Suasana Jalanan Menuju Masjidil Haram ( 33)
Menjadi suatu kebahagiaan kala saya dan jemaah bisa berkesempatan untuk bebas ke Masjidil haram. Hal ini disebabkan karena kami sudah selesai melaksanakan umroh dan wisata religi bersama rombongan. Kini saatnya jemaah bisa berlama-lama di Masjidil haram, masjid paling besar sedunia.
Oleh karena itu, tidak disia-siakan waktu yang tersisa sebelum jemaah kembali ke tanah air. Tak terkecuali saya.
Awalnya waktu yang ada saya gunakan untuk pergi ke Masjidil haram bersama mbak Endah dan anaknya. Hari lain dengan suami. Dari pagi jelang subuh kami sudah keluar hotel. Usai berwudhu kami bertiga menuju Masjidil haram. Mulai saat itu kami selalu membawa botol mineral kosong untuk diisi air zam-zam. Selanjutnya sampai di hotel air zam-zam dimasukkan dalam wadah yang agak besar. Itu kami lakukan setiap pergi ke Masjidil Haram.
Beberapa hari lalu saya sudah membeli botol plastik kosong untuk diisi air zam-zam. Dari rumah saya juga sudah menyediakan lakban. Siap untuk membalut botol air zam-zam.
Perjalanan dari hotel ke Masjidil haram menurut saya sih tidak banget-banget jauh tetapi juga tidak dekat. Kurang lebih sepuluh sampai lima belas menit waktu yang digunakan untuk sampai di Ka'bah.
Di depan hotel menara Masjidil haram sudah tampak jelas dengan lampu hijau yang menyala. Begitu agung menara tersebut. Jalanan menuju Masjidil haram tak pernah sepi. Selalu ramai dengan jemaah. Ada saja yang pulang ada pula yang berangkat. Sebagian besar jemaah umrah wanita memakai gamis hitam. Jarang sekali para jemaah perempuan yang memakai pakaian warna warni. Lebih banyak didominasi warna hitam. Sedangkan para lelaki sebagian besar memakai jubah putih. Itu sebagian besar yang memakai orang dari berbagai negara. Sedangkan untuk orang Indonesia cenderung memandang celana panjang dan baju Koko warna putih.
Beriringan kami menuju masjid dengan pelan-pelan sambil menikmati jalanan. Jalanan yang luas kami lalui. Lalu lalang mobil tak banyak. Sesekali kami temui orang berjualan Alquran dan gamis. Dan ada juga orang meminta-minta.
Sesekali kami jumpai burung-burung yang sedang makan di pinggir jalan lalu terbang. Indah sekali burung-burung tadi. Pinggir jalan raya juga banyak pedagang berjualan. Toko besar juga kami lalui. Jalanan luas dan tampak bersih. Petugas kebersihan selalu ada di sudut-sudut tertentu.
Itulah jalanan saat akan menuju Masjidil Haram.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar