Minggu, 02 Januari 2022

Mengenal Museum Jenang Kudus (2)

 

























            Salah satu makanan khas Kudus selain soto kudus adalah jenang. Tidak asing lagi makanan yang terbuat dari tepung ketan, gula jawa dan kelapa ini di lidah orang Jawa.  Sudah lama saya mengenal jenang yang rasanya manis ini , tetapi kabar tentang Museum Kudus baru saja saya dengar.

            Usai menghadiri acara pernikahan, kami menuju Museum Jenang. Rasa penasaran terus terselip di hati, kala kami menuju meseum. Berbagai pikiran muncul. Tibalah kami di depan museum. Di depan gedung bertingkat dua ini terpampang tulisan Museum Jenang. Bayangan saya ada yang memasak kemudian kami mencicipi. Namun, dugaan tersebut salah.

            Kami bersama-sama memasuki gedung utama. Kami diwajibkan memakai masker dan cuci tangan yang berada pada pintu masuk. Sebuah toko dengan aneka jenis jenang tertata apik di etalase dan rak-rak indah. Kami tidak belanja terlebih dahulu tetapi langsung diarahkan untuk masuk museum yang berada di belakang toko persis.

            “Ayo, kita masuk museum dulu setelah itu berbelanja,” ajak Bu Mia dengan senyum.

            “Ya, Bu.”

            Kami langsung mengikuti Ibu-ibu lain yang sudah dahulu naik ke lantai dua. Petugas menghitung jumlah yang masuk. Tiket masuk seharga sepuluh ribu rupiah.

            Tidak terlalu lama kami sampai di lantai dua. Sebelah kiri ada café yang menghadap ke luar. Pengunjung bisa juga menikmati hidangan sebelum melihat museum.  Ada replika sepeda motor dan vespa yang terbuat dari kayu berada pada batas museum dan café.  Bentuknya apik banget. Persis seperti asli. 

            Kami turun sedikit untuk sampai pada museum jenang. Dalam ruangan yang tidak terlalu luas ini ada berbagai miniatur. Kali pertama kami diperlihatkan sebuah patung seorang lelaki berpakaian putih sedang mengaduk jenang dalam wadah besar. Tampak jenang tiruan persis seperti jenang beneran. Di bawahnya ada perapian. Ada bara api buatan seolah benar-benar api. Di tengah ada miniatur Menara Kudus. Seperti biasa kami langsung berfoto bersama, ada yang pengen foto sendiri. Dekat gapura menara ada diorama sebuah pasar yang penuh dengan pedagang seperti layaknya pasar beneran.

            Selanjutnya kami masuk ke ruang lain yang ternyata banyak koleksi yang tak boleh kami lewatkan. Di tembok ada  tulisan apik Jusjigang Building. Kami pun masuk di ruangan yang bersih dengan berbagai replika antara lain replika Alquran, Sebuah ukiran tulisan emas Al- Ikhlas apik berdiri di tengah. Ada juga miniatur Kabah. Di sini pun kami tak melewatkan untuk mengambil gambar.

            Kami, terutama ibu-ibu benar-benar heboh karena ingin mengabadikan momen yang indah ini. Ada sebuah miniatur kapal. Beberapa teman langsung naik di atas. Berpose layaknya kapal Titanic. Benar-benar seru ibu-ibu Gridaba.

            Tak ketinggalan saya berpura-pura mengaduk jenang yang masih dalam wajan. Tampak ada kayu bakar yang ada bara apinya. Di sampingnya ada kelapa yang sudah dikeringkan.

            “Ayo Bu Asih mencoba membatik,” ucap saya dan bersiap-siap untuk ambil gambarnya. Bu Asih langsung mengambil canting lalu memperagakan seolah sedang membatik pada kain putih. Kudus terkenal juga dengan rokok. Tak heran jika ada juga miniatur wanita sedang meracik rokok.

            Kami pun menemukan  ruangan dengan dua orang-orangan tanpa kepala memakai pakai adat Kudus. Baju berwarna biru dengan jarit coklat batik, selendang lurik serta ada asesoris berwarna emas menggantung di baju. Kita pun bisa berfoto dengan kepala diletakkan tepat di atas.

            Ada yang menarik untuk sesaat saya harus diam mengamati sebuah tulisan-tulisan dalam figura. Ternyata ada puisi Emha Ainun Najib, puisi Jumari HS, sejarah tokoh sang penemu Kretek Nusantara yaitu  Haji Djamhari dari Kudus.

            Masih banyak hal lain yang menarik. Kami terus  mengambil gambar tiada henti.  Inilah keseruan kami kala berkumpul. Benar-benar menggembirakan. Akhirnya kami harus keluar karena sudah ditunggu bapak-bapak. Tak keringgalan kami membeli oleh-oleh jenang yang memang amat enak rasanya, Saya membeli satu kotak dengan rasa wijen.

            Momen istimewa bersama keluarga besar Gridaba benar-benar terkesan. Akhirnya kami bersama-sama menuju mobil untuk melanjutkan perjalanan pulang. Perjalanan dengan jalur Semarang kami lalui dengan membawa sejuta kenangan. Hujan datang ketika sampai rest area Ungaran. Alhamdulilah kami sampai rumah dengan selamat.

 

Ambarawa, 2 Januari 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar