Aku
ingin Jadi Anak Soleh
Pagi
ini amat cerah, tidak seperti hari-hari sebelumnya. Galih dan Arif berpamitan
untuk berangkat sekolah dengan naik sepeda bersama. Kebetulan sekolahnya berdekatan.
“Asalamuallaikum Ayah, Bunda!” seru
dua anak dengan senyum manisnya mencium punggung tangan kedua orangtuanya.
“Walaikum salam warahmatuwahi
wabarahkatuh, hati-hati di jalan, belajar yang baik ya Nak,” ucap Bunda Dian.
Mereka berdua melajukan sepeda motor
dengan pelan-pelan. Tak lama kemudian sampai di sekolah. Mereka berpisah untuk
menuju kelas. Bel berbunyi ketika Arif sampai di depan kelas. Ia pun masuk lalu
meletakkan tas. Jam pertama pelajaran agama. Pak Ahmad memasuki kelas lalu
memberi salam. Anak-anak kelas 6 itu serempak menjawab salam.
“Anak-anak, sebelum saya lanjutkan
pelajaran kemarin tentang zakat, saya ingin bertanya terlebih dahulu.
Anak-anak pun saling pandang lalu
satu per satu tunjuk jari.
“Dokter Pak Guru,” jawab Anissa
“Bagus!” seru Pak Ahmad dengan
mengajungkan jempol.
“Guru, Pak!” Ani berdiri tunjuk
jari. Disusul anak lainnya sahut-sahutan menyampaikan keinginananya ada yang
ingin jadi pedagang, pengusaha dan lainnya. Namun, si Arif diam belum berani tunjuk
jari.
“Arif ?” tanya Pak Ahmad sambil mendekati
bangku Arif.
Arif beringsut sambil tersenyum tipis.
Wajahnya pun semu merah dan berusaha ngomomg tapi agak takut.
“Kamu cita-citanya jadi apa Nak?” Pak
Ahmad mengulangi pertanyaanya. Kelas pun ramai karena Pak Guru berada di belakang.
“Saya..saya …,” ucap Arif agak tersendat-sendat.
“Teruskan saja gak usah malu,” bujuk
Pak Guru Agama dengan terus mendekati Arif.
‘Saya ingin jadi anak sholeh Pak Guru,”
ucap Arif dengan pelan. Wajahnya tertunduk. Ia memang beda dengan anak lain yang
menyebutkan aneka profesi.
“Masya Allah, itu cita-cita mulia Arif,
semoga terkabulkan/ Aamiin,” ucap Pak Ahmad penuh bangga.
“Semua cita-citamu bagus asal dilandasi
dengan iman dan taqwa, belajar yang tekun dan jujur.”
“Nah pada kesempatan ini saya akan melanjutkan
pelajaran kemarin tentang zakat,”
Setelah menjelaskan tentang zakat, pelajaran
berakhir dang anti pelajaran lain. Walaupun berpuasa, kegiatan pembelajaran berjalan
lancar.
Sampai di rumah Arif pun bercerita tentang
pelajaran hari itu kepada bundanya. Bu Dian mendengarkan dengan baik. Kemudian memuji
jawabannya anakknya. Arif pun berusaha menjalankan apa yang disampaikan gurunya.
Ia pun salat dhuhur lalu dilanjutkan dengan membaca Al”Quran. Cita-cita yang disampaikan
Pak Gurunya amat mengena di hati. Ia ingin mewujudkan.
“Arif, bantu bunda ya,”
“Ya, Bu,” ucapnya dengan pelan. Ia ingin
menunjukkan pada adiknya untuk selalu patuh pada ongtuanya.
Ambarawa,
18 April 2023