Salat Idul Fitri
Gema takbir masih terus berkumandang
hingga pagi ini. Arif dan Galih sudah rapi dengan baju koko putih yang baru.
Mereka bersiap-siap berangkat ke Masjid. Sementara Bu Dian masih menata kupat
beserta lauk dalam rantang untuk dibawa ke Masjid. Sambil menata, Ibu tiga anak
ini tiada henti membangunkan si ragil untuk bangun dan segera mandi. Namun,
hingga pukul 06.00 si Yoga tak bangun juga. Akhirnya Pak Cahyo segera
menggoyang-goyangkan badan Yoga yang kecil itu. Yoga pun bergeliat sambil
mengucek-ucek matanya.
“Yog, cepetan bangun, salat Eid lho,
ini sudah siang!” panggil Pak Cahyo dengan nada keras. Anak yang masih duduk di
kelas 5 ini bangkit dari tidurnya lalu berlari menuju kamar mandi. Bu Dian pun
geleng kepala melihat ulah anaknya. Ia pun meletakkan baju koko di tempat tidur
anakknya.
Akhirnya dengan cepat si Yoga
memakai baju koko dan celana jean lama
yang sudah disiapkan. Selanjutnya bersama- bersama mereka berjalan menuju
Masjid. Bu Dian memakai gamis coklat sedangkan Pak Cahyo memakai baju koko
warna putih tulang.
Suasana Masjid At-Taqwa sangat
berbeda dari biasanya. Halaman Masjid ada tenda hitam berdiri kokoh. Tampak
ibu-ibu yang semuanya sudah memakai mukena duduk sambil melantunkan takbir,
tasbih, tahmid mengikuti suara di dalam masjid yang juga penuh dengan kaum
laki-laki.
Segera Arif, Galih dan Yoga langsung
memasuki masjid. Sedangkan Bu Dian bergabung dengan Ibu-ibu di halaman Masjid.
Tak lama kemudian salat Idul Fitri dilaksanakan. Salat yang dilaksanakan
setahun sekali ini berjalan lancar dengan khutbah yang menyentuh jiwa yang
disampaikan Pak Abdul Wahid. Usai salat
mereka saling bersalam-salaman. Ibu-ibu tetap di halaman sedangkan bapak-bapak
di dalam. Selanjutnya mereka tidak pulang tetapi mengikuti acara tradisi doa
bersama dalam dzikir tahlil dilanjutkan dengan makan bersama.
“Ini untuk sini saja Yah, biar Bunda
ikutan dengan ibu lain,” ucap Bu Dian memberikan rantang kupat opor ke Pak
Cahyo. Arif yang duduk bersebelahan dengan ayahnya langsung menerima rantang
yang berisi tiga wadah.
Pak Cahyo pun menata rantang di
depannya. Beberapa wadah dengan aneka lauk tersaji dengan apik di beranda
masjid. Lontong. ketupat serta lauk opor, bakmi, sambal goreng menarik untuk
segera disantap. Ketiga anak dan anak-anak lain menyantap hidangan yang jarang
ada itu dengan lahap.
Tak terasa acara makan bersama usai.
Semua jemaah meninggalkan masjid. Begitu pula Arif dan kedua adikknya telah
berjalan lebih dulu.
“Mas, tunggu!” teriak Yoga.
“Lewat sini saja,ya!” jawab Arif
sambil berbelok ke kanan yang merupakan jalan lain menuju rumahnya. Ia
mengikuti teman-temannya yang berjalan berbeda ketika berangkat tadi.
Alhamdulillah salat Ied berjalan lancar dengan perut kenyang.