1. Menangkap Ide dan Pembuka Cerita yang Nendang)
Oleh : Budiyanti Anggit
Masih
banyak di antara kita masih ragu untuk menulis cerita. Sebenarnya jika diniati dengan
sungguh-sungguh dan mau belajar dengan mempraktikkan serta sering membaca cerita
pasti bisa. Kuncimya ya mencoba dan jangan takut salah.
Apa
saja sih yang harus dipersiapkan untuk menulis cerita fiksi berbentuk cerpen,
novel atau non-fiksi berbentuk cerita seperti cerita inspiratif. Kita bisa
menyebutnya faksi ( fakta tetapi ditulis layaknya fiksi.
Beberapa
waktu lalu saya mengamati bahwa masih banyak yang belum maksimal menulis faksi,
cerita inspiratif atau cerpen. Oleh karena itu pada kesempatan ini saya
berusaha memberi materi secara bertahap.
Beberapa
hal yang harus dipelajari saat menulis cerita adalah
1. Menentukan
ide.
Ide
itu ada di mana- mana. Yang tak akan habis adalah pengalaman diri sendiri.
Selanjutkan kita bisa menangkap ide dari luar. Kita bisa melihat kejadian orang
lain. Curhat teman, saudara. Bisa juga kita mencari ide saat sendirian, atau
membuka foto-foto lama, menonton film dan lain sebagainya. Segera tangkap ide
tersebut. Agar tak hilang segera kita catat. Jangan sampai lepas.
2. Membuat
draf cerita/ kerangka cerita
Langkah
ini penting sebagai pedoman saat menulis. Mau dibawa ke mana cerita kita.
Walaupun nantinya ada yang tidak sama persis dengan kerangka, setidaknya kita
tahu alur cerita.
3. Pembuka
Carita yang Nendang.
Kebanyakan
orang masih bingung untuk mengawali cerita baik fiksi maupun cerita inspiratif.
Bingung mau memulai dari mana. Padahal kita tahu bahwa pembuka cerita merupakan
titik tolak pembaca akan meneruskan membaca atau tidak.
Kalau
awal cerita sudah menarik dan bikin kepo, maka orang tak ingin beranjak
meninggalkan bacaannya hingga selesai . Sebaliknya jika awal cerita kurang menarik, membosankan, atau
bertele-tele, pembaca akan meninggalkannya.
Jika
kita mengirimkan naskah ke penerbit, perlu kita ketahui bahwa editor penerbit
tidak mungkin akan membaca keseluruhan novel tetapi akan membaca awal cerita.
Biasanya bab awal. Jika tulisan di awal sudah menarik dan greget, maka itu
sudah mencuri hati editor.
Jadi,
bagaimana sebaiknya?
Awali
cerita yang membuat pembaca penasaran dengan isi cerita. Istilah lain awal
cerita harus NENDANG
Buatlah
awal cerita yang menjadikan pembaca ingin tahu cerita selanjutnya. Awali yang
nendang. Selain itu awal cerita jangan terlalu banyak bertele-tele.
Apalagi
awal cerita terlalu banyak menggambarkan setting cerita atau terlalu banyak
kata yang tidak penting.
Contoh
:
Pada suatu hari ketika
matahari terbit di sebelah timur .
Kalimat
ini jelas kurang pas. Pembaca sudah tahu bahwa kalau dari zaman dulu matahari
terbit sebelah timur. (heee)
Ketika mentari pagi
bersinar terang, embun pagi menetes bening dan angin bertiup kencang seolah
bla…bla ( ini namanya pemborosan kata) dan membosankan.
Penulis
memang dituntut untuk kreatif dalam membuat opening. Mencari sudut pandang yang
baru dan unik sehingga pembaca langsung 'ngeh'.
Nah
Bagaimana baiknya?
Ya,
jangan bertele-tele. Awal cerita langsung ke permasalahan. Umpama ada setting
yang wajar saja.Contoh
:
1.
Hari
masih pagi, tiba-tiba pintu rumahku digedor keras oleh orang. Ketika kubuka
pintu berdirilah lelaki berbadan besar sedang mengacungkan pistol ke arahku.
Matanya nanar menatapku. Badanku gemetar. Aku mundur selangkah, mengantisipasi
dan mengkalkulasi waktu.
2.
Sudah
hampir satu jam aku menunggunya di halte bus sore itu. Hujan disertai petir
membuat hatiku makin ciut. Bajuku basah. Bererapa menit ada mobil berwarna
hitam berhenti pas di depanku. Pintu mobil dibuka. Mataku terbelalak melihat
orang yang keluar dari mobil mewah itu
Selain
itu bisa juga diawali dengan dialog. Ingat kita harus paham menulis dialog.
Dialog dalam cerita baik cerpen atau cerita lain, jangan ada tanda titik dua
seperti dalam drama.
Adi
: Kau di mana? ( ini salah)
Awal
cerita dengan dialog yang nendang mudah kok.
Pyaarr!!?
“Masakan
apa nih ha!” Aryo membanting piring yang berisi masakan istrinya. Ia tidak suka
masakan istri yang itu-itu saja
Baginya
masakan istrinya tak pernah sesuai dengan seleranya
Itulah
contoh paragraf pembuka yang nendang.
Bagaimana
Bapak Ibu?
Materi
kita sampai di sini dulu. Mohon bapak ibu mencoba. Menulis itu bukan hanya
teori tetapi praktik dan praktik. Ingin bisa berenang yang harus mencoba
berenang. Selamat mencoba. Ditunggu sampai minggu ini. Terima kasih.
Ambarawa,
11 Agustus 2021