Rabu, 29 April 2020

CATATAN LEBARAN KEDUA



*Bersilahturahmi ke Saudara Klaten









Rencana awal kami berangkat pukul 06.00. Ya....biasa urusan ini itu akhirnya kami berangkat pukul 07.00. Tujuan kami berangkat pagi agar tidak terjebak macet. Masalah sarapan nanti di Boyolali saja. Begitu rencana kami.
Segala persiapan sudah saya tata. Satu bok berisi minuman, jajanan, buah telah siap.  Bensin juga sudah terisi sejak kemarin. Kami ingin perjalanan tidak terjebak macet. Maklum masih lebaran kedua. Begitu juga kami membawa anak kecil sehingga sebisa mungkin menghindari macet.
Beberapa agenda kunjungan sudah tercatat di pikiran. Juga angpau untuk anak-anak kecil disiapkan oleh kedua anak saya.  Sedangkan saya siapkan untuk mbak yang memang perlu dibantu.
Tiga puluh menit kami yang sampai di rumah besan. Menjemput cucu dulu beserta ortunya di Banyubiru. Keceriaan kami rasakan karena ada si kecil cucu kami yang berumur sepuluh bulan. Cucu pertama yang nggemeske, ngangeni. Benar ini kami rasakan. Dulu gak begitu percaya jika diceritani teman. Nah kini terbukti kalau cucu itu cintanya melebihi anak.
Lho kok sampai ke cucu. Ok...Perjalanan lancar setelah lewat jalan lingkar sampai Tengaran sedikit macet tapi tidak lama. Nuansa lebaran tampak dengan jumlah kendaraan pribadi lebih banyak. Ternyata pagi sudah banyak yang memulai perjalanan baik dengan sepeda motor atau mobil pribadi.
Tak lama kemudian sampailah kami di Terminal Boyolali untuk istirahat dan mencari dawet Boyolali yang menjadi kesukaan kami. ( Rasa dawet nanti cerita sendiri ya)
Rasa haus sedikit terobati dengan dawet tadi. Selanjutnya kami mencari sarapan yang lain karena kami sejak awal ingin makan dengan *sambel tumpang* ya ini juga menu khas Boyolali selain soto sedeep atau soto mbok Giyem.
Akhirnya kami menemukan warung soto yang ada sambel tumpang karena kami ada yang tidak suka sambel tumpang. Mungkin generasi sekarang kurang mengenal.
Si kecil agak rewel sehingga kami istirahat di samping warung makan sambil menyuapi si kecil. Beberapa menit selesai lanjut perjalanan. Sampai di pertigaan menuju Klaten mobil menyemut.
Akses jurusan Klaten padat. Saya berpikir banyak juga yang ingin menuju Klaten. Untung ada Bapak-bapak yang membantu mengatur kemacetan sehingga perjalanan berlanjut. Lega rasanya.
Si kecil mulai tertawa, duduk dipangku eyang Kakung / suami. Yang nyetir anak kedua. Kebersamaan di mobil berasa bahagia luar biasa. Keceriaan dan banyolan muncul agar tidak mengantuk. Sesekali melihat pemandangan sekitar.
Buah pepaya dijual di sepanjang perjalanan. Di sampingnya sebuah kebun dengan pohon pepaya yang siap di panen. Sementara pohon jagung tampak subur. Klaten yang merupakan tanah datar sangat cocok dengan tanaman jagung, kedelai.
Alhamdulillah si kecil tidak rewel hingga sampai rumah kakak di Jatinom. Suasana lebaran begitu kentalnya. Garasi dibuat untuk menerima tamu tetangga yang lumayan banyak.
Sampai kami sudah beberapa jam istirahat, tamu kampung silih berganti tanpa henti. Setelah saya tanyakan ternyata hari kedua khusus untuk para orang tua saling kunjung. Sedangkan yang remaja pada hari pertama. Konon kata Mbak, pada hari pertama telah disediakan nasi gudangan 10 kilo bisa habis.
Dan mbak bercerita setiap remaja yang datang selalu diberi angpau ( apa ini ya yang menjadikan anak dan remaja berkeliling berlebaran) moga saja tidak karena tidak semua orang memberi angpau.
Selepas salat dhuhur kami melanjutkan perjalanan ke Cawas masih wilayah klaten.  Setelah menempuh perjalanan satu jam sampailah di Cawas Klaten. Ini kunjungan ke rumah kakak suami. Suasana ramai karena anak cucu berkumpul.
Lebih seru lagi ada kami dan beberapa menit kemudian adik dan kakak yang rumahnya Yogyakarta datang. Sungguh amat ramai rumah mbak nomor satu saat itu. Rumah yang sedikit panas  dapat diredam dengan rimbunnya pepohonan depan rumah. Gunung menjulang tinggi persis di depan rumah mbak. Konon memang berbatasan dengan kota Gunung Kidul. (Bersambung)
Ambarawa, 19 Juni 2018





Tidak ada komentar:

Posting Komentar