di gareulis,
kebetulan pengurus juga. Cafe sukses dan aktif di UKM.
Karena musibah Covid ini usaha yang baru dirintis juga mengalami kemacetan yang sangat berdampak. Alhamdulillah pada masa ini pemerintah kota bekasi dan Indonesia pada umumnya sangat memperhatikan UMKM. Bu Betty dapat mengikuti berbagai pelatihan dengan gratis.
Produk Bu Betty sudah mendapatkan izin PIRT dan sertifikat halal. Sebuah usaha cefe kini telah ada di dekat rumahnya. Usaha suksea telah digerakkan di tengah kesibukan sebagai guru dan juga sebagai pendiri taman bacaan masyarakat. Luar biasa Ibu Betty. Beliau amat inspiratif.
Beberapa
tips sukses pengusaha sukses ala Bu Betty adalah sebagai berikut.
1. Buka usaha sendiri itu kita bisa sesuaikan dengan ide dan keinginan. Kita harus lebih kerja keras. Kita buat situasi kerja yang enak saja dengan rekan kerja seperti saudara sendiri. Perselisihan atau beda pendapat itu pasti ada, tapi harus segera diselesaikan.
2. Pandai membagi waktu antara mengajar dan sebagai pengusaha.
3.
Usaha dengan sungguh sungguh dan selalu mohon ridhonya Allah.
4.
Memulai usaha harus pede. Kalau menawarkan harus siap. Yakin akan produk kita.
5.
Kesungguhan. Kesungguhan dalam
setiap usaha akan menghasilkan sebuah karya.
6. Mental. Mental harus kita
persiapan. Jangan dulu memikirkan modak. Kalau menunggu modal, nanti tidak jadi
terwujud. Modal kecil, seadanya dulu. Nanti suatu saat akan membuat pondasi
yang kuat.
7.
Enjoy melaksanakannya. Apa pun
usaha asal diniati dengan menyenangkan tentunya akan bisa tercipta kebahagiaan
yang berujung pada keberhasilan.
Guru Penulis yang kreatif akan menjadikan kita berhasil. Guru hebat adalah yang kreatif, literasi kuat, InsyaAllah akan menjadi pengusaha yang melesat. Selamat berkarya Bapak Ibu guru hebat.
Salam
Guru Blogger.
Ambarawa,
29 Oktober 2020.
Senin, 26 Oktober 2020
CARA MUDAH MENERBITKAN BUKU
Oleh : Budiyanti Anggit
Seperti
yang telah disampaikan Bapak Thamrin Dahlan pada pertemuan lalu adalah muara
menulis adalah buku. Seperti pada kegiatan kelas menulis kita saat ini tentunya
ingin juga menerbitkan buku. Buah perjuangan selama 20 kali pertemuan akan
menjadi kebanggaan kita. Mampukah kita? masih ada beberapa pertemuan yang akan
menambah materi calon buku kita.
Perlu
semangat dan motivasi agar kita dapat mewujudkan mimpi mempunyai buku. Dengan menerbitkan
buku berarti kita telah lulus sekolah. Semoga saja ada jejak yang menjadi
kenangan pada diri kita yang pernah mengikuti kelas gratis ini.
Pada
pertemuan ke-10, Senin 26 Oktober 2020 telah hadir guru muda penuh energik, Pak
Brian Prasetyawan. Bapak guru SD yang profilnya pernah dimuat dalam buku
berjudul "Majors For The Future". ini berbagi ilmu tentang penerbitan
buku. Berkat pengalamannya, Pak guru
muda Raimundus Brian Prasetyawan, S.Pd yang lahir di Jakarta, 30 Juni 1992
memberi solusi tepat agar resume pada kelas menulis menjadi buku.
Bapak
Ibu, kita harus mempunyai bekal untuk menerbitkan buku. Seperti dalam resume saya yang lalu bahwa ada dua penerbitan yaitu indie
dan mayor. Menurut Pak Brian bahwa menerbitkan secara indie atau disebut independen itu mudah. Apalagi kita telah
mempunyai resemu yang berjumlah 20-an. Tentu sudah ada modal untuk bisa
diterbitkan.
Dijelaskan
pula bahwa kita harus bisa menyusun kumpulan resume dalam bentuk format buku.
Kita bisa bebas menerbitkan di mana saja yang kita inginkan. Seperti pada
pertemuan lalu pernah ada info tentang menerbitkan di Kamila Press atau di YPTD
secara gratis. Kita bisa memilih yang cocok dengan hati. Format kepenulisan
biasanya ditentukan penerbit yang dipilih.
Berdasarkan
pengalaman, banyak kok penerbitan yang ada di sekitar kita. Pak Brian juga
punya rekanan juga nih. Hebat ya guru muda ini. Namun, kita harus selektif juga
untuk memilih penerbit. Banyak yang amanah tetapi ada juga yang penuh yang
tidak lho. Sampai berbulan-bulan tidak
terbit juga ada. Ada juga yang berusaha
mengelabui penulis. Nah, pada kesempatan ini Pak Brian telah mempunyai rekanan
yang tentu saja bisa dipertanggungjawabkan. Berikut yang disampaikan oleh Pak
Brian.
Yang perlu dipersiapan adalah
sebagai berikut.
A.
Bentuk naskah
1.
Jadikan satu resemu dalam file microsof
word.
2.
Ukuran kertas ada yang A4 atau
ada juga A4. Menurut penerbit. kalau saya biasanya A4 kemudian penerbit yang
mengatur layout.
3.
Huruf times new roman, ukuran
12
4.
Spasi 1,5
5.
Margin 2 cm semua
6.
Paragraf rata kiri-kanan
(justify)
B.
Kelengkapan naskah
1. cover (judul buku dan nama
penulis saja),
2. kata pengantar,
3. daftar isi (tanpa nomor halaman), profil penulis, sinopsis (3 paragraf. Masing-masing paragraf
kalimat)
4. Jadi semuanya dalam satu file.
Tidak dipisah-pisah menjadi beberapa file
5. Tidak ada batas minimal jumlah
halama
6. 30 halaman A5 saja tetap
diterbitkan
7. Ukuran kertas A5 (14x20cm)
C. Urutan
1.
Kata Pengantar
2.
Daftar Isi
3.
Isi naskah
4.
Profil Penulis
5.
Sinopsis
D.
Biaya
a.
biayanya 300.000, penulis
mendapat fasilitas penerbitan, desain cover, ISBN, layout, edit ringan, 2 Buku
bukti terbit, E-Sertifikat
b.
Sebagai gambaran: 100 halaman
A5 = 33.250
c.
Harga cetak per buku tergantung
jumlah halaman. 4. Kualitas seperti penerbit pada umumnya. Kertas bookpaper 57
gram, jilid lem panas
d.
Soft cover bahan art carton 260
gms, binding, laminating glossy
e. Wrapping plastik
Jelas
kan Bapak Ibu. Mari kita wujudkan bersama untuk menerbitkan buku. Syukur bisa
diterbitkan di penerbit mayor seperti buku kedua Pak Brian. Semoga lancar ya Ya
Pak Brian.
Selain
kita optimis untuk bisa menerbitkan buku, menurut Pak Brian perlu adanya
motivasi dan kepercayaan diri. Jika motivasi dari diri sendiri akan naik-turun,
sebaiknya ikutan komunitas, seperti
pelatihan belajar menulis ini.
Untuk
percaya diri, Pak Brian banyak membandingkan buku-buku dari berbagai penerbit
indie. Ternyata isi tulisannya tidak harus yang berat-berat. Tulisan tentang
keseharian saja bisa diterbitkan.
Sebelum
diterbitkan kita juga harus perlu
melakukan swasunting atau mengedit sendiri tapi tidak usah membayangkan
mengedit dengan ketentuan tingkat tinggi. Edit saja hal-hal kecil seperti typo
(salah ketik) dan merapikan susunan paragraf.
Ilmu
mengedit bisa dimulai dari dua hal sederhana adalah paragraf jangan berisi terlalu banyak kalimat.Mulailah
membiasakan membuat kalimat yang pendek-pendek. Kalimat panjang cenderung akan
membingungkan.
Pak
Brian juga memberikan tips bahwa menulis jangan ragu. Apa saja bisa ditulis. Karena
tulisan yang kita anggap biasa, bisa saja dianggap luar biasa bagi orang lain.
Tidak perlu memikirkan bahwa menulis itu harus begini, harus begitu. Mulai aja
dulu.
Tak
terasa waktu bergulir. Kelas berakhir dengan menyisakan berbagai pertamyaan
yang belum terjawab. Antusias peserta begitu semangat. Pak Brian memberi kesimpulan
perkuliahan malam ini adalah sekarang ini menerbitkan buku semakin mudah.
Tulisan apapun bisa diterbitkan. Jalan yang harus dilewati untuk menerbitkan
buku semakin jelas dan terbuka. Tuntaskan sampai buku terbit. Jangan berhenti
di satu buku. Harapan Pak Brian, mudah-mudahan
berlanjut menerbitkan buku kedua, ketiga, dan seterusnya. Aamiin.
Ilmu
bermanfaat telah kami terima semoga bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua.
Terima kasih Omjay, Pak Brian dan Bu Aam. Semoga ilmu ini membawa keberkahan.
Ambarawa,
26 Oktober 2020
Sabtu, 24 Oktober 2020
KIAT SUKSES MENULIS DI KORAN DAN MAJALAH
Oleh : Budiyanti Anggit
Menjadi suatu kebahagiaan jika tulisan kita bisa mejeng di koran atau majalah. Hal ini tentu amat menyenangkan penulis. Bukan hal mudah untuk bisa tembus di majalah atau koran karena persaingan begitu ketat. Kita harus punya bekal dan fokus untuk bisa menulis di koran dan majalah.
Alhamdulillah hari Jumat, 23 Oktober 2020 malam telah hadir Bapak H. Encon pada kelas menulis bersama OmJay gelombang 16 pada putaran ke-9. Ya, bersyukur sekali kami, anggota kelas menulis mendapatkan ilmu yang bermanfaat agar tulisan kita bisa masuk koran. Kali ini kelas dipandu oleh Ibu Fatimah dari Aceh.
Sebelum materi dimulai, diawali dengan kronologis Pak Encon bisa menulis artikel mencapai kurang lebih 500 artikel. Subhanallah. Tulisan-tulisan yang dimuat di koran ini menjadi wasilah beliau menuju juara tingkat nasional guru berprestasi. Dengan takdir Allah pula beliau menjadi penerima Internasional dari Thailand tahun 2017 untuk mewakili bangsa Indonesia.
Awal mula tertarik dunia tulis menulis
Diceritakan
bahwa, waktu itu pada awalnya Haji Encon asal Majalengka. memang suka membaca
koran. Pikirnya mudah untuk menulis di
koran. Ternyata tidak semudah angannya sehingga tak berani menulis di koran. Saat SMP
H. Encon sudah suka menulis sederhana
di majalah dinding sekolah. Namun, tidak
berkembang karena belium tahu caranya. Saat duduk di SPG, beliau merupakan alumni
SPG kegiatan menulis mulai berkembang karena
tahu teknik cara menulis. Menulislah beliau di majalah dinding sekolah. Tulisan sederhananya berupa
artikel, cerpen atau sajak-sajak. Ada kebanggaan tersendiri ketika banyak teman
mulai mengapresiasi tulisannya. Atas saran gurunya untuk mengirim ke tabloid.
Tak diduga Pak Encon waktu kecil suka membuat kartun. Ada 150 kartun. Selain itu juga Encon kecil waktu itu mengirim humor-humor. Belum berani mengirim cerpen. Kartun yang ringan tersebut bisa dimuat dan honornya dikirim lewat wesel. Walaupun kecil honornya tapi memberikan semangat tersendiri. Rasanya amat luar biasa. Encon kecil pun bisa mentraktir teman-teman beli bakso di kantin sekolah. Kemudian dirinya mulai berani mencoba kirim cerpen.
Motivasi menulis
Sebenarnya bukan hanya honorarium tapi ada kenangan tersendiri ketika bisa menulis. Beliau mulai menyenangi dunia tulis-menulis seiring perjalanan waktu yang berkembang ketika banyak berinteraksi dengan rekan-rekan yang sama hobinya menulis. Di situlah beliau bertambah pengetahuan ilmu. Waktu itu semua tulisan dari mulai tabloid kecil khusus di pedesaan namanya Mita Desa.
Beliau mencoba mengirim tulisan ke induknya ke harian
umum Pikiran Rakyat. Alhamdulillah dengan izin Allah tulisannya selalu dimuat. Hanya waktu itu menulisnya beragam ada cerpen,
artikel ringan. Saran beliau pada kita bahwa jika ingin menulis produktif jangan dulu langsung terjun ke yang tingkat
nasional seperti Pikiran Rakyat. Mulailah
dari majalah-majalah atau tabloid.
Berkat hasil dari honorarium yang diperoleh dari tulisan-tulisan sederhana mulai dari cerpen sajak artikel Haji Encon bisa berangkat ke Bandung tanpa minta uang ke orang tua untuk tes Sipenmaru. Namun, sayangnya tidak diterima di perguruan tinggi tersebut sehingga waktu itu beliau tidak melanjutkan kuliah.
Tak patah semangat, pada tahun berikutnya mulai memberanikan diri mencoba mendaftar di perguruan tinggi swasta. Beliau akhirnya kuliah di Universitas Pasundan Bandung FKIP jurusan bahasa Indonesia.. Kenapa tertarik untuk masuk bahasa dan sastra Indonesia? awalnya karena ada seorang beranggapan bahwa menulis di koran atau majalah perlu diimbangi dengan gelar pendidikan.
Berkat
tulisan-tulisan yang dimuat di koran dan majalah bisa menutupi biaya kuliah hingga lulus.
Selain itu beliau juga membantu
rekan-rekan di Unpad yang membutuhkan bantuan makalah. Ada juga yang minta tolong
mengetik dan mengoreksi tulisan. Honorarium
dari jasa menulis sangat luar biasa waktu itu sehingga semakin menikmati
nikmatnya menulis.
Mempunyai komunitas menulis
Berapa komunitas menulis yang kita miliki saat ini? untuk meningkatkan kepenulisan kita harus punya beberapa komunitas menulis. Kalau ingin wangi berkumpulah dengan orang yang memakai minyak wangi. Kalau ingin jadi penulis ya berkumpulah dengan seorang penulis yang bisa dilakukan dalam komuntas menulis. Pada era saat ini banyak tergelar komunitas menulis yang jumlahnya amat banyak. Namun, kita harus selektif untuk menentukan komunitas.
Tak terkecuali Pak
Encon ternyata aktif juga bergabung dengan komunitas - komunitas para penulis.
Di antaranya, dengan komunitas Balai
Jurnalistik Bandung, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia. Dengan cara tersebut menjadikan
beliau belajar cara membuat artikel yang
baik, cara menulis cerpen yang baik. Kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan komunitas menulis itu menambah kemampuan ilmu.
Motivasi
dan semangat menulis bisa dilakukannya saat
membutuhkan uang banyak. Terus menulis tanpa henti. Waktu itu beliau masih menggunakan
mesin ketik. Saat orang lain terlelap. Dirinya masih ngetik di rumah kost. Wah,
Pak Encon perjuangannya luar biasa. Jadi bisa dibayangkan saat mengetik. Pasti
seru dengan TIk—Tik—TIK menghiasi malam demi malam. Mesin ketik jadul kini
masih tersimpan rapi sebagai kenangan tentunya.
Tulis menulis terus berlanjut. Karyanya berupa cerita anak cerita dikirim ke harian umum Pikiran Rakyat. Satu bulan kemudian setelah kirim, cerita dimuat di koran. Honornya lumayan besar. Menulis menjadi salah satu motivasi sehingga terselesaikannya secara finansial maupun secara akademis. Luar biasa ya…
Menurut
H. Encon, hal penting cara menulis artikel untuk koran dan majalah adalah sebagai
berikut.
Pertama,
membaca.
Membaca
koran menjadi kewajiban orang yang ingin menulis artikel koran atau majalah. Sering
membaca apa yang sedang trend yang
dibicarakan oleh masyarakat atau publik sehingga nanti kita mudah membahas sisi
lain dari hal tersebut.
Kedua,
terus menulis. Bagi penulis pemula yang ingin tulisaanya
bisa tembus di koran atau majalah sebaiknya
terus mengirim tulisan. Jadi setiap hari kirim saja tulisannya. Ketika
kita sering mengirim tulisan ke koran maka dari 10 tulisan. umpama minimal dua
atau tiga bisa dimuat itu hal yang sangat bagus. Namun, kebanyakan para penulis
pemula seringkali baru kirim satu kali ditunggu sampai terbit. Model begini itu tidak boleh dilakukan. Yang
baik itu setiap hari kirim tulisan walaupun belum dimuat. Sambil menunggu
tulisan terbit, kita terus menulis. Umpama belum bisa terbit, kita harus terus
mencoba kirim. Jangan patah semangat.
Ketiga,
Fokus. Para pemula yang akan menulis artikel untuk koran
dan majalah jangan sekali dua kali saja. Apalagi ketika ditolak, biasanya
penulis tidak kirim lagi. Malas menulis lagi.
Padahal kalau kita fokus, ada
harapan suatu hari nanti tulisannya bisa dimuat di koran seluruh Indonesia. Tentu
hal ini amat menyenangkan. Selain itu trik mental harus tetap kokoh dan kuat berjuang untuk mengirim
tulisan ke koran.
Keempat,
membuat kliping.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah membuat kliping koran karya
orang lain. Bagi para penulis pemula
amat penting. Setiap hari besar atau hari penting tertentu, kita sebaiknya
membuat kliping tema-tema tertentu dari berbagai koran. Hal ini bisa menjadi
referensi pada tahun berikutnya. Cara tersebut telah dilakukan oleh H. Encon. Bahkan
kliping karya beliau yang dimuat telah terkliping sampai saat ini.
Tak terasa waktu bergulir. Voice note dari Pak Encon telah memberikan ilmu yang banyak bagi peserta. Saatnya tanya jawab yang dipandu oleh Ibu Fatimah dengan kesimpulan sebagai berikut.
1. Keterampilan menulis ada levelnya. Sebenarnya ada level rendah, tinggi. Level terendahitu adalah menulis di blog. Jadi kalau kita sudah punya blog. Lewat blog kita akan belajar menulis.
2. Membuat buku antologi juga bisa
menjadi semangat untuk terus menulis. Kalau sudah bicara menulis buku itu ada
beberapa jenis. Buku karya bersama , buku solo dengan level tertinggi. Buku
solo itu kesukarannya cukup tinggi. Buku
karya bersama termasuk level sedang karena
ditulis maksimal 4 orang dan ini bisa digunakan untuk angka kredit.
3. Penulis pemula yang betul-betul
belum pernah menulis sebaiknya menulis di blog. Tahapan keduanya menulis buku
antologi. Kalau Menulis artikel termasuk level menengah. Sebenarnya itu sangat
mudah tetapi yang sulit itu dimuatnya karena tulisan koran sudah masuk tatanan industri.
atau disebut tatanan dagang. Jadi perlu pertimbangan redaktur lebih lanjut agar bisa dimuat di koran.
4. Yang pertama harus dikuasi cara
menulis di koran adalah judul artikel, cara menulis intro, memaparkan
pembahasan artikel dan cara menutup tulisan. Komponen-komponen tersebut butuh
praktik. Diumpamakan, kita memiliki banyak buku tentang materi berenang. Kita
sering menyimak cara berenang tetapi ketika kita tidak praktik langsung tentu
agak susah. Namun, yang lebih cepat itu diantara praktik berenang adalah ketika
ada mentor, ada pembimbing renang yang
meluruskan membenarkan memberikan.
5. Mengenal gaya tulisan di majalah atau koran. Gaya tulisan di tabloid atau koran satu dengan lainnya mempunyai gaya tulisan tersendiri, Kita harus paham dulu jenis tulisan sebelum mengirimkan.
Sungguh
luar biasa ilmu yang disampaikan Pak Encon. Berdasarkan paparan yang
disampaikan beliau menjadikan kami mendapat nutrisi yang bergizi. Terima kasih
Pak Encon, Omjay dan Bu Fatimah. Barakallah.
Ambarawa, 25 Oktober 2020
Kamis, 22 Oktober 2020
JURUS JITU MENGATASI HAMBATAN MENULIS
Oleh : Budiyanti Anggit
Dalam dunia tulis menulis, ada hambatan yang kadang sering muncul saat kita mulai menulis. Tidak mood, sulit menemukan ide atau bingung mau meneruskan tulisan yang sudah di tengah jalan. Tulisan yang sudah di angan bisa hilang begitu saja. Pernahkah mengalami seperti ini? Banyak yang meninggalkan tulisan tanpa mampu menyelesaikannya. Tulisan pun akhirnya tidak selesai. Nah bagaimana mengatasi hambatan tersebut?
Seorang
penulis muda yang cantik telah hadir dalam kuliah menulis pada gelombang 16.
Ibu muda yang bernama Noralia Purwa Yunita, biasa dipanggil Nora, asli Kudus
dan sekarang menetap di Semarang telah mampu menjawab hambatan yang dialami
para penulis.
Penulis
muda yang telah menyelesaikan program magister pendidikan di
Universitas Negeri Semarang mengawali cerita tentang karyanya yang lahir saat wabah covid-19.
Saat ini penulis bekerja sebagai pengajar
di SMP Negeri 8 Semarang ini mengatakan bahwa wabah pandemic covid-
19 telah menjadi berkah baginya karena memulai lagi berkarya. Artikel kedua di
majalah pendidikan geliat gemilang Band. Karya ini tidak lepas dari tangan
dingin om Jay karena dia dapat menghasilkan beberapa karya berkat ikut
pelatihan kelas menulis pada gelombang 8.
Ibu
guru SMP N 8 Semarang ini bercerita bahwa ada 3 buku yang sedang proses
pembuatan. Buku solo berjudul Kiat
Menulis Modul Berbasis Riset, hasil
dari pengubahan tesis menjadi buku. Buku kedua Seri Ekoji Academy kolaborasi
dengan Prof. Eko berjudul Gamifikasi,
Belajar Menyenangkan Seasyik Bermain Game. Karya bersam siswa berupa
antologi berjudul Aku dan Corona. Semuanya
sedang dalam proses pengerjaan.
Banyak kendala yang ditemui selama proses pengerjaan beberapa buku tersebut.
Apalagi
di masa Pandemi seperti sekarang.
Pertama, kesibukan. Kita lebih disibukkan dengan segala jenis kegiatan pembelajaran, karena daring jauh lebih banyak persiapan daripada tatap muka: Banyaknya kegiatan menjadi kendala utama tetapi skala prioritas menjadi pilihan agar semua pekerjaan terselesaikan.
Kedua, jenuh
Rasa jenuh memang sering menghantui seorang penulis. Jenuh karena tidak selesai atau mentok mogok di jalan. Menurut Ibu Nori, dirinya tipikal orang yang jenuh jika mengerjakan kegiatan yang sama berulang. Akhirnya jika penyakit itu menghinggapi, ibu ini beralih ke kegiatan lain sebagai refreshing. Biasanya nonton film, jika tidak baca novel online atau apapun yg membuat saya nyaman. Jika baterai semangat sudah penuh, langsung tancap gas untuk kembali berkarya. Tetapi jangan biarkan keadaan ini berlarut-larut. Cukup 1-2 hari untuk bersantai, lalu kembali berkarya.
Ketiga,
krisis ide.
Ide
sebenarnya ada di sekiling kita. Namun, kadang kita tak bisa menangkapnya.
Menurut Ibu Nori, hal itu bisa diatasi dengan menerapkan jurus Bapak Akbar
Zainudin yaitu, segala sesuatu yang kita rasa, kita lihat dapat dijadikan ide.
Contohnya, ketika kita nonton film, mungkin ada sesuatu yang kita rasakan
setelah menonton acara tersebut, ini dapat dijadikan bahan tulisan. Kita rekreasi, juga bisa dijadikan bahan
tulisan. Kita bisa ulas bagaimana indahnya tempat tersebut. Tulisan Ibu Nori saat menerapkan jurus pak Akbar Zainuddin Tulisannya
tersebut berisi curhatan Bu Nori ketika
merasakan beratnya menjadi wali kelas di masa pandemic. Intinya, apapun yang
kita rasakan dan pikirkan, dapat diubah menjadi sebuah tulisan Tidak ada yang
tidak bisa menulis, Menulis bagi yang pernah menjadi juara Harapan I lomba karya tulis di
Universitas Negeri Semarang, program pendanaan Dinas Provinsi Jawa Tengah
bahwa menulis itu sama dengan berbicara.
Bedanya hanya dituangkan lewat tulisan
Keempat, perbendaharaan diksi
Jika sudah mentok kosa kata, biasanya kita bisa membaca artikel orang lain, atau membaca novel. Karya apapun bisa dibaca karena dengan banyak membaca, akan memperkaya diksi kita
Kelima, takut menulis karena takut salah
Jika
kita mau menulis ya menulis saja dulu
apa yang kita pikirkan. Jangan permasalahkan EYD atau kaidah kebahasaan yang
lain. Cukup tulis hingga selesai. Jika
sudah selasai menulis kemudian membaca berulang lalu lakukan editing sesuai
kaidah. Jika dari awal kita sudah memikirkan EYD dan yang lain, maka tidak akan
terwujud tulisan. Dengan cara tersebut, tulisan akan mengalir dengan
sendirinya.
Itulah
cara mengatasi hambatan berdasarkan
pengalaman IbuNori. Kemudian disampaikan tanya jawab yang dipandu Pak Bambang
Purwanto selaku moderator. Kesimpulannya sebagai berikut.
1. Pembelajaran yang menyenangkan,
dapat mencoba menggunakan project based
learning. Tetapi menggunakan bahan2 yang ada di sekitar siswa. Misal untuk
reaksi redoks, siswa diajak untuk membuat proses fermentasi, koloid dapat
membuat es krim,dan lain-lain. Penggunaan laboratorium virtual juga
menyenangkan.ada banyak aplikasi yang dapat digunakan. Crocodile chemistry
contohnya, dapat melakukan kegiatan praktikum meskipun secara Maya. Anak- anak pasti suka kegiatan praktik ini.
2. Menulis saat sibuk bisa
diterapkan NIAT, PAKSA, MAU. Niat untuk mau menulis harus ada, tentunya harus
dipaksa. Jika hanya ada niat tetapi tidak ada kemauan kuat alias pemaksaan,
maka kata MAU tidak akan terwujud.
3. Bagi yang gemar membaca, pasti
sangat penting keberadaan buku. Karena
kalau sudah suka, pasti akan dicari berapapun harganya, tetapi jika tidak suka
ya sudah. Membaca secara online dan buku fisik, keduanya istimewa. Jika buku fisik mungkin lebih semakin banyak
tambahan koleksi buku. Selain itu anggota keluarga lain juga dapat ikut membaca
karena tidak semua orang nyaman membaca online. Buku merupakan sejarah. Jika
sudah mati nanti, melalui buku ini nama kita
bisa diingat karya kita masih dapat dinikmati dan hidup meskipun raga
sudah tidak ada.
4. Kegiatan menulis selalu beriringan
dengan membaca. Fokuskan satu hal fiksi atau non-fiksi. Jika ingin menulis karya fiksi seperti novel,
cerpen, dll, perbanyak membaca buku jenis tersebut. Nantinya akan keluar ide
dari kegiatan membaca. Begitu pun juga untuk penulisan karya non-fiksi.tentukan
tema yang akan ditulis, cari referensi baik dari buku sejenis atau jurnal
ilmiah, lalu baca, kemudian tulis.seperti itu.
5. Cara membagi waktu antara
menulis dengan kesibukan sehari-hari adalah mengisi waktu luang untuk menulis.
Bisa juga saat malam setelah anggota keluarga tidur antara jam 21.00 sampai
dengan pukul 24.00. Atau jelang subuh. Pekerjan
rumah tangga tetap diutamkan.
6. Tips agar tulisan cepat berhasil adalah focus
satu tema selesai.
7. Swasunting merupakan proses yang lebih lama
dibandingkan menulis, karena selain editing EYD, menghubungkan antar kalimat
agar pas, membuat kalimat agar renyah dibaca memang tidak mudah. Sebaiknya dibaca sendiri berulang-ulang, atau minta
tolong dibaca rekan guru lain atau rekan dengan profesi lain. Nantinya pasti ada banyak kekurangan yang
ditemukan.
8. Outline buku terdiri dari 5W+1H, atau bisa juga 2W +1H. What, why dan how. Semuanya menjawab pertanyaan ini. Untuk lebih lengkapnya dapat dibaca di buku JURUS JITU MENULIS DAN BERPRESTASI.
9.
Penggunakan pembelajaran dengan
lingkungan sekitar dapat diterapkan. Misal untuk mapel sains, anak dapat
diberikan modul yang didalamnya ada kegiatan saintifik. Seperti belajar materi
ekosistem dari sungai, sawah, ladang atau tempat lain. Anak pasti suka
melakukan pembelajaran jika berbarengan dengan kegiatan eksplorasi. Atau mungkin diberikan proyek membuat suatu
karya yang bahannya dapat ditemukan di sekitar. Misal belajar proses gunung api
meletus, anak diberikan langkah pembuatan karya tentang gunung api meletus,
pasti mereka suka. Karena pada dasarnya siswa akan suka dengan pembelajaran
yang hands on daripada minds on saja
10. Target
menulis wajib Ibu Nora, 1 bulan selesai agar saya tidak bosan 30 hari itu bagi ke dalam bab2 yang sudah tuliskan di
outline. Misal saya punya 5 bab, berarti dalam waktu 6 hari harus selesai 1 bab
+ editing ,jadi 30 hari selesai 5 bab. Untuk
target waktu tiap orang berbeda-beda. Menulis satu bulan, agar tidak bosan dengan tema yang
ditulis. I
11. Blogger menarik dapat disiasati dengan memilih menu tema. Nanti akan ada banyak tema
yang ditawarkan. Untuk jenis tulisan dan tata letak, akan mengikuti tema yang
dipilih secara otomatis
12. Untuk menulis di koran dengan tips, tulis tema yang sedang hangat dibicarakan. Ikuti gaya selingkung majalah atau koran yang akan dituju. tulis sesuai dengan EYD yang sesuai, sertakan beberapa data akan lebih bagus.
Menulis sama dengan berbicara. Jika berbicara saja kita lancar, mengapa tidak dengan menulis?
Berkarya ketika waktu luang itu biasa, namun berkarya di tengah kesibukan yang luar biasa, itu baru istimewa
Alhamdullah. Ilmu telah kita genggam. Terima kasih Ibu Nora, Pak Bambang Purwanto dan Omjay.
Salam Guru Blogger.
Ambarawa,
22 Oktober 2020
Budiyanti
Anggit