Jumat, 12 Mei 2023

Prepegan

  

Hari ini amat cerah, Arif dan Yoga mengikuti bundanya ke pasar karena hari ini hari terakhir pasar buka sebelum lebaran. Mereka ingin mengetahui keadaan pasar saat prepegan, istilah jawa yang artinya keadaan pasar jelang lebaran yang ditandai banyaknya pedagang dadakan dan pembeli yang banyak.

Sampai di pasar suasana benar-benar ramai. Pasar pagi yang biasanya sudah berpindah dalam, kini masih ramai.

            “Hati-hati ya nang, Adiknya digandeng,” ucap Bunda Dian sambil mendekap tas kecil di dada.

            “Bunda juga hati-hati ya,” ucap Arif karena ia ingat tahun lalu tas digunting  pencopet.

            “Ya, ini,”jawab Bu Dian sambil memperlihatkan tasnya.

            Mereka bertiga berjalan dengan hati-hati karena pasar benar-benar ramai. Sampai di depan penjual kelontong ketupat, Arif berhenti dan memanggil Bundanya karena ia mendengar Bundanya akan membeli kelontong ketupat. Bunda Dian mengangguk lalu berhenti di depan penjual kelontong ketupat.

            “Berapa satu ikat Pak?” tanya Bu Dian sambil memegang kelontong ketupat yang sudah diikat per sepuluh.

            “Delapan ribu Buk,” jawab Pak Penjual sambil terus membuat kelontong dengan bersilang antara daun kelapa yang muda dan tua.

            “Beli ikat ya Pak.”

            Pak Penjual menyerahkan dua ikat kepada Arif yang duduk memperhatikan pembuatan kelontong.

            “Adik mau coba buat? silakan ambil kalau mau buat latihan,” ucap Pak Penjual sambil memberi beberapa batang daun kelapa.

            Arif dan Yoga saling pandang karena ragu lalu melihat Bundanya. Bu Dian pun mengiyakan untuk diterima.

            “Ucapkan terima kasih, nanti Bunda bantu membuatnya,” jelas Bu Dian yang memang bisa membuat kelontong.

            Arif dan Yoga senang karena keinginan membuat kelontong sudah lama sekali bisa tercapai. Selanjutnya kedua anak itu mengikuti Bundanya ke mana saja.

            “Mas, gak beli mercon itu?” tanya Yoga sambil menunjuk orang yang menjual aneka mercon.

            “Ah, kok seperti anak kecil saja,” sahut Arif,” bahaya lho kalau meledak,” sambungnya.

            “Kan itu hanya mercon yang tidak membahayakan,” sahut adiknya. Namun, kedua anak itu tidak tertarik lalu terus mengikuti bundanya.

            “Capek dan haus nih,” keluh Yoga sambil duduk di ujung pasar.

            “Hus, jangan ngomong gitu, batal lho,” kilah Arif.

            Karena belanjaan Bundanya sudah banyak akhirnya mereka pulang dengan berjalan ke depan pasar untuk naik angkot.

            “Banyak sekali sih belanjaan Bunda,” ucap Yoga.

            “Ya, Bunda harus belanja banyak untuk persediaan setelah lebaran.” ucap Bu Dian sambl berjalan menuju depan pasar. Ia melewati para penjual bunga tabur yang berjejeran. Bu Dian pun membeli bunga satu bungkus.

            “Ini apa Bund? “

            “Ini bunga telasih, nanti kita bawa ke makan nenek.

            Mereka pun mendapatkan angkot kuning untuk pulang. Arif dan Yoga pun tambah pengalaman ketika pasar sedang prepegan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar