Kamis, 12 November 2020

MENGUBAH EKSPEKTASI MENJADI PRESTASI


 

Syukur Alhamdulillah aku bisa mengikuti kelas menulis bersama Omjay pada hari Rabu, 11 November 2020. Kelas yang menjadikan semangat menulis kembali bangkit. Blog pun kini terisi. Tidak berlumut lagi.

Kali ini kelas dihadirkan narsum keren yaitu Ibu Jamila…. Beliau berbagi ilmu menulis dengan tema Mengubah Ekspektasi Menjadi Prestasi. Berikut resumenya. Yuk simak!

Salah satu bentuk pengembangan diri dan mengeksplore kompetensi Kata “ekspektasi” tentunya sudah sangat familiar di telinga kita. Setiap orang, setiap saat pasti memiliki ekspektasi terhadap berbagai hal yang di inginkan dalam hidup.

Sebagai contoh, ekspektasi kita Ketika bergabung dalam grup ini adalah ingin menghasilkan sebuah karya berupa jejak literasi yang dapat dikenal dan dikenang meskipun kita sudah berkalang tanah. Sayangnya, ekspektasi kita tidak selalu sama dengan realita.

Ekspektasi tak seindah kenyataan. Hal inilah yang kemudian menjadi inspirasi dalam tulisan buku ke-2  Bu Jamila  yang diterbitkan pada tahun 2019.

Dalam hal menulis, harapan terbesar kita adalah mampu merangkai kata-kata menjadi sebuah paragraf menarik yang terus berangkai menjadi bab demi bab hingga akhirnya menjadi sebuah buku. Sekilas, menulis adalah hal yang sangat mudah.

Bukankah kita sudah sering menulis sejak kecil? Tetapi, ketika kemampuan menulis tersebut disandingkan dengan ekspektasi sebuah karya yang bernilai bagi orang lain muncullah masalah besar. Diantaranya :

                        1. Bagaimana memulai sebuah tulisan?

2. Apa ide/topik yang harus kita tulis?

3. Apakah tulisan saya menarik? 

Mewujudkan ekspektasi memang tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi bagi para penulis pemula.  Dalam prosesnya kita harus berjuang melawan semua hambatan yang datang baik dari diri sendiri mapun dari lingkungan sekitar.

Sebenarnya, tantangan menulis terbesar itu ada pada diri kita sendiri. Yaitu mood dan kemauan alias niat. Oleh karena itu untuk mengubah ekspektasi menjadi prestasi kita harus berubah. Ada 2 hal penting yang harus kita ubah, yaitu mindset dan passion.

 Mindset adalah cara pikir tentang sesuatu yang dapat mempengaruhi sikap dan tindakan kita. Sementara passion adalah sesuatu yang membuat kita tidak pernah merasa bosan. Kedua hal ini dibahas secara detail dalam buku beliau  yang ketiga hasil kolaborasi bersama Prof. Eko Indrajit  Alhamdulillah diterima dan diterbitkan oleh Penerbit Andi. Woh  luar biasa deh.

Pengalaman Ibu Jamila dalam mewujudkan ekspektasi dalam menulis adalah berjuang membangun tekad  dan keyakinan yang kuat untuk mencapai realitas. Terkadang beliau juga harus nekat mengambil keputusan yang jika dipikir dengan akal sehat pencapaiannya sangat mustahil. 

Untuk itulah beliau selalu berusaha konsisten terhadap ekspektasi yang susah payah dibangun. Pantang mundur jika kaki sudah melangkah. Benar-benar inspiratif ya.

Beliau bercerita awalnya bisa menerbitkan buku dan diterbitkan secara mayor. Penasaran kan. Seperti aku. Menulis dalam seminggu lho. Mampukah kita? Ternyata hal ini bisa dilalaui Bu Jamila.

Beliau bercerita bahwa saat menerima tantangan Prof. Eko untuk menulis buku dalam seminggu, ada sejuta keraguan yang menyelimuti hati dan pikiran. Berbagai pemikiran negatif menghantui, namun berkat kenekatan, dibarengi niat, tekad, serta konsistensi yang kuat akhirnya ekspektasi saya berubah menjadi sebuah prestasi.

Saat Pak Joko mengumumkan bahwa tulisan beliau lolos tanpa revisi, Hati Ibu Jamila seolah tak percaya. Tidak pernah menyangka bahwa tulisan yang menurut penilaian pribadi hanyalah tulisan biasa saja ternyata memiliki takdir luar biasa. Namun, bagiku tulisan sampai bisa diterima mayor tentu saja naskahnya tidak biasa saja.

Apa yang menjadikan beliau berhasil menaklukkan tantangan? Mari kita simak kiat sukses hingga sukses menulis buku mayor. Bukan mudah lho. Namun, semuanya butuh proses. Berikut tips menulis yang bisa menjadi pembelajaran bagi kita.

1. Tulislah apa yang ingin kita tulis.

2. Menulislah apa adanya, tanpa beban, dan tekanan.

3.  Jadikan menulis sebagai suatu kebutuhan

4.  Menulislah hingga tuntas, jangan memikirkan editing.

5.  Menulis jangan terlalu lama.

6.  Jangan memikirkan baik buruknya tulisan kita, karena yang akan menilai adalah pembaca.

 

Menghadapi Kendala Menulis

Saat menulis kita sering mengalami kendala. Biasanya, kendala di awal kita menulis adalah bingung mencari ide. Tidak tahu apa yang akan kita tulis. 

Untuk mengatasinya, marilah kita mulai menuliskan hal-hal kecil yang ada di sekitar kita. Misalnya, tentang hobi memasak, kegiatan sehari-hari, atau tingkah lucu anak-anak kita.

Tuliskan apa saja yang terlintas dalam pikiran. tidak perlu kita memikirkan tata bahasa, ejaan dll.. Setiap kalimat yang terlintas segera di tulis. Kita  bisa menulis di HP. 

Kadang saat tidak pegang HP, kita bisa menuliskan di benda apa saja yang kita temui.  Di kertas, di notes HP, di buku kecil atau di kertas apa saja yang bisa untuk menulis. Bu Jamila pernah menulis ide di tangan.

 

Hal yang paling sulit untuk memenuhi ekspektasi menulis adalah ketika kita tidak punya hobi menulis. Kata orang hanya "Iseng-iseng" atau ikut-ikutan. Tidak masalah, jika kita tidak memiliki hobi, bukankah rasa iseng jika terus dilatih bisa menjadi suatu keterampilan?

Banyak orang  yang menulis tergantung mood. Ini sangat berat saat beliau  menerima tantangan Prof. Eko.  Rasanya bulan dan matahari berpindah tempat. Di saat seperti inilah beliau menguatkan tekad dan niat untuk mencapai realitas.

Jadi, menulis itu adalah sebuah perjuangan untuk melawan semua tantangan yang menggoyahkan niat.

Hal yang menjadi fokus dalam menulis adalah kata TUNTAS. Jadi, menulislah hingga tuntas. Jangan sering menengok halaman yang sudah kita tulis, karena itu merupakan salah satu godaan yang membuat kita berpikir 1.000 kali tentang apa yang sudah kita tulis. 

Kita akan berpikir.  untuk edit dan edit lagi. Akhirnya tulisan kita tidak tuntas. Ya benar juga ya. Saat kita membaca tulisan kita sendiri bisa dipastikan ada yang kurang pas.

Itulah materi ibu Jamila.  Selanjutnya ada hal-hal yang harus kita ketahui berdasarkan tanya jawab.

1.   Tips yang digunakan dalam merangkai kata cukup sederhana. Gunakan kata apa saja yang terlintas dalam pikiran. Kata-kata yang digunakan tidak harus kata-kata rumit. Gunakan kata-kata yang mudah dipahami oleh orang lain

2.   Tantangan menulis terbesar itu ada pada diri kita sendiri yaitu mood dan niat.  .

3.    Kendala terbesar dari diri kita sendiri bisa bermacam-macam. Masalah yang dihadapi terkait dengan kemampuan itu disebabkan karena kita  menulis dengan beban. Beban tentang baik buruknya tulisan kita. 

   Cobalah menulis secara lepas dan bebas. Lepas dari beban terkait penilaian orang terhadap tulisan kita, sehingga kita bisa bebas mengekspresikan diri kita dalam tulisan.

4.    Proses kreatif yang dilakukan dalam menghasilkan buku tidak terlepas dari kegiatan membaca. Jadi, menulis dan membaca ibarat dua sisi mata uang yang harus dimiliki oleh seorang penulis.

Menulis tanpa pernah membaca akan pincang. Artinya tulisan kita kurang menarik. Menghasilkan buku dalam seminggu terdengar mustahil. Prosesnya jungkir balik, hingga siang dan malampun ikut terbalik. 

Hal pertama yang dilakukan di awal adalah menentukan judul dan kerangka tulisan, lalu berburu referensi sambil menyusun paragraf demi paragraf. Ya itu tadi, pokoknya tuntas dulu semua bab, terakhir sesi editing.

5.   Zaman sekarang, publikasi sangat dipermudah karena ada begitu banyak jejaring sosial yang bisa kita manfaatkan. Di samping menawarkan door to door, kita bisa posting melalui WA, Instag, FB, Youtube, dll. Jangan lupa buat flyer + kata-kata menarik dan foto ekslusif, seperti orang jualan gitu. 

  Namanya juga menawarkan. Yang penting harus jujur dan tidak ada kebohongan publik dalam iklan buku kita. 

6.   Berbicara tentang potensi diri. Kembali lagi ke 2 hal yang harus kita ubah dalam hidup yaitu Mindset dan passion. Saat keduanya seiring sejalan, dengan sendirinya kita akan happy enjoy dalam menulis.

Mulailah dengan melihat apa saja yang ada di depan kita, lalu cobalah untuk mendeskripsikannya. Saat jemari kita mulai menulis, maka ide lain akan datang dengan sendirinya.

Kuncinya adalah percaya diri. Setiap kita memiliki potensi, dan potensi kita perlu di asah agar menjadi kompetensi.

7. Proses editing bisa dilakukan sendiri dan dapat pula menggunakan jasa orang lain. Sebelum dikirim ke penerbit kita lakukan swasunting/edit sendiri. 

  Kita tidak perlu khawatir masalah editing, karena biasanya pihak penerbit juga melakukan editing sebelum buku  naik cetak.

8. Jangan memikirkan baik buruknya tulisan kita, karena yang akan menilai adalah pembaca.

9.   Secara nasional, memang minat dan budaya baca kita masih rendah. Di sinilah peran kita sebagai guru, orang tua,  dan orang yang peduli dengan kependidikan untuk kembali membangun budaya membaca generasi kita yang selalu pasang surut.

10. Membaca dan menulis adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Semakin suka membaca, maka semakin mudah menulis. Menjadikan menulis sebagai kebutuhan, artinya kita menjadikan membaca sebagai makanan kita.

11. Agar kita bisa keluar dari zona tidak nyaman, menulislah seperti air mengalir. Maksudnya tulislah apa yang ingin kita tulis. Abaikan penilaian orang tentang tulisan kita.

    Biarkan tulisan tersebut selesai kita tulis secara tuntas, lalu biarkan orang lain menilai. Karena penilaian orang lain biasanya lebih baik dari kita.. Saat. Tulisan saya berbeda dengan semua tulisan teman-teman.

12. Saat kitap punya ide, tapi bingung mau mulai menulis dari mana. Jangan bingung, mulai saja menulis dengan kata yang terlintas dalam pikiran. jangan memikirkan tulisan ini cocoknya di pendahuluan, atau di bab 1, dst.

Tulis dan tulis saja setiap kita punya ide. Saat kita benar-benar bingung dalam menulis, maka berhentilah menulis dan membacalah. Saat kita membaca, kita akan menemukan kembali ide yang terbang entah kemana. Saat ide itu muncul, jangan ditunda segeralah ditulis.

Membuat judul tulisan yang baik, sebenarnya sangat bergantung dari minat. Kita cenderung sukanya menulis di bidang apa. 

Kita suka menulis fiksi atau non fiksi. Untuk memilih judul tentunya kita perlu referensi terkait konten yang akan kita tulis.

Kita bisa browsing di internet sambil melakukan inovasi untuk judul yang kita buat. Semakin banyak referensi judul yang kita lihat maka akan semakin baik judul yang kita tulis. Untuk referensi tipe-tipe judul, silakan intip di sini https://marketingcraft.getcraft.com/id-articles/7-tipe-judul-artikel-untuk-meningkatkan-traffic-blog-anda 

13. Agar karya kita menarik sebelum menulis buku kita harus cari tahu hal/isu yang menjadi trending topik dan tidak akan ketinggalan zaman.

14. Hal yang perlu kita lakukan adalah berusaha fokus di halaman-halaman berikutnya. Tahan diri semaksimal mungkin untuk tidak membuka/membaca halaman yang sudah kita tulis.  Terkait kaidah penulisan, saat menulis abaikan saja dulu. Nanti akan ada saatnya kita mengedit ketika tulisan kita sudah benar-benar tuntas

15. Ubah mindset, passion, bangun tekad, kuatkan niat, dan harus konsisten menulis. Jangan lupa banyak membaca. sering-sering blog walking

 

16.               Dalam hal ekspektasi menerbitkan buku tentu saja pernah merasakan yang tidak sesuai harapan. cara mengatasinya kembali adalah kita harus ingat PadaNya.Tidak ada yang sempurna di dunia ini, kesempurnaan hanyalah milik Dia.

17. Cara kita menularkan hobi menulis  yang paling efektif adalah dengan bukti. Tunjukkan bahwa kita bisa berkarya, dan mereka pun bisa seperti kita. tidak ada hal yang tidak bisa, dan tidak ada hal yang tidak mungkin.

 Alhamdulilah ilmu telah kami dapatkan. Bu Jamila pun menyimpulan, menulis merupakan suatu tantangan antara harapan dan kenyataan. Ekspektasi dalam menulis harus terus kita perjuangkan dengan niat, tekad, nekad dan konsisten. Realitas berupa prestasi adalah buah dari perjuangan. Maka berjuanglah menuntaskan karyamu, agar jejak yang ditinggal bermanfaat bagi generasi setelah kita.

 

Terima kasih Ilmunya Ibu Jamila. Bu Aam selaku moderator. Tak Lupa kepada Omjay, sehat selalu.

 

Salam Guru Blogger

Budiyanti Anggit

Ambarawa, 12 November 2020

 

 

1 komentar: