Selasa, 03 November 2020

MENGENAL LEBIH DEKAT DENGAN PENERBIT MAYOR

Oleh : Budiyanti Anggit

Salam literasi

Gerimis datang beberapa menit usai kubuka laptop hitamku. Kurasakan dingin menembus ragaku. Namun, semangatku kian membara kala ada informasi bahwa narsum pelatihan menulis ke-12 adalah seorang direktur Penerbit Mayor Andi yaitu Bapak Joko Irawan Mumpuni. Segera kusimak pelatihan malam itu walaupun rintik hujan kian menderas basahi bumi.

Ketika ada kata penerbitan mayor, hati ini ingin mengetahui lebih banyak tentang penerbitan mayor. Suatu anugrah terindah kala Omjay menghadirkan Bapak Joko Irawan Mumpuni. Ya, siapa sih tidak bangga bisa menerbitkan buku mayor. Bisa dibayangkan kala buku kita mejeng di rak toko buku se-Indonesia.

Muara menulis adalah buku. Betapa bahagianya seorang penulis bisa memiliki buku yang telah diperjuangkan selama ini. Apalagi buku kita diterbitkan mayor. Tentu amat bersuka cita. Nah, kebetulan sekali aku bisa menyimak pada pelatihan menulis hari Senin, 2 November 2020.

Mulailah beliau bercerita tentang dunia tulis menulis.  Pak Joko Mumpuni, pertama kali belajar menulis sejak kelas 1 SD, yang mengajari menulis adalah Guru SD. Keren ya? kalau aku sih mengenal menulis saat sudah tua. Katanya sih belajar tak mengenal usia. Benar kan? Jadi aku pede saja.


Beliau mulai menjelaskan lewat gambar-gambar yang menarik. Dijelaskan pada gambar pertama ini adalah produk  di pasar. Pengetahuan  ini amat penting supaya kita tahu sejak awal sudah memastikan kelompok apa buku yang akan kita tulis.  Kelompok buku di seluruh dunia sudah lazim digambar dengan skema sirip ikan, dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu buku teks dan buku non- teks. Buku teks yang dipergunakan untuk proses belajar mengajar dari SD, PAUD sampai perguruan tinggi. Buku non-teks adalah buku yang tidak selalu digunakan dalam pengajaran tersebut.

Buku teks pelajaran dibagi menjadi dua. Yang pertama adalah buku teks pelajaran, yang kedua adalah buku perni. Buku pelajaran adalah yang dibutuhkan oleh siswa PAUD, TK, SD, SMA, SMP maupun SMK.

Buku Teks perguruan tinggi lebih banyak variannya dibanding buku pelajaran yang kita ajarkan dari SD sampai SMK.  Buku Teks Perguruan Tinggi  itu dibagi menjadi dua bagian yaitu buku eksak dan non-eksak.


Buku non- teks itu dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu buku fiksi dan non-fiksi. Buku fiksi bisa berupa kumpulan cerpen, kumpulan puisi. Sedangkan buku non-fiksi bisa berupa  buku anak,  aktivitas anak, buku  pengetahuan umum dan lain sebagainya.


Satu buku bisakah ditulis lebih dari satu orang? Bisa saja. Mari kita lihat contoh pada cover buku di atas?  Itu satu judul buku ditulis oleh satu penulis


Berikut ini adalah contoh 1 judul buku yang ditulis oleh lebih dari satu penulis.  Berikut ini contohnya adalah dua penulis boleh juga tiga, empat dan seterusnya.

 

Buku di atas diterbitkan kerjasama dengan banyak lembaga. Buku tersebut ditulis sampai lima lembaga. Dari masing-masing member lembaga tersebut bisa diprediksi bahwa pasarnya sudah bisa dijamin. Buku tersebut akan dibeli minimal dari anggota lembaga-lembaga yang mendukung terbitnya buku tersebut.

 

Buku ini adalah contoh ini buku yang diterbitkan dengan kerja sama dengan kampus. Jadi seorang dosen bisa bekerja sama dengan Penerbit Andi. Buku tersebut nanti tersebar secara luas di Indonesia dan juga dipakai untuk mahasiswa. Logo ada dua.  Tiap tahun ada pasarnya.

Buku ini menjadi menarik.  Buku ini diterbitkan atas kerja dengan UGM (Dewan Guru Besar).   Buku ditulis oleh 20 orang. Tiap penulis diberi jatah menulis satu bab untuk menjadi satu buku. Hal ini bisa juga kok untuk grup ini. Nantinya ada yang menjadi editor konten yang menentukan batang tubuh isi buku itu. 

Buku yang ditulis bersama itu bisa saling berpacu, saling menyemangati agar bisa segera selesai. Wah… mau juga nih andai ada yang mengajak. Bagaimana Bapak Ibu?


Menurut beliau kita masuk level atas yaitu  kita  akan menulis. Berdasarkan hal tersebut kita tinggal membulatkan tekat saja. Bagaimana Bapak Ibu? Mari kita kuatkan hati kita untuk selalu menulis. Dengan menulis hidup lebih bermakna. Benar kan?



Penerbitan buku yang melibatkan pihak-pihak terkait jumlahnya banyak. Semuanya adalah lembaga yang melibatkan banyak tenaga kerja misalnya Penerbit Andi ada 600 karyawan. Belum lagi pihak pengadaan kertas, pengiriman.

Kadang-kadang tidak  sadar kalau hidup penulis itu sangat penting bagi orang lain. Penulis  itu adalah orang yang paling mulia, tidak kalah mulianya dengan jabatan-jabatan yang lain. Jika banyak orang menulis maka upahnya di surga. Oleh karena itu, berusahalah menjadi penulis yang  diterbitkan mayor.

Hambatan pertumbuhan industri penerbitan karena literasinya rendah. Indonesia itu tingkat literasinya masih rendah dibanding dengan negara-negara Asia Tenggara, Jepang, Singapura. Penyebabnya adalah budaya. 

Nah itu tugas kita sebagai guru, kita harus bisa mengubah budaya literasi menjadi lebih baik lagi. Budaya literasi kita tumbuhkan.  Di negara kita, tidak banyak orang minat baca  Kalau ada waktu senggang di rumah kebanyakan orang suka untuk nonton  dari pada membaca.



Kalau bapak itu melihat gambar yang sakit pusing. rumit banyak kotak banyak alur banyak tanda panah yang mengarah ke sana kemari tapi  gambar tersebut menggambarkan proses naskah sejak dari penulis sampai  jadi buku di toko buku. Maka yang pertama kali para penulis lakukan adalah selesai menulis  pertama kali adalah dikirimkan ke penerbit 

2.  Oleh penerbit, dipelajari untuk kemungkinan penerbitannya. Jadi Penerbit tidak menghakimi tulisan tersebut baik, tidak baik, salah atau benar tetapi dipelajari dalam rangka kemungkinan penerbitannya. Hanya ada dua jawaban, diterima atau tidak. Umpama ditolak, akan dikembalikan kepada penulis. Kalau diterima artinya  akan diterbitkan atas biaya penerbit.

3.   Jika diterbitkan, ada royalti kepada penulis setiap kurun waktu tertentu. Royalti akan ditransfer setiap 6 bulan sekali dari buku yang terjual 10% sebagai royalti  dan ada potongan pajak 10%. Itu kewajiban untuk negara. Jika  tidak punya NPWP bisa dipotong sampai 35 persen.

4.      Ada pemberitahuan jika naskah diterima lewat email dan WA.

5.      Jika diterbitkan akan dikirim surat perjanjian penerbitan untuk tandatangani.

6.      Penerbit  menunggu sampai softcopy itu dikirimkan diterima oleh penerbit.

7.      Covernya dibuat oleh penerbit.  

8.    Naskah yang diterima pasti diedit oleh editor. Ada  60 editor sehingga jangan khawatir jika tulisannya itu tidak sesuai. Naskah  akan diedit dan disempurnakan oleh editor. Penerbit tidak  pernah  menolak dengan alasan editorial. Puluhan editor yang akan membetulkan.  


Saat kita sudah punya naskah , saatnya memilih penerbit. Kita pilih penerbit mayor atau minor. Yang baik adalah memiliki visi misi yang kuat. Pengalaman penerbit Andi sudah 42 tahun. Jaringan pemasarannya luas.  Menurut Pak Joko, jangan mau diterbitkan hanya tingkat provinsi. Penerbit Andi itu nasional dan internasional. Penerbit Andi di Indonesia punya 48 cabang. Memiliki percetakan sendiri. Penerbit Andi luar biasa ya. Kapan kita bisa menerbitkan di sana. Intinya kita harus bisa mencari penerbit yang jujur.  Pembayaran royalti juga jujur. Wah, jadi pengen menerbitkan di Penerbit Andi. Semoga. 


Naskah yang bisa diterbitkan di penerbit mayor itu ada berbagai pertimbangan antara lain, Pemilihan tema tak populer, penulisnya populer. Misalnya biogarafi tokoh. Bisa juga tema popular ditulis oleh orang yang populer juga. Nah ini bisa dipastikan diterima di mayor. Atau tema populer ditulis oleh orang yang tidak populer. Bisa juga diterbitkan. Yang terakhir adalah tema tidak populer, ditulis oleh orang tidak populer. Jelas kemungkinan kecil untuk diterbitan. 

Tak terasa bahwa materi dari Pak Joko Mumpuni telah selesai. Penjelasan yang amat jelas dan gamblang. Kita jadi tahu proses penerbitan buku. Kita tahu naskah mana yang bisa diterbitkan. Kita bisa lihat gambar- gambar di atas. Terutama jika kita akan menerbitkan buku di penerbit yang amat besar ini yaitu Penerbit Andi yang berada di Yogyakarta. Semoga kita bisa menerbitkan buku secara mayor. Aamiin.

Salam Guru Blogger

Ambarawa, 4 November 2020

9 komentar:

  1. Lengkap dan informatif.. s3mangat bu walaupun sibuk tetap mengejar resume hehe..

    BalasHapus
  2. Sudah cocok dan sesuai dengan isi materi tadi malam. Yuk, semangat menulis!

    BalasHapus
  3. Resume yang lengkap dan mantap,Bu Budi. Sedikit saran perbaikan salah ketik, misalnya 'anugrah'. Selain itu paragraf tentang tingkatan menulis. Bu Budi merasa ada yang mengganjal tidak ketika membaca bagian ini? Menurut saya paragraf itu tidak nyambung dengan paragraf sebelum dan sesudahnya. Saran saya tambahkan beberapa kalimat untuk memperhalus pergantian paragrafnya.

    BalasHapus
  4. Resume yang lengkap dan mantap,Bu Budi. Sedikit saran perbaikan salah ketik, misalnya 'anugrah'. Selain itu paragraf tentang tingkatan menulis. Bu Budi merasa ada yang mengganjal tidak ketika membaca bagian ini? Menurut saya paragraf itu tidak nyambung dengan paragraf sebelum dan sesudahnya. Saran saya tambahkan beberapa kalimat untuk memperhalus pergantian paragrafnya.

    BalasHapus
  5. Resume yang sangat lengkap, semangat salam sukses

    BalasHapus