Oleh : Budiyanti Anggit
Salam
literasi
Malam ini cuara kurang bersahabat. Dingin menusuk tubuh usai hujan pergi. Tak terasa bahwa kelas menulis sudah sampai ke-13. Suatu kebahagiaan tersendiri ketika bisa terus menambah ilmu. Konon kita terus belajar untuk terus mencari ilmu sepanjang hayat.
Malam
ini, 4 November 2020 kami telah kehadiran tamu istimewa yaitu Pak Edi S.Mulyanta. Beliau adalah Manajer
Operasional Penerbit Andi. Woh mantap. Lebih mantap lagi ada moderator keren
Ibu Aam.
Kali
ini Pak Edi akan berbagi pengalaman seputar pengelolaan penerbitan. Sebagai
seorang penulis materi ini amat penting untuk diketahui. Yuk simak penuturan
beliau dalam kelas menulis PGRI bersama Omjay. Sehat selalu ya OmJay.
Pak
Edi memulai cerita tentang tugas sebagai manajer penerbitan. Tugas beliau
adalah mengamati trend konten buku yang
tersebar di pasar, kemudian memberikan resume tema yang sedang menarik pasar.
Selanjutnya,
beliau memeetakan pesaing, dan target penulis yang menjadi sasaran. Setelah
resume kita temukan, langkah selanjutnya adalah mencari prospek penulis yang
mempunyai kemampuan seperti trend yang sedang kita pelajari.
Menurut
beliau, calon penulis mempunyai insting
yang lebih tajam dari penerbit, sehingga sering terjadi penerbit tertinggal
informasi dibandingkan dengan penulis. Hal inilah yang menarik, karena penerbit
belajar dari data-data histori pemasaran. Penulis terkadang telah melangkah
lebih jauh dengan prediksi yang mungkin telah dipelajari sebelumnya.
Penulis
menguasai konten, sedangkan penerbit menguasai data pemasaran. Langkah yang
dilakukan adalah melakukan link and match antara data history dan data trend ke
depan.
Inilah
pentingnya komunikasi yang harus dijalan antara calon penulis dengan calon
penerbitnya, karena keduanya terkadang dalam cara pandang yang berlainan.
Pak
Edi terus banyak bercerita bahww penulis lebih ke konten yang dikuasai,
sedangkan penerbit lebih banyak bobot pemasarannya. Penulis memerlukan media
untuk menyampaikan maksud dan tujuannya menerbitkan buku.
Hal
ini yang menjadi kunci keberhasilan untuk dapat masuk ke dunia penerbitan. Di samping
masalah pasar yang diperhitungkan, ada masalah idealisme yang dipegang oleh
penerbit. Setiap penerbit mempunyai idealisme masing-masing.
Kadang
penerbit secara alamiah akan tersegementasi dalam kemampuan menelaah materi dan
cara menjualnya.
Sebuah
penerbit itu tergabung dalam organisasi yang diakui oleh pemerintah yaitu IKAPI
(ikatan penerbit indonesia) dan APTI (asosiasi penerbit perguruan tinggi).
Penerbit ini yang secara hukum diperbolehkan mengeluarkan ISBN di bawah
Perpustakaan Nasional.
IKAPI
pemainnya adalah penerbit dan percetakan murni mencari keuntungan, sedangkan
APTI adalah tandingannya yang lebih mementingkan kualitas terbitan yang sesuai
dengan keilmuan kampus lembaga pendidikan tinggi.
Secara
Industri, IKAPI lebih mudah bergerak di pasar, karena genre terbitannya sangat
luas dan mudah diterima berbagai kalayak. Berbeda dengan target market APTI
yaitu untuk lembaga pendidikan tinggi yang menekankan pada Tridarma Perguruan
tinggi.
Pak
Edi ternyata sangat luas pengetahuannya, ya sudah lama banget mengelola
penerbitan. Kurang lebih sudah dua puluh tahun. Wah.. lama sekali rupanya.
Sudah banyak makan garam nih. Selanjutnya Pak Edi terus bercerita panjang
lebar.
Segementasi
anggota IKAPI terjadi secara alamiah. Hal ini diperlukan oleh calon penulis
untuk dapat memutuskan ke mana calon tulisannya dapat dilabuhkan. Karena
anggota IKAPI yang berjumlah 1000-an tentunya akan sulit diamati secara detail.
Kuncinya
untuk mempermudah hal tersebut seringkali calon penulis akhirnya membagi
penerbit dalam istilah Penerbit Mayor dan Penerbit Minor. Hal ini semata untuk
memudahkan saja dalam mengidentifikasi penerbit.
Penciri
penerbit mayor dan minor semakin kentara dalam pemilihan kode nomor ISBN untuk
mempermudah skala produksi masing-masing penerbit. Hal ini digunakan oleh
lembaga DIKTI untuk memberikan penilaian tersendiri terhadap penerbit tersebut.
Kita sebagai calon penulis dapat melihat pula histori hasil terbitan masing-masing penerbit. Hal ini untuk dapat memutuskan ke mana calon terbitannya ditawarkan ke penerbit.
Apabila kita mempunyai tulisan
Fiksi, kita cari penerbit yang memang kuat di pasar buku Fiksi. Jangan sampai
kita keliru mengirimkan naskah ke
penerbit yang lebih kuat di non - fiksi.
Langkah
mudah untuk pengenalan awal penawaran adalah dengan membuat semacam proposal
penawaran penerbitan buku terlebih dahulu. Proposal ini dapat kita kirimkan ke e-mail penerbit penerbit yang menjadi
sasaran. Proposal dibuat terlebih dahulu.
Adapun isi proposal ini adalah meliputi:
1.
Judul utama buku
2. Sub judul jika diperlukan (sub
judul ini memberikan penciri tersendiri untuk mempermudah pencarian tema) Biasanya
judul utama dapat sama dengan judul-judul yang ditulis oleh penulis lain, sub
judul ini sebagai ciri khas dari tulisan.
3. Outline lengkap naskah, dalam bentuk bab-bab dan sub bab yang jelas hirarkinya.
4. Target pasar sasaran tulisan, misalnya buku ini untuk guru, murid, orang tua, atau atau tulisan
umum semua lapisan masyarakat.
5. Tulislah Curiicullum Vita dalam bentuk narasi. Ini sangat penting untuk melihat kepakaran kita di bidang apa, atau menonjol di bdang apa. Hal ini digunakan oleh bagian
pemasaran untuk melihat besarnya potensi calon pembaca penulis tersebut.
Setelah lengkap ke-5 hal tersebut, akan lebih afdol jika kita menyetakan satu bab sampel. Satu bab sampel ini akan ditelaah oleh bagian editorial. Tujuannya untuk melihat gaya penyampaian dan melihat pemilihan kata (diksi), kalimat, serta gaya penyampaiannya.
Untuk
tema-tema tertentu gaya penyampaian ini sangat diperlukan, untuk dapat menggaet
pembaca. Setiap pembaca mempunyai kecenderungan menyukai gaya tertentu dari
penulisnya. Misalnya penulis menggunakan kalimat-kalimat aktif akan lebih
banyak disukai oleh pembacanya dibanding dengan kalimat-kalimat pasif.
Tanpa
sadar kita akan lebih banyak menggunakan
kalimat pasif, karena saat kita skripsi, tesis, hingga disertasi 100 persen
menggunakan kalimat pasif. Berbeda dengan gaya penyampaian di Buku yang lebih
powerfull jika menggunakan kalimat aktif.
Setelah
itu jangan sungkan-sungkan kita kirimkan
ke beberapa penerbit, supaya dibaca oleh editor atau redaktur penerbit. Rata-rata
penerbit memperlakukan proposal penerbitan buku sudah selayaknya naskah atau
bakal buku yang akan terbit. Sehingga akan melalui beberapa review, dari
proposal yang kita tawarkan.
Di
dalam Undang-undang perbukuan, tahap ini telah dibuat aturannya, sehingga
setiap penerbit memang telah terstantarisasi mengikuti perundangan dari
pemerintah tentang naskah dan buku.
Tahap
yang penting selanjutnya adalah tahap check plagiasi, yang dilakukan oleh
editor bahasa. Tahap ini akan meneliti seberapa besar penulis melakukan
plagiasi terhadap tulisan lain. Cek plagiasi bisa dilakukan menggunakan
aplikasi dan secara manual oleh editor-editor yang berpengalaman.
Hasil
dari cek plagiasi berupa laporan derajat plagiasi, yang sebenarnya secara
detail dilakukan saat telah diterimanya naskah untuk diterbitkan. Jika terjadi
plagiasi di batas ambang yang kita tentukan, naskah akan dikembalikan untuk
dimohonkan dilakukan revisi.
Plagiasi ini meliputi teks dan gambar yang
disadur tanpa memberikan sumber yang jelas. Sebaiknya kita saat menulis naskah, selalu cantumkan sumbernya
untuk naskah non- fiksi. Sedangkan naskah fiksi, tidak diperlukan sumbernya.
Langkah
akhir yang tidak kalah pentingnya, adalah membuat resume, abstract, atau calon
sinopsis yang biasanya diletakkan di back cover buku. Sinopsis sebaiknya
ditulis oleh penulisnya sendiri, jangan serahkan ke penerbit karena penerbit
biasanya tidak menguasai dengan detail materi.
Setelah
buku dinyatakan diterima, jangan berhenti sampai di sini. Carilah endorsment-endorsement
dari tokoh-tokoh yang dianggap mumpuni di bidangnya atau pejabat masyarakat
yang dikenal, artis, dll yang mempunyai follower atau massa banyak. Hal ini
lebih ke strategi pemasaran buku ke depannya.
Alhamdulilah materi telah disampaikan Pak Edi dengan jelas. Semoga pengetahuan ini makin menambah ilmu dunia penerbitan. Selanjutnya akan menjadi bekal untuk menerbitkan buku Terima kasih Bu Aam, Pak Edi dan OmJay.
Salam
Guru Blogger
Budiyanti
Anggit
Typo hasil ketikan narasumber yang di copas ikut terbawa, jadilah pembaca tulisan sendiri. Semangat... selebihnya bgus
BalasHapusTerima kasih masukannya Pak Didi
HapusResume yang lengkap. Sayang salin tempelnya sama persis bahkan sampai salah ketiknya. Agar lebih mantap ke depannya materi narasumber bisa diolah dengan kata-kata sendiri, Bu Budi. Tabik. 🙏
BalasHapusTerima kasih pak Domo. Efek sudah capek.
HapusMantap bu
BalasHapusTerima kasih Pak Budi
HapusKalau yang saya lihat, untuk poin-poinnya kok terlalu bergeser ke kanan ya? Apa memang otomatis begitu?
BalasHapusTetap semanagat bu... kita pasti sukses
BalasHapusResume lengkap bu, maaf masih ada beberapa typo
BalasHapus