Syukur Alhamdulillah aku bisa mengikuti kelas menulis bersama Omjay pada hari Rabu, 11 November 2020. Kelas yang menjadikan semangat menulis kembali bangkit. Blog pun kini terisi. Tidak berlumut lagi.
Kali
ini kelas dihadirkan narsum keren yaitu Ibu Jamila…. Beliau berbagi ilmu
menulis dengan tema Mengubah Ekspektasi
Menjadi Prestasi. Berikut resumenya. Yuk simak!
Salah
satu bentuk pengembangan diri dan mengeksplore kompetensi Kata “ekspektasi”
tentunya sudah sangat familiar di telinga kita. Setiap orang, setiap saat pasti
memiliki ekspektasi terhadap berbagai hal yang di inginkan dalam hidup.
Sebagai
contoh, ekspektasi kita Ketika bergabung dalam grup ini adalah ingin
menghasilkan sebuah karya berupa jejak literasi yang dapat dikenal dan dikenang
meskipun kita sudah berkalang tanah. Sayangnya, ekspektasi kita tidak selalu
sama dengan realita.
Ekspektasi
tak seindah kenyataan. Hal inilah yang kemudian menjadi inspirasi dalam tulisan
buku ke-2 Bu Jamila yang diterbitkan pada tahun 2019.
Dalam
hal menulis, harapan terbesar kita adalah mampu merangkai kata-kata menjadi
sebuah paragraf menarik yang terus berangkai menjadi bab demi bab hingga
akhirnya menjadi sebuah buku. Sekilas, menulis adalah hal yang sangat mudah.
Bukankah
kita sudah sering menulis sejak kecil? Tetapi, ketika kemampuan menulis
tersebut disandingkan dengan ekspektasi sebuah karya yang bernilai bagi orang
lain muncullah masalah besar. Diantaranya :
1. Bagaimana
memulai sebuah tulisan?
2. Apa ide/topik yang harus kita tulis?
3. Apakah tulisan saya menarik?
Mewujudkan
ekspektasi memang tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi bagi para
penulis pemula. Dalam prosesnya kita
harus berjuang melawan semua hambatan yang datang baik dari diri sendiri mapun
dari lingkungan sekitar.
Sebenarnya,
tantangan menulis terbesar itu ada pada diri kita sendiri. Yaitu mood dan
kemauan alias niat. Oleh karena itu untuk mengubah ekspektasi menjadi prestasi
kita harus berubah. Ada 2 hal penting yang harus kita ubah, yaitu mindset dan
passion.
Pengalaman Ibu Jamila dalam mewujudkan ekspektasi dalam menulis adalah berjuang membangun tekad dan keyakinan yang kuat untuk mencapai realitas. Terkadang beliau juga harus nekat mengambil keputusan yang jika dipikir dengan akal sehat pencapaiannya sangat mustahil.
Untuk itulah
beliau selalu berusaha konsisten terhadap ekspektasi yang susah payah dibangun.
Pantang mundur jika kaki sudah melangkah. Benar-benar inspiratif ya.
Beliau
bercerita awalnya bisa menerbitkan buku dan diterbitkan secara mayor. Penasaran
kan. Seperti aku. Menulis dalam seminggu lho. Mampukah kita? Ternyata hal ini
bisa dilalaui Bu Jamila.
Beliau
bercerita bahwa saat menerima tantangan Prof. Eko untuk menulis buku dalam
seminggu, ada sejuta keraguan yang menyelimuti hati dan pikiran. Berbagai
pemikiran negatif menghantui, namun berkat kenekatan, dibarengi niat, tekad,
serta konsistensi yang kuat akhirnya ekspektasi saya berubah menjadi sebuah
prestasi.
Saat
Pak Joko mengumumkan bahwa tulisan beliau lolos tanpa revisi, Hati Ibu Jamila seolah
tak percaya. Tidak pernah menyangka bahwa tulisan yang menurut penilaian
pribadi hanyalah tulisan biasa saja ternyata memiliki takdir luar biasa. Namun,
bagiku tulisan sampai bisa diterima mayor tentu saja naskahnya tidak biasa
saja.
Apa yang menjadikan beliau berhasil menaklukkan tantangan? Mari kita simak kiat sukses hingga sukses menulis buku mayor. Bukan mudah lho. Namun, semuanya butuh proses. Berikut tips menulis yang bisa menjadi pembelajaran bagi kita.
1.
Tulislah apa yang ingin kita tulis.
2.
Menulislah apa adanya, tanpa beban, dan tekanan.
3. Jadikan menulis sebagai suatu kebutuhan
4. Menulislah hingga tuntas, jangan memikirkan
editing.
5. Menulis jangan terlalu lama.
6. Jangan
memikirkan baik buruknya tulisan kita, karena yang akan menilai adalah pembaca.
Menghadapi
Kendala Menulis
Saat menulis kita sering mengalami kendala. Biasanya, kendala di awal kita menulis adalah bingung mencari ide. Tidak tahu apa yang akan kita tulis.
Untuk
mengatasinya, marilah kita mulai menuliskan hal-hal kecil yang ada di sekitar
kita. Misalnya, tentang hobi memasak, kegiatan sehari-hari, atau tingkah lucu
anak-anak kita.
Tuliskan apa saja yang terlintas dalam pikiran. tidak perlu kita memikirkan tata bahasa, ejaan dll.. Setiap kalimat yang terlintas segera di tulis. Kita bisa menulis di HP.
Kadang saat tidak pegang
HP, kita bisa menuliskan di benda apa saja yang kita temui. Di kertas, di notes HP, di buku kecil atau di
kertas apa saja yang bisa untuk menulis. Bu Jamila pernah menulis ide di
tangan.
Hal
yang paling sulit untuk memenuhi ekspektasi menulis adalah ketika kita tidak
punya hobi menulis. Kata orang hanya "Iseng-iseng" atau ikut-ikutan.
Tidak masalah, jika kita tidak memiliki hobi, bukankah rasa iseng jika terus
dilatih bisa menjadi suatu keterampilan?
Banyak orang yang menulis tergantung mood. Ini sangat berat saat beliau menerima tantangan Prof. Eko. Rasanya bulan dan matahari berpindah tempat. Di saat seperti inilah beliau menguatkan tekad dan niat untuk mencapai realitas.
Jadi, menulis itu adalah sebuah perjuangan untuk melawan semua tantangan yang menggoyahkan niat.
Hal yang menjadi fokus dalam menulis adalah kata TUNTAS. Jadi, menulislah hingga tuntas. Jangan sering menengok halaman yang sudah kita tulis, karena itu merupakan salah satu godaan yang membuat kita berpikir 1.000 kali tentang apa yang sudah kita tulis.
Kita akan berpikir. untuk edit dan edit lagi. Akhirnya tulisan kita tidak tuntas. Ya benar juga ya. Saat kita membaca tulisan kita sendiri bisa dipastikan ada yang kurang pas.
Itulah
materi ibu Jamila. Selanjutnya ada hal-hal yang harus kita ketahui
berdasarkan tanya jawab.
1.
Tips yang digunakan dalam
merangkai kata cukup sederhana. Gunakan kata apa saja yang terlintas dalam
pikiran. Kata-kata yang digunakan tidak harus kata-kata rumit. Gunakan
kata-kata yang mudah dipahami oleh orang lain
2.
Tantangan menulis terbesar itu
ada pada diri kita sendiri yaitu mood dan niat. .
3. Kendala terbesar dari diri kita sendiri bisa bermacam-macam. Masalah yang dihadapi terkait dengan kemampuan itu disebabkan karena kita menulis dengan beban. Beban tentang baik buruknya tulisan kita.
Cobalah menulis secara lepas dan bebas.
Lepas dari beban terkait penilaian orang terhadap tulisan kita, sehingga kita
bisa bebas mengekspresikan diri kita dalam tulisan.
4.
Proses kreatif yang dilakukan dalam
menghasilkan buku tidak terlepas dari kegiatan membaca. Jadi, menulis dan
membaca ibarat dua sisi mata uang yang harus dimiliki oleh seorang penulis.
Menulis tanpa pernah membaca akan pincang. Artinya tulisan kita kurang menarik. Menghasilkan buku dalam seminggu terdengar mustahil. Prosesnya jungkir balik, hingga siang dan malampun ikut terbalik.
Hal pertama yang dilakukan di awal adalah menentukan judul dan kerangka tulisan, lalu berburu referensi sambil menyusun paragraf demi paragraf. Ya itu tadi, pokoknya tuntas dulu semua bab, terakhir sesi editing.
5. Zaman sekarang, publikasi sangat dipermudah karena ada begitu banyak jejaring sosial yang bisa kita manfaatkan. Di samping menawarkan door to door, kita bisa posting melalui WA, Instag, FB, Youtube, dll. Jangan lupa buat flyer + kata-kata menarik dan foto ekslusif, seperti orang jualan gitu.
Namanya juga menawarkan. Yang penting harus jujur dan tidak ada kebohongan publik dalam iklan buku kita.
6. Berbicara tentang potensi diri. Kembali lagi ke 2 hal yang harus kita ubah dalam hidup yaitu Mindset dan passion. Saat keduanya seiring sejalan, dengan sendirinya kita akan happy enjoy dalam menulis.
Mulailah dengan
melihat apa saja yang ada di depan kita, lalu cobalah untuk mendeskripsikannya.
Saat jemari kita mulai menulis, maka ide lain akan datang dengan sendirinya.
Kuncinya adalah percaya diri. Setiap kita memiliki potensi, dan potensi kita perlu di asah agar menjadi kompetensi.
7. Proses editing bisa dilakukan sendiri dan dapat pula menggunakan jasa orang lain. Sebelum dikirim ke penerbit kita lakukan swasunting/edit sendiri.
Kita tidak perlu khawatir masalah
editing, karena biasanya pihak penerbit juga melakukan editing sebelum buku naik cetak.
8. Jangan memikirkan baik buruknya tulisan kita,
karena yang akan menilai adalah pembaca.
9.
Secara nasional, memang minat
dan budaya baca kita masih rendah. Di sinilah peran kita sebagai guru, orang
tua, dan orang yang peduli dengan
kependidikan untuk kembali membangun budaya membaca generasi kita yang selalu
pasang surut.
10. Membaca dan menulis adalah dua
hal yang tidak bisa dipisahkan. Semakin suka membaca, maka semakin mudah
menulis. Menjadikan menulis sebagai kebutuhan, artinya kita menjadikan membaca
sebagai makanan kita.
11. Agar kita bisa keluar dari zona tidak nyaman, menulislah seperti air mengalir. Maksudnya tulislah apa yang ingin kita tulis. Abaikan penilaian orang tentang tulisan kita.
Biarkan tulisan tersebut selesai kita tulis secara tuntas, lalu biarkan orang lain menilai. Karena penilaian orang lain biasanya lebih baik dari kita.. Saat. Tulisan saya berbeda dengan semua tulisan teman-teman.
12. Saat kitap punya ide, tapi bingung mau mulai menulis dari mana. Jangan bingung, mulai saja menulis dengan kata yang terlintas dalam pikiran. jangan memikirkan tulisan ini cocoknya di pendahuluan, atau di bab 1, dst.
Tulis dan tulis saja setiap kita punya ide. Saat kita benar-benar bingung dalam menulis, maka berhentilah menulis dan membacalah. Saat kita membaca, kita akan menemukan kembali ide yang terbang entah kemana. Saat ide itu muncul, jangan ditunda segeralah ditulis.
Membuat judul tulisan yang baik, sebenarnya sangat bergantung dari minat. Kita cenderung sukanya menulis di bidang apa.
Kita suka menulis fiksi atau non fiksi. Untuk memilih judul tentunya kita perlu referensi terkait konten yang akan kita tulis.
Kita bisa browsing di internet sambil melakukan inovasi untuk judul yang kita buat. Semakin banyak referensi judul yang kita lihat maka akan semakin baik judul yang kita tulis. Untuk referensi tipe-tipe judul, silakan intip di sini https://marketingcraft.getcraft.com/id-articles/7-tipe-judul-artikel-untuk-meningkatkan-traffic-blog-anda
13. Agar karya kita menarik sebelum menulis buku kita harus cari tahu hal/isu yang menjadi trending topik dan tidak akan ketinggalan zaman.
14. Hal yang perlu kita lakukan adalah berusaha fokus di halaman-halaman berikutnya. Tahan diri semaksimal mungkin untuk tidak membuka/membaca halaman yang sudah kita tulis. Terkait kaidah penulisan, saat menulis abaikan saja dulu. Nanti akan ada saatnya kita mengedit ketika tulisan kita sudah benar-benar tuntas
15. Ubah mindset, passion, bangun
tekad, kuatkan niat, dan harus konsisten menulis. Jangan lupa banyak membaca.
sering-sering blog walking
16. Dalam hal ekspektasi menerbitkan buku tentu saja pernah merasakan yang tidak sesuai harapan. cara mengatasinya kembali adalah kita harus ingat PadaNya.Tidak ada yang sempurna di dunia ini, kesempurnaan hanyalah milik Dia.
17. Cara kita menularkan hobi
menulis yang paling efektif adalah
dengan bukti. Tunjukkan bahwa kita bisa berkarya, dan mereka pun bisa seperti
kita. tidak ada hal yang tidak bisa, dan tidak ada hal yang tidak mungkin.
Terima
kasih Ilmunya Ibu Jamila. Bu Aam selaku moderator. Tak Lupa kepada Omjay, sehat
selalu.
Salam
Guru Blogger
Budiyanti
Anggit
Ambarawa,
12 November 2020