Pada
era Pamdemi covid-19 ini kegiatan Merdi Dusun menjadi pertimbangan tersendiri
untuk dilaksanakan atau tidak. Merti Dusun atau sedekah dusun merupakan tradisi
sejak dulu di Jawa Tengah. Istilah lain kadeso
bisa jadi dari kata sedekah desa. Berbagai acara digelar sesuai dengan
kemampuan dusun/ desa. Ada yang menyelenggarakan kirab budaya, pertunjukan
wayang kulit, kuda lumping dan lainnya.
Warga
rela bersedekah demi kesuksesan acara. Iuran berapa pun disanggupi. Selain itu
ada juga ngetokke. Artinya membawa
aneka makanan untuk dimakan bersama yang sebelumnya berdoa. Biasanya acara
digelar di rumah kepala dusun atau Mbah bekel (kala itu).
Merti
Dusun dilaksanakan sebagai sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan atas kesehatan,
keselamatan warga dusun.
Untuk
nguri-nguri budaya yang mungkin sudah jarang dilaksanakan lagi. Warga Kaliputih, Panjang, Ambarawa tetap
menyelenggarakan Merti Dusun atau
istilah lain adalah sedekah dusun.
Pelaksanaan Merti Dusun tahun ini tidak sama dengan tahun sebelumnya karena ada
pandemi covid-19.
Acara
dilaksanakan sore hari, 2 Agustus 2020 dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
Menurut Bapak Dadik Sudiyono, ketua RW menyampaikan bahwa Tema merti dusun kali
ini adalah Gumrigah ing Gawe Manunggal
ing Roso. Acara ini dikemas dalam adat istiadat Jawa. Hal ini tampak para
warga memakai pakaian adat Jawa dengan jarit
dan kebaya untuk ibu-ibu. Sedangkan bapak- bapak memakai kain dan
blangkon. Baju lurik pun mewarnai sore itu.
Acara
ini sudah hampir sama dengan tahun lalu. Tahun lalu acara digelar di sepanjang
jalan kampung dengan duduk dan berdoa bersama. Masing-masing warga membawa
makanan dan jajanan. Semua warga wajib memakai pakaian Jawa.
Karena tak boleh mengumpulkan orang banyak, acara Merti Dusun tahun ini diselenggarakan secara sederhana. Hanya perwakilan masing-masing RT, sesepuh dan beberapa tamu luar yaitu kepala desa dan dari kepolisian yang hadir saat itu.
Karena tak boleh mengumpulkan orang banyak, acara Merti Dusun tahun ini diselenggarakan secara sederhana. Hanya perwakilan masing-masing RT, sesepuh dan beberapa tamu luar yaitu kepala desa dan dari kepolisian yang hadir saat itu.
Kurang
lebih ada 50- an orang memenuhi ruangan balai RW. Kursi diatur dengan berjarak
agar sesuai dengan anjuran pemerintah. Kami tetap melaksanakan kegiatan dengan
protokol kesehatan. Intinya acara Merti Dusun atau sedekah desa adalah sebagai
wujud syukur dan doa bersama kepada Tuhan karena kami telah diberikan kesehatan
kesejahteraan.
Yang
khas adalah doa pada acara ini dipimpin oleh tiga pemuka agama yaitu Islam,
Kristen dan Katolik. Kami merunduk, merenung serasa menyimak doa-doa yang
dilantunkan. Kami berdoa untuk keselamatan desa agar tenteram ayem dan damai.
Acara
selanjutnya sambutan kepala desa Bapak Khoirul Rozikin, S.H. Beliau mendukung
acara karena sebagai upaya melestarikan budaya yang hampir luntur.
adalah
potong tumpeng oleh kepala desa dilanjutkan dengan ramah tamah. Jajan pasar dan
tumpeng yang berada di tampah siap
dinikmati bersama.
Usai
makan bersama adalah sesi foto-foto. Yang ini sulit dihilangkan adalah selfiria
dengan perangkat desa untuk saling mengakrabkan diri.
Jelang
magrib alhamdulilah acara selesai.
Bagaimana dengan Merti Dusun di desamu? Yuk berbagi cerita di sini. Insyaallah
ada hikmah di balik cerita.
Ambarawa,
4 Agustus 2020.
.
Wowwww keren bu. Budaya lokal yaaa
BalasHapusMasyaa Allah, tabarakallah,keren bu
BalasHapusIni masuk kearifan lokal ya
BalasHapusTerima kasih bapak ibu sudah berkenan membaca
BalasHapus