Hari
ini amat cerah, Arif dan Yoga mengikuti bundanya ke pasar karena hari ini hari
terakhir pasar buka sebelum lebaran. Mereka ingin mengetahui keadaan pasar saat
prepegan, istilah jawa yang artinya keadaan pasar jelang lebaran yang ditandai
banyaknya pedagang dadakan dan pembeli yang banyak.
Sampai
di pasar suasana benar-benar ramai. Pasar pagi yang biasanya sudah berpindah
dalam, kini masih ramai.
“Hati-hati ya nang, Adiknya
digandeng,” ucap Bunda Dian sambil mendekap tas kecil di dada.
“Bunda juga hati-hati ya,” ucap Arif
karena ia ingat tahun lalu tas digunting
pencopet.
“Ya, ini,”jawab Bu Dian sambil
memperlihatkan tasnya.
Mereka bertiga berjalan dengan
hati-hati karena pasar benar-benar ramai. Sampai di depan penjual kelontong
ketupat, Arif berhenti dan memanggil Bundanya karena ia mendengar Bundanya akan
membeli kelontong ketupat. Bunda Dian mengangguk lalu berhenti di depan penjual
kelontong ketupat.
“Berapa satu ikat Pak?” tanya Bu
Dian sambil memegang kelontong ketupat yang sudah diikat per sepuluh.
“Delapan ribu Buk,” jawab Pak
Penjual sambil terus membuat kelontong dengan bersilang antara daun kelapa yang
muda dan tua.
“Beli ikat ya Pak.”
Pak Penjual menyerahkan dua ikat
kepada Arif yang duduk memperhatikan pembuatan kelontong.
“Adik mau coba buat? silakan ambil
kalau mau buat latihan,” ucap Pak Penjual sambil memberi beberapa batang daun
kelapa.
Arif dan Yoga saling pandang karena
ragu lalu melihat Bundanya. Bu Dian pun mengiyakan untuk diterima.
“Ucapkan terima kasih, nanti Bunda
bantu membuatnya,” jelas Bu Dian yang memang bisa membuat kelontong.
Arif dan Yoga senang karena
keinginan membuat kelontong sudah lama sekali bisa tercapai. Selanjutnya kedua
anak itu mengikuti Bundanya ke mana saja.
“Mas, gak beli mercon itu?” tanya
Yoga sambil menunjuk orang yang menjual aneka mercon.
“Ah, kok seperti anak kecil saja,”
sahut Arif,” bahaya lho kalau meledak,” sambungnya.
“Kan itu hanya mercon yang tidak
membahayakan,” sahut adiknya. Namun, kedua anak itu tidak tertarik lalu terus
mengikuti bundanya.
“Capek dan haus nih,” keluh Yoga
sambil duduk di ujung pasar.
“Hus, jangan ngomong gitu, batal
lho,” kilah Arif.
Karena belanjaan Bundanya sudah
banyak akhirnya mereka pulang dengan berjalan ke depan pasar untuk naik angkot.
“Banyak sekali sih belanjaan Bunda,”
ucap Yoga.
“Ya, Bunda harus belanja banyak
untuk persediaan setelah lebaran.” ucap Bu Dian sambl berjalan menuju depan
pasar. Ia melewati para penjual bunga tabur yang berjejeran. Bu Dian pun
membeli bunga satu bungkus.
“Ini apa Bund? “
“Ini bunga telasih, nanti kita bawa
ke makan nenek.
Mereka pun mendapatkan angkot kuning
untuk pulang. Arif dan Yoga pun tambah pengalaman ketika pasar sedang prepegan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar